Rupiah Tembus Rp 15.242, Bank Indonesia Pastikan Tak Seperti 1998

Rupiah melemah terhadap dolar AS.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) memastikan kondisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia aman, dan tidak akan sebesar utang pada tahun 1998. Meskipun pada beberapa waktu lalu nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.245 per dolar AS.

"Utang kita aman, statistik utang-utang kita sangat aman," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Ubud, Bali, Sabtu 1 Oktober 2022.

Erwin mengatakan, hal itu karena utang luar negeri Indonesia  didominasi oleh utang jangka panjang. Serta pencatatan utang luar negeri sudah sangat jelas.

Baca juga: Pertamina Turunkan Harga Pertamax Jadi Rp 13.900 per Liter

"Tahun 1998 saat kita krisis moneter besar-besaran, kita bahkan nggak tahu proporsi utang kita berapa. Sekarang dengan statistik yang lebih baik, kita jadi lebih tahu," ujarnya.

Sebelumnya, posisi ULN Indonesia pada Juli 2022 kembali menurun. Posisi ULN Indonesia pada akhir Juli 2022 tercatat sebesar US$400,4 miliar atau sekitar Rp 5.961 triliun (kurs Rp 14.890 per dolar AS), turun dibandingkan posisi bulan sebelumnya US$403,6 miliar.

Erwin Haryono menuturkan, perkembangan penurunan itu disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta.

"Secara tahunan, posisi ULN Juli 2022 mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,2 persen (yoy)," katanya.

Ilustrasi peningkatan utang luar negeri Indonesia.

Photo :
  • Halomoney

Erwin menjelaskan, posisi ULN Pemerintah pada Juli 2022 sebesar US$185,6 miliar lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya sebesar US$187,3 miliar. Namun, jika secara tahunan, ULN Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 9,9 persen secara (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada Juni 2022 yang sebesar 8,6 persen (yoy).

"Penurunan ULN Pemerintah terjadi akibat adanya pergeseran penempatan dana oleh investor non residen di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global," ungkapnya.

Sementara itu, instrumen pinjaman mengalami kenaikan posisi dari bulan sebelumnya yang digunakan untuk mendukung pembiayaan program dan proyek, baik untuk penanganan COVID-19, pembangunan infrastruktur maupun untuk pembangunan proyek dan program lainnya.