DPR AS Loloskan Anggaran Tembok Perbatasan yang Kontroversial

Contoh tembok yang digagas Trump dekat perbatasan AS-Meksiko di California. - Reuters
Sumber :
  • bbc

Dewan Perwakilan Rakyat AS telah meloloskan anggaran pembangunan tembok perbatasan sekaligus dana operasional agar sejumlah instansi pemerintah tetap berjalan hingga 8 Februari mendatang.

Anggaran pembangunan tembok sebesar US$5,7 miliar (Rp82,5 triliun) itu disetujui melalui pemungutan suara dengan perbandingan 217-85.

Akan tetapi, anggaran ini diperkirakan akan ditolak Senat mengingat Partai Demokrat bisa mengumpulkan mayoritas 60 suara. Meski Partai Republik mengendalikan Senat, partai tersebut hanya menduduki 51 kursi.

Masalahnya, jika Kongres kunjung menyepakati anggaran sementara hingga Jumat (21/12) malam, dana operasional untuk sejumlah instansi pemerintah di bidang penegakan hukum, keamanan bandara, eksplorasi luar angkasa, dan peternakan tidak akan mengucur.

"Anggaran yang disetujui di DPR, semua orang tahu tidak akan diloloskan Senat," kata pemimpin Partai Demokrat, Chuck Schumer.

Kekhawatiran bahwa operasional pemerintah akan mandek gara-gara perdebatan soal pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko menandai jatuhnya bursa Dow hingga 2%--titik terendah selama 14 bulan terakhir.


Ketua DPR, Paul Ryan (kanan), bersama pemimpin fraksi mayoritas di DPR Kevin McCarthy (kiri). - EPA

Pendanaan Masyarakat

Baru-baru ini sejumlah pendukung Trump menuding sang presiden ingkar janji soal konstruksi tembok, antara lain para anggota Kaukus Kebebasan di DPR AS yang ultrakonservatif serta media sayap kanan Brietbart News dan The Drudge Report.

Akan tetapi, beberapa pendukung Trump menolak berpangku tangan. Mereka meluncurkan penggalangan dana sebesar US$1 miliar untuk pembangunan tembok.

Dalam tiga hari terakhir, GoFundMe telah menggalang dana sebesar US$9 juta (Rp130 miliar).

Brian Kolfage, veteran Perang Irak yang menggagas penggalangan dana tersebut mengatakan target akan tercapai jika setiap pendukung Trump menyumbang US$80 (Rp1,1 juta).

"Ini tidak akan mudah, tapi sudah menjadi tugas kita sebagai warga negara. Kita bisa membantu Presiden Trump membuat Amerika aman kembali!" kata Kolfage.