Kepala BKN: ASN Bukan Sektor Produktif, Pelamar Tak Usah Banyak-banyak

Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau PNS.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

VIVA – Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana menilai bahwa pelamar Aparatur Sipil Negara (ASN) idealnya tidak boleh terlalu banyak, seperti yang terjadi selama ini.

Dia mengatakan, ini karena profesi sebagai ASN, baik itu CPNS maupun PPPK, bukanlah profesi yang mengisi sektor-sektor produktif. Sehingga tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

"Tidak boleh terlalu banyak. Mengapa demikian? Karena ASN ini bukan sektor produktif," kata dia dikutip dari keterangannya, Senin, 8 Oktober 2021.

Kepala BKN Bima Haria Wibisana

Photo :
  • ANTARA FOTO

Baca juga: Erick Thohir: Qatar Investment Authority Berminat Investasi di RI

Menurut Bima, yang menyebabkan pelamar ASN saat ini masih terlalu banyak, terutama oleh generasi muda, khususnya di daerah, karena PNS masih dipandang masyarakat sebagai profesi yang sangat dihormati.

Profesi ini dikatakannya dipandang sebagai profesi yang yang dihormati, karena bukan saja dikejar untuk mengejar kesejahteraan, melainkan juga dikejar untuk mendapatkan gengsi sehingga menjadi mahal nilainya.

"Padahal ia tidak menghasilkan atau tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi," tegas Bima.

Bima pun mengungkapkan, berbeda dengan cara pandang di negara-negara maju, profesi ASN atau khususnya PNS dinilai tidak ada bedanya dengan profesi kerja yang berada di sektor swasta.

"Lain halnya di negara maju, PNS dan swasta itu hampir tidak ada bedanya," tutur dia.

Oleh sebab itu, dia menekankan, saat ini pemerintah telah membuat sistem seleksi ASN yang semakin ketat. Namun, dia mengakui, hal ini juga menyebabkan para calo semakin piawai mengiming-imingi masyarakat bisa masuk sebagai ASN.

"Sekarang ini dengan semakin ketatnya proses seleksi oleh sistem rekrutmen ASN, calon menjadi lebih terorganisir," paparnya.

Oleh sebab itu, BKN bersama Panitia Seleksi Nasional (Panselnas) dipastikannya akan terus berupaya memperbaiki sistem seleksi. Salah satunya dengan mendorong transparansi nilai secara real time.