Perempuan Cantik Saudi Kabur dari Negaranya lalu Terjebak di Bangkok

- Twitter/Rahat Mohammed al-Qunun
Sumber :
  • bbc

Seorang perempuan muda Arab Saudi mengaku terdampar di bandar udara di ibu kota Thailand, Bangkok, setelah meninggalkan keluarganya. Dia juga mengklaim paspornya disita oleh seorang pejabat Saudi.

Rahaf Mohammed al-Qunun, 18 tahun, mengatakan dia sedang dalam perjalanan ke Kuwait bersama keluarganya ketika dia kabur dalam sebuah penerbangan dua hari lalu.

Dia mencoba menuju ke Australia melalui penerbangan lanjutan di Bangkok.

Dia mengatakan kepada BBC bahwa dia telah meninggalkan Islam, dan merasa takut akan dibunuh oleh keluarganya setelah dipaksa kembali ke Arab Saudi.

Wartawan BBC di Bangkok, Jonathan Head, mengatakan Rahaf Mohammed al-Qunun ketakutan dan kebingungan.

Dia mengatakan punya visa Australia tetapi paspornya disita oleh seorang diplomat Saudi ketika dia bertemu dengannya saat turun dari pesawat dan tiba di Bandara Suvarnabhumi.

Seorang pejabat Kedutaan Saudi di Bangkok membantah keterlibatan pemerintah Saudi terkait penahanan perempuan muda tersebut.

"Kedutaan tidak memiliki wewenang untuk menangkap (siapa pun) di bandara atau di tempat lain," kata Abdellilah al-Shaayibi kepada situs berita Sabq .

"Dia dihentikan oleh otoritas bandara karena dia melanggar hukum Thailand," katanya.

Seorang pejabat kepolisian Thailand, Mayor Jenderal Surachate Hakparn mengatakan kepada BBC bahwa Rahaf Mohammed al-Qunun kabur dari pernikahan.

Karena dia tidak memiliki visa untuk memasuki Thailand, menurutnya, polisi melarangnya memasuki wilayah negara itu.

Otoritas Thailand kerja sama dengan Saudi?

Saat ini, lanjutnya, Rahaf dalam proses pemulangan melalui maskapai yang sama dengan saat dia tiba di Bangkok, yaitu Kuwait Airways, pada Senin pagi.

Jenderal Surachate mengaku dia tidak mengetahui adanya penyitaan paspor yang bersangkutan oleh otoritas Saudi.

Sementara itu, kepala imigrasi Thailand, Surachate Hakparn, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kasus itu adalah "masalah keluarga" dan remaja itu "tidak memiliki dokumen lain seperti tiket pulang atau uang".

Namun, wakil direktur Human Rights Watch Asia, Phil Robertson, mengatakan kepada BBC: "Agaknya pemerintah Thailand membuat cerita bahwa ia mencoba mengajukan permohonan visa dan ditolak ... pada kenyataannya, dia memiliki tiket untuk pergi ke Australia, dia tidak ingin memasuki Thailand sejak awal."

Dia berargumen bahwa pihak berwenang Thailand secara jelas telah bekerja sama dengan Arab Saudi karena pejabat Saudi dapat mendatangi pesawat yang ditumpangi Rafat ketika mendarat di Bangkok.

Rahaf Mohammed al-Qunun mengatakan kepada BBC bahwa dia sekarang berada di sebuah hotel di area transit bandara.

Dia berkata: "Saya berbagi cerita dan foto saya di media sosial dan ayah saya sangat marah karena saya melakukan ini ... Saya tidak bisa belajar dan bekerja di negara saya, jadi saya ingin bebas dan belajar dan bekerja seperti yang saya inginkan."

`Saya khawatir keluarga saya akan membunuh saya`

Rahaf menulis di akun Twitternya bahwa dia memutuskan membeberkan identitasnya dengan detil karena dia merasa "tidak ada yang salah" dengan tindakannya.

Dia juga membagikan foto paspornya "karena saya ingin Anda tahu saya nyata dan ada".

Dalam cuitan lainnya, dia menulis: "Saya khawatir keluarga saya akan membunuh saya."

Kasus yang dialami Rahaf menggaungkan kembali kasus perempuan Saudi lainnya yang tengah transit di Australia pada April 2017.

Dina Ali Lasloom, 24 tahun, sedang dalam perjalanan dari Kuwait melalui Filipina, tetapi dibawa kembali ke Arab Saudi dari bandara Manila oleh keluarganya.

Dia menggunakan telepon genggam milik seorang turis Kanada untuk mengirim sebuah pesan, video yang kemudian dia unggah ke Twitter, dengan mengatakan bahwa keluarganya akan membunuhnya.

Nasibnya belum diketahui setelah dia dipaksa kembali ke Arab Saudi.