Bentrokan Gaza dan Perkabungan Tewasnya Warga Palestina

Duka keluarga saat pemakaman Laila al-Ghandour, bayi berusia delapan bulan yang meninggal karena menghirup gas air mata. - Reuters
Sumber :
  • bbc

Upacara pemakaman berlangsung hari ini, Selasa (15/05), di Gaza atas 58 warga Palestina yang tewas sehari sebelumnya dalam bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina dan aparat keamanan Israel.

Pemakaman itu akan berlangsung bersamaan dengan peringatan 70 tahun yang disebut Palestina sebagai Nakba, pengungsian besar-besaran rakyat Palestina setelah terbentuknya negara Israel.

Jumlah korban yang jatuh hari Senin -pada saat peresmian Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem- merupakan yang terbesar dalam satu hari sejak Perang Gaza tahun 2014 lalu.

Militer Israel mengatakan siap untuk kembali menghadapi konfrontasi pada Selasa (15/05) namun kelompok-kelompok di Palestina memberi indikasi ingin mengendalikan unjuk rasa.

Pembukaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem memicu kemarahan besar warga Palestina karena dianggap sebagai dukungan atas pendudukan Israel di seluruh Yerusalem sementara Palestina berkeras bahwa Yerusalem Timur merupakan wilayah mereka dan ibu kota masa depan negaranya.


Kekerasan di perbatasan Gaza-Israel pada hari Senin menyebabkan jatuhnya korban 58 jiwa, yang terbesar sejak Perang Gaza tahun 2014 lalu. - EPA

Pihak berwenang Palestina menyebutkan bahwa selain puluhan yang tewas masih ada sekitar 2.700 orang yang cedera dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai `pembunuhan massal`.

Sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan militer bertindak untuk membela diri melawan para penguasa Gaza, Hamas, yang menurut mereka ingin menghancurkan Israel.

Bagaimanapun kantor hak asasi manusia PBB mengkritik keras penggunaan kekuatan oleh Israel.

"Faktanya jelas bahwa mendekati pagar bukanlah tindakan yang mematikan atau mengancam jiwa, jadi tidak membenarkan untuk ditembak," jelas juru bicara Rupert Colville kepada para wartawan di Jenewa, Selasa (15/05).

Unjuk rasa di perbatasan Gaza

Warga Palestina sudah melakukan unjuk rasa selama enam pekan lebih, sebagai bagian dari aksi yang disebut Hamas "Pawai Besar untuk Pulang`.

Namun unjuk rasa Senin dan juga Selasa tampaknya merupakan puncaknya karena menandai pembentukan negara Israel tahun 1948 lalu dan pengungsian ratusan ribu warga Palestina dari rumahnya akibat perang yang menyusul.


Bentrokan besar di perbatasan Gaza bersamaan dengan peresmian Kedubes AS di Yerusalem. - Reuters

Israel mengatakan sekitar 40.000 orang Palestina ambil bagian dalam unjuk rasa `yang diwarnai kekerasan` di 13 lokasi di sepanjang pagar pengamanan Israel di Gaza timur.

Para pengunjuk rasa melempar batu dan bahan-bahan yang terbakar maupun mendekati pagar tersebut.

Sementara penembak jitu Israel melepas tembakan dengan peluru api ke arah pengunjuk rasa maupun menggunakan gas air mata dari pesawat tanpa awak untuk membubarkan massa.

Netanyahu membela aksi militer Israel, "Setiap negara memiliki kewajiban untuk mempertahankan perbatasannya."

"Organisasi teroris Hamas menyatakan keinginannya untuk menghancurkan Israel dan mengirim ribuan orang untuk menerobos perbatasan guna mencapai tujuan itu," tambahnya.

"Kami akan terus bertindak dengan tekad melindungi kedaulatan dan rakyat kami."


Pihak berwenang Palestina mengatakan 2.700 orang cedera akibat bentrokan Senin. - EPA

Hamas sebenarnya tidak memulai unjuk rasa yang sudah berlangsung selama enam pekan lebih namun belakangan menjadi motornya.

Pada akhir `Pawai Besar untuk Pulang`, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, mengatakan unjuk rasa dimaksudkan untuk mencabut yang disebut sebagai `perbatasan sementara` dengan Israel.

Hamas menyerukan penghancuran negara Israel dan secara permanen berada dalam keadaan bermusuhan dengan negara Yahudi itu.