Alasan Investor Migas Kurang Tertarik dengan Indonesia

Kegiatan industri migas/Foto ilustrasi.
Sumber :
  • ANTV/Veros Afif
VIVA.co.id - Sistem bagi hasil ( production sharing contract
/PSC) yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia, dinilai kurang begitu menarik bagi investor minyak dan gas. Hal ini, disebabkan kecilnya porsi yang didapatkan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dalam mengelola blok migas.

"
PSC
Indonesia kurang menarik," kata
VP Human Resources Communications General Service
Total E&P Indonesia, Arividya Noviyanto, di Bogor, Jakarta, Sabtu 5 September 2015.


Noviyanto mengatakan, porsi keuntungan yang didapatkan oleh pemerintah jauh lebih besar daripada yang didapatkan oleh kontraktor. Porsi yang didapatkan pemerintah sebesar 85 persen, sedangkan kontraktor 15 persen. "Bagian kontraktor terlalu kecil," kata dia.


Noviyanto pun membandingkannya dengan Vietnam. Dia mengatakan, keuntungan yang didapatkan kontraktor migas di sana lebih besar daripada Indonesia.


"Vietnam itu (bagian kontraktor) di atas kita sedikit, lebih bagus sedikit. Vietnam itu bagiannya di atas 25 persen (untuk kontraktor)," kata dia.


Namun, ada satu hal yang membuat investor tetap berminat untuk mengebor minyak di Indonesia, yaitu pembayaran pengembalian biaya (
cost recovery
) yang cepat. "Begitu (sumur) berproduksi, biaya
cost recovery
langsung dibayarkan," kata dia. (asp)