Puteri Papua Guru Bahasa Inggris Maju Finalis Kontes Kecantikan Dunia

- FACEBOOK/ ELLEN RACHEL ARAGAY
Sumber :
  • bbc

Pernah mengalami perundungan karena perbedaan fisik saat sekolah, Puteri asal Papua, Ellen Rachel Aragay percaya diri dengan mengkampanyekan setop kekerasan dalam rumah tangga di kontes kecantikan internasional, Face of Beauty International 2018.

Ellen Rachel Aragay, adalah runner-up Miss Indonesia 2014, yang kesehariannya adalah guru bahasa Inggris.

Ia menjadi perempuan asal Papua pertama yang mewakili Indonesia dalam sebuah kontes kecantikan internasional dengan menjadi finalis dalam kontes Face of Beauty International 2018 di India, yang berlangsung di New Delhi, India pada 7-17 September ini.

Alumni International Miracle Institute, Florida, Amerika Serikat ini pernah aktif sebagai pebasket dan ikut dalam Kejuaraan Basket ASEAN U-18 di Vietnam pada 2007 lalu. Kontes kecantikan yang diikutinya ini mulai diselenggarakan pada 2012 sebagai Miss Teen Face of Beauty International. Belakangan berubah menjadi Face of Beauty International, hingga sekarang.

Menurut Ellen, kontes ini bertujuan untuk berbagi visi dan gagasan para perempuan di seluruh dunia.

"Kita akan kampanye mengenai bagaimana setop kekerasan terhadap perempuan baik di dalam rumah tangga ataupun dalam hubungan," kata Ellen kepada Ata Hasegem yang mewawancarainya untuk BBC Indonesia.

Papua, tempat asalnya, sampai sekarang masih menjadi daerah yang dirundung banyak persoalan politik dan keamanan. Namun Ellen memutuskan untuk tidak membicarakan hal itu di India.

"Saya tidak akan banyak bicara masalah konflik atau apa, karena bukan di Papua saja yang punya konflik gitu, Di belahan dunia lain juga punya konflik seperti itu," papar Ellen. Ia memutuskan melihat dari sudut pandang lain, yakni profesinya sebagai guru akan menjadi pondasi yang kuat untuk mengembangkan dunia pendidikan di Papua, khususnya dalam bidang Bahasa Inggris.

Menurut Ellen, keikutsertaannya dalam kontes kecantikan itu menegaskan bahwa orang Papua setara dengan warga Indonesia lain. Juga dengan warga dunia lain.

"Kita sama saja, punya daya saing, prestasi, dan kreativitas yang tak kalah dibandingkan dengan puteri lainnya di dunia. Seperti kecerdasan intelektual dan kemampuan bersosialisasi," katanya.

Ellen mengatakan, keikutsertaannya dalam kontes ini juga merupakan semacam perjuangan pribadi.

"Dulu, saat pindah pertama kali ke Jakarta, saya pernah menjadi korban perundungan karena warna kulit dan rambut yang begini sebagai orang Papua," katanya.

Waktu itu ia masih SMP dan belum begitu siap mengalami diskriminasi seperti itu. "Saya sempat mogok tidak mau sekolah, sampai tiga bulan."

Tapi kemudian ia menggunakannya sebagai motivasi untuk berprestasi.

"Saya berjuang, saya bisa masuk kelas inti di sekolah, saya lulus dengan nilai saya yang bagus. Jadi saya membuktikan," katanya sembari tertawa.