Lagi, Bocah Imigran Tewas di Tahanan Perbatasan AS-Meksiko

Para imigran yang tiba di perbatasan AS-Meksiko mengatakan mereka melarikan diri dari negaranya untuk menghindari persekusi, kemiskinan, dan kekerasan - Getty Images
Sumber :
  • bbc

Seorang bocah lelaki asal Guatemala berusia 8 tahun dilaporkan meninggal dalam tahanan pemerintah Amerika Serikat, kata pihak imigrasi.

Seorang anggota kongres dari Texas menyebut nama bocah tersebut adalah Felipe Alonzo-Gomez.

Kematian anak imigran yang ditahan tak lama setelah melintasi perbatasan Amerika Serikat-Meksiko merupakan yang kedua dalam bulan ini.

Sebelumnya, Jakelin Caal yang berusia 7 tahun, juga dari Guatemala, meninggal beberapa jam setelah ditahan.

Anggota kongres dari Texas, Joaquin Castro, menyerukan penyelidikan komisi kongres atas kematian bocah itu.

"Kita harus memastikan bahwa kita memperlakukan imigran dan pencari suaka dalam martabat mereka sebagai manusia dan memberikan perawatan medis yang diperlukan kepada siapa pun yang berada dalam tahanan pemerintah Amerika Serikat," katanya.

"Kebijakan pemerintah untuk memulangkan orang-orang dari pelabuhan-pelabuhan resmi, atau dikenal sebagai metering , sangat membahayakan keluarga dan anak-anak."

Ribuan imigran diketahui melakukan perjalanan dari Amerika Tengah ke perbatasan Amerika Serikat.

Para imigran mengatakan mereka melarikan diri untuk menghindari persekusi, kemiskinan dan kekerasan di negara asal mereka di Guatemala, Honduras dan El Salvador.

Banyak dari mereka mengatakan tujuan mereka adalah untuk menetap di AS, meskipun pihak berwenang AS memperingatkan bahwa siapa pun yang kedapatan memasuki negara itu secara ilegal akan ditangkap, dituntut dan dideportasi.

Apa yang terjadi dalam kasus terakhir ini?

Bocah itu meninggal tak lama setelah tengah malam pada tanggal 25 Desember, kata Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.

Dalam sebuah pernyataan, lembaga itu mengatakan anak berusia delapan tahun itu memperlihatkan "tanda-tanda penyakit potensial" pada hari Senin (24/12).

Ia dan ayahnya dilaporkan dibawa ke rumah sakit di Alamogordo, New Mexico, tempat bocah itu didiagnosis menderita pilek dan demam, lalu diberi resep amoksisilin dan ibuprofen, dan diperbolehkan pulang pada Senin sore.

Disebutkan, bocah itu kemudian kembali lagi ke rumah sakit pada Senin malam setelah mengalami muntah dan meninggal di sana beberapa jam kemudian.

Lembaga itu mengaku belum mengetahui penyebab kematiannya.

Apa yang terjadi sebelumnya dengan Jakelin Caal?

Jakelin tengah melintasi perbatasan Amerika Serikat-Meksiko dengan ayahnya sebagai bagian dari rombongan para imigran Amerika Tengah.

Para pejabat AS mengatakan mereka mencoba menyeberangi perbatasan Meksiko-AS secara ilegal.

Jakelin dan ayahnya menyerahkan diri kepada agen perbatasan AS di New Mexico pada awal Desember.


Abdel memegang foto adiknya, Jakelin Caal di luar rumahnya di San Antonio Secortez. - Reuters

Saat dalam tahanan, Jakelin mengalami demam tinggi dan meninggal karena menderita gagal hati beberapa hari kemudian.

Harian The Washington Post , yang pertama kali melaporkan kematiannya, mengutip para pejabat perbatasan mengatakan bahwa ia meninggal karena gagal hati yang disebabkan oleh dehidrasi dan keguncangan, dan bahwa ia "dilaporkan tidak makan atau mendapat asupan air selama beberapa hari".

Suhu tubuhnya dilaporkan mencapai 40,9C.


Claudia Maquin, ibunda Jakelin, menangis di pemakaman putrinya di Guatemala pad hari Selasa (25/12). - Reuters

Ayah Jakelin, Nery, tetap berada di AS, menunggu keputusan apakah ia akan diizinkan untuk tinggal di sana.

Sementara jasad putrinya dikembalikan ke Guatemala pada minggu ini, dan pemakamannya berlangsung di desa San Antonio Secortez pada hari Selasa (25/12).

Mengapa perbatasan begitu menegangkan?

Ketegangan di perbatasan sudah meningkat sejak kedatangan ribuan migran dalam beberapa minggu terakhir.

Bulan lalu, agen perbatasan AS menyemprotkan gas air mata ke arah kerumunan migran, yang di dalamnya terdapat anak-anak, yang mencoba menyeberangi perbatasan.

Pejabat perbatasan mengatakan mereka menggunakan gas air mata karena petugas patroli mereka diserang dan dipukul dengan batu.

Namun, para pengamat menuding pemerintahan Trump melakukan kebijakan kekerasan, sementara Meksiko menuntut penyelidikan atas insiden itu.


- BBC

Rombongan imigran yang melakukan perjalanan dalam kelompok besar, dijuluki `karavan`, mereka menempuh perjalanan lebih dari 4.000 km dari Amerika Tengah.

Di antara mereka banyak keluarga yang membawa anak kecil.

Presiden Donald Trump berjanji untuk membuat setiap imigran tetap di sisi perbatasan Meksiko sampai pengadilan memutuskan kasus mereka. Karenanya banyak yang menjalani penantian panjang.

Mereka menghabiskan waktu di tempat-tempat penampungan sementara di kota perbatasan Meksiko Tijuana dan di Mexicali, yang lokasinya sejauh 180 km ke arah timur. (ase)