Garuda Dalam Bahaya dan Mau Dilikuidasi, Begini Penjelasan Erick

Menteri BUMN Erick Thohir di Kantornya.
Sumber :
  • VIVA/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, saat ini tengah menghadapi kondisi yang sangat mengkhawatirkan terkait kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, bahkan hingga memunculkan isu-isu terkait masalah likuidasi.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menegaskan bahwa dalam kondisi Garuda Indonesia yang seperti itu, maka satu hal yang harus digenjot adalah dengan melakukan sejumlah terobosan serta perbaikan di segala aspek.

"Tentu kita enggak boleh menutup diri atau berdiam diri, makanya kita harus melakukan terobosan dan perbaikan, tidak mungkin didiamkan," kata Erick di kantornya, kawasan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu 2 Juni 2021.

Erick bahkan sampai menyinggung soal pemimpin yang zalim adalah pemimpin yang mendiamkan sebuah masalah. Menurutnya, pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang tidak melakukan apa-apa, dan berdiam diri sementara ada masalah yang harus diselesaikan. 

Baca Juga: Maskapai Garuda Dalam Bahaya, Karyawan Minta Tolong Presiden Jokowi

"Pemimpin Yang buruk adalah pemimpin yang tidak melakukan apa-apa, berdiam diri," ujarnya.

Sementara pemimpin kedua terbaik, kata Erick, adalah pemimpin yang mau melakukan keputusan, dan melakukan koreksi apabila ada kesalahan dari apa yang dilakukannya tersebut.

Hal semacam itulah yang menurut Erick mengarahkan pada upaya-upaya yang telah dilakukan pihaknya kepada Garuda Indonesia, dengan adanya empat tahapan sebagaimana yang marak diberitakan sebelumnya. Khususnya, terkait dengan adanya opsi likuidasi.

"Tidak hanya ke pihak lessor sebagai salah satu pihak yang utama, dan ada dua kategori lessor, yakni lessor yang sudah terbukti bekerja sama dengan pihak direksi Garuda melakukan tindak pidana korupsi, sudah ada catatan hukumnya semua," kata Erick.

Meski demikian, Erick juga mengatakan bahwa ada juga lessor yang baik. "Tapi itupun, dengan kondisi seperti hari ini, kemahalan. Nah kita harus negosiasi ulang. Ini yang sedang kita jajaki, opsi 1, 2, 3, 4," ujarnya.

Erick Thohir juga menekankan bahwa di era yang sudah sangat terbuka saat ini, industri penerbangan di seluruh dunia diketahui juga sangat terdampak oleh pandemi COVID-19 dan sangat parah. Dengan penurunan jumlah travel di seluruh dunia, airport di Indonesia saat ini kapasitasnya hanya mencapai 15 persen saja. Meskipun kemarin sempat naik 32 persen, namun Erick menegaskan bahwa kondisinya belum bisa mencapai 100 persen seperti sebelumnya.

"Kereta api bahkan masih hanya 15-20 persen. Ya sama juga industri penerbangan, mau yang punya pemerintah atau punya swasta, sama-sama terdampak," ujarnya.