Poin Menlu RI soal Perubahan Iklim di Debat Terbuka Dewan Keamanan PBB

Menlu RI Retno Marsudi di markas PBB di New York
Sumber :
  • Kemlu RI

VIVA – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, perubahan iklim merupakan kenyataan yang sedang terjadi dan sangat penting untuk segera ditangani. Menurut dia, diperlukan pengembangan kapasitas adaptasi suatu negara terhadap perubahan iklim tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Retno dalam debat terbuka Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) tentang penanganan dampak perubahan iklim terhadap perdamaian internasional di markas PBB, New York.

Menurut Retno, jika kapasitas adaptasi negara tidak dikembangkan, potensi ancaman terhadap keamanan internasional akan semakin besar.

"Ancaman perubahan iklim terhadap keamanan internasional sudah jelas. Oleh karena itu DK PBB harus bisa merespons ancaman-ancaman tersebut," kata Retno, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA, Senin 28 Januari 2019.

Perubahan iklim juga menjadi isu yang penting bagi Retno secara pribadi. Dia mencontohkan, bagaimana perubahan iklim dalam 100 tahun ke depan akan mengakibatkan kenaikan permukaan air laut di kota kelahirannya, Semarang. Hal ini berpotensi menggenangi kawasan pesisir Semarang tersebut hingga tiga kilometer persegi.

"Akibatnya akan terjadi kehilangan mata pencaharian masyarakat, kerentanan pangan, kehilangan wilayah dan teritori. Indonesia prihatin dengan dampak perubahan iklim terhadap negara-negara kepulauan kecil yang bahkan dapat mengancam keberlangsungan suatu bangsa," ujarnya di hadapan para perwakilan negara-negara anggota DK PBB.

Untuk itu, Indonesia menyampaikan tiga poin penting kepada DK PBB untuk mendukung upaya menangani dampak keamanan dari perubahan iklim.

"Pertama, DK PBB harus mengonsolidasikan upaya bersama untuk menanggulangi ancaman keamanan yang diakibatkan perubahan iklim," ungkap Retno.

Dalam hal ini, Pasukan Perdamaian PBB khususnya perlu dibekali kapasitas lain selain fungsi utamanya, seperti operasi pembangunan dan penanggulangan bencana.

Kedua, diperlukan pendekatan terhadap pemeliharaan perdamaian dengan mendorong sinergi keamanan. Ketiga, Retno mengatakan bahwa masing-masing negara memiliki tanggung jawab untuk melakukan mitigasi dan adaptasi dari perubahan iklim.

"Peran organisasi kawasan yang lebih aktif juga penting seperti ASEAN di kawasan Asia Tenggara. ASEAN telah memperkuat kapasitas AHA Center dalam penanganan bencana alam secara terkoordinasi," tutur menlu. (art)