Warga Gaza Berpuasa dalam Keprihatinan

Warga Palestina di Gaza mengambil sup gratis untuk berbuka puasa. - Getty Images
Sumber :
  • bbc

Kehidupan warga Palestina di Gaza yang makin sulit akibat blokade Israel sejak 2007 dan membuat puasa pada 2018 tak bisa dijalani dalam suasana semarak.

Pertikaian politik dan pemindahan kantor kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem makin menambah keprihatinan tersebut.

Alih-alih menyambut gembira, warga Gaza memasuki Ramadan dengan suasana duka ditandai dengan pemakaman puluhan pengunjuk rasa yang tewas di tangan tentara Israel.

"Menyedihkan dan membuat pilu. Di setiap rumah, ada yang terluka, di setiap rumah ada yang mati syahid. Semua ibu merasa sedih. Tak ada suasana Ramadan sama sekali," kata Sabreen al-Turk, warga Gaza, kepada kantor berita Reuters.

Nohaa Shomar, seorang ibu yang tinggal di kamp pengungsi, mengatakan tak bisa lagi membeli daging untuk anggota keluarganya yang berjumlah sembilan orang.

Ramadan biasanya ditunggu para pedagang dan pemilik toko karena banyak warga yang berbelanja lebih untuk merayakannya. Tidak untuk tahun ini.

"Situasinya sungguh sulit. Ada atau tak ada Ramadan, kami menghadapi kesulitan ekonomi. Bagaimana kami bisa memeli barang kalau begini," kata pedagang bernama Fayez al-Bitar.

Muhammad Smiry, warga di Gaza, mengatakan banyak warga Gaza yang hanya sahur dengan roti tawar dan berbuka dengan sup lentil.

"Ini karena mereka tak mampu membeli makanan. Sedih melihatnya, lebih sedih lagi kalau mengetahui banyak warga yang bernasib seperti ini," kata Smiry melalui Twitter.

Sangat tergantung dengan bantuan

Badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan Ramadan tahun ini mungkin yang paling kelam bagi warga di Gaza yang berjumlah sekitar dua juga orang.


Anak-anak Gaza menunggu giliran menerima pembagian sup gratis selama Ramadan. - Getty Images

Dari jumlah itu, kata UNRWA, satu juta orang tergantung dengan bantuan darurat dari luar.

Jumlah warga miskin di Gaza bertambah dalam beberapa bulan terakhir akibat pertikaian antara kelompok Fatah dan Hamas dan juga akibat dari keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membekukan dana bagi Palestina.

Situasi ini menyebabkan situasi kemanusiaan di Gaza makin buruk akibat minimnya bantuan bagi warga Gaza.

Untuk bisa bertahan, banyak warga yang berjalan kaki lima kilometer untuk mendapatkan pembagian bubur gratis.

UNRWA mengatakan penerima bantuan makanan PBB di Gaza mencapai satu juta orang sementara dua dekade lalu jumlahnya 80.000 orang.

Negara-negara Muslim seperti Qatar, Turki, Iran dan Uni Emirat Arab menaikkan bantuan bagi warga Gaza selama Ramadan. Qatar misalnya membagikan satu juta paket makanan.