Yunani Kian Membangkang, Uni Eropa Marah Besar

Perdana Menteri baru Yunani Alexis Tsipras
Sumber :
  • REUTERS/Alkis Konstantinidis

VIVA.co.id - Niat Yunani menampik program utangnya dengan Troika (Uni Eropa, Bank Sentral Eropa, dan IMF) memicu negara-negara kreditor besar Eropa bereaksi dengan penuh kemarahan. Yunani juga menuntut ganti rugi atas pendudukan Nazi di masa lalu, sehingga meningkatkan risiko pecahnya permusuhan pada akhir bulan ini.

Seperti diberitakan Telegraph, Selasa 10 Februari 2015, Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schauble menyatakan upaya menjembatani kesepakatan dengan pemerintahan Yunani yang dikuasai partai radikal Syriza mungkin sudah tidak bisa dilanjutkan.

Ia menekankan bahwa Yunani tetap harus mematuhi persyaratan utangnya terkait paket bailout sebesar 245 miliar euro dan menunjukkan itikad baik terhadap upaya negosiasi. Jika tidak, maka Yunani sendiri yang harus menanggung akibatnya.

"Jika mereka ingin berhubungan dengan kami, mereka harus punya sebuah program," ujar Schauble.

Ia memperingatkan Perdana Menteri baru Yunani, Alexis Tsipras, bahwa dunia akan membiarkan negaranya bangkrut dalam kondisi bermusuhan.

"Saya tidak tahu bagaimana pasar keuangan akan menangangi ini, tapi mungkin dia (Tsipras) lebih mengetahuinya," kata Schauble.

Presiden Komisi Eropa Jean Claude Juncker, mendesak Syriza agar tidak meremehkan Uni Eropa atau terlalu congkak setelah memenangkan pemilu Yunani bulan lalu dengan menghentikan program penghematan yang disodorkan Troika.

"Yunani tidak boleh berasumsi bahwa suasana hati Eropa secara keseluruhan sudah berubah," kata Juncker.

Pejabat berwenang Uni Eropa mengingatkan Tsipras bahwa rangkaian pertemuan penting di Brussels pada pekan ini merupakan kesempatan terakhir baginya untuk mengendurkan retorika kampanye dan menyetujui rencana kelanjutan program bailout dari Troika.

Ancaman yang sudah jelas di depan mata adalah Bank Sentral Eropa (ECB) akan memangkas dukungan likuiditas untuk sistem keuangan Yunani sebesar 60 miliar euro. Tindakan dilakukan begitu masa berlaku perjanjian Troika mencapai batas akhir pada 28 Februari. Kondisi ini akan memaksa Yunani  menggalakkan pengawasan modal, menasionalisasi bank-bank, dan kembali pada mata uang drachma.

Bahkan jika ECB bersedia menunda eksekusi penarikan perjanjian yang berlaku sekarang ini, Athena tetap akan kehabisan uang pada bulan Maret ketika menghadapi tagihan pembayaran utang IMF  dan kreditor-kreditor lainnya.

Penerimaan pajak Yunani telah semakin surut selama beberapa pekan terakhir karena masyarakat menantikan kepastian langkah Syriza ke depan. Cadangan devisa negara saat ini telah jatuh menjadi 1,5 miliar euro.

Kekhawatiran atas perpecahan ini segera memicu reaksi pasar modal Yunani. Imbal hasil obligasi Yunani untuk tenor tiga tahun melonjak lebih dari 300 poin, sedangkan saham perbankan jatuh 9 persen.


Baca juga: