Pilpres Rusia: Presiden Putin Menuju Masa Jabatan Keempat

Rusia, Putin
Sumber :
  • bbc

Sekitar 100 juta warga Rusia, memberikan suara dalam pemilihan presiden, yang hampir dipastikan akan mengantarkan Vladimir Putin untuk masa jabatan presiden yang keempat.

Bersaing dengan tujuh calon lainnya, Putin -seperti diperkirakan oleh banyak pihak- tidak akan mendapat perlawanan serius untuk menduduki kembali kursi presiden selama enam tahun mendatang,

Bagaimana pun, dia memerlukan tingkat partisipasi pemilih yang tinggi untuk memperkuat legitimasinya sebagai pemimpin, di tengah-tengah ancaman semakin terisolasinya Rusia akibat sanksi baru Amerika Serikat, dan tuduhan keterlibatan Moskow dalam upaya pembunuhan mantan agen Rusia di Inggris.

Saat memberikan suara di ibu kota Moskow, Minggu 18 Maret 2018, dia mengatakan hasil yang memberinya `hak untuk melaksanakan tugas sebagai presiden` merupakan sebuah kesuksesan.

"Saya yakin, program yang saya tawarkan adalah yang benar," ujar pria yang sudah menjadi pemimpin terlama Rusia sejak Stalin dulu.

Saingan Putin antara lain adalah seorang jutawan, Pavel Grudinin, mantan pembawa acara TV, Ksenia Sobchak, dan politisi beraliran nasionalis yang terkenal, Vladimir Zhirinovsky.

Namun, pemimpin oposisi utama, Alexei Navalny, dilarang ikut pemilihan, karena terbukti terlibat penipuan, yang menurut Navalny bermotif politik.

Dia menyerukan aksi boikot dan mengerahkan ribuan pendukungnya untuk mengamati tempat-tempat pemungutan suar,a guna mengawasi kemungkinan kecurangan.

Vladimir Putin, yang kini berusia 65 tahun, menjadi pemimpin Rusia yang dominan sejak 1999, baik sebagai presiden maupun perdana menteri.

Pemilihan presiden Rusia ini berlangsung di tengah-tengah sengketa diplomatik antara Inggris dan Rusia, terkait upaya pembunuhan seorang mantan mata-mata Rusia dan putrinya di tangan Inggris.

Pemerintah Inggris, menyimpulkan negara Rusia terlibat dalam upaya pembunuhan Sergei Skripal, yang berusia 66 tahun, dan putrinya, Yulia, 33 tahun, dengan menggunakan gas saraf pada 4 Maret lalu.

Keduanya hingga kini masih dalam keadaan kritis.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, kemudian mengambil tindakan dengan memulangkan 23 diplomat Rusia, yang membalasnya dengan juga mengusir 23 diplomat Inggris.

Sementara itu, Amerika Serikat beberapa waktu lalu menjatuhkan serangkaian sanksi baru atas Rusia, yang antara lain dituduh campur tangan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 lalu.