Krisis Teluk: AS Luncurkan Serangan Siber atas Sistem Senjata Iran

Serangan siber ditujukan pada sistem senjata yang digunakan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.-EPA
Sumber :
  • bbc

AS meluncurkan serangan siber terhadap sistem senjata Iran pada hari Kamis ketika Presiden Trump menghentikan serangan udara di negara itu, seperti dilaporkan beberapa media AS.

Serangan siber itu melumpuhkan sistem komputer yang mengendalikan peluncur roket dan rudal, kata Washington Post.

Serangan itu sebagai balasan atas penembakan pesawat tak berawak AS serta serangan terhadap kapal tanker minyak yang dipersalahkan AS atas Iran, kata New York Times.

AS juga telah menjatuhkan sanksi yang digambarkan Presiden Trump sebagai "besar".

Dia mengatakan sanksi itu diperlukan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan tekanan ekonomi akan dipertahankan kecuali Teheran mengubah arah.

Ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara penting dunia pada tahun lalu dan menerapkan kembali sanksi, yang memicu krisis ekonomi di Iran.

Pekan lalu Iran mengatakan program nuklirnya akan melampaui batas yang disepakati secara internasional.

Trump mengatakan dia tidak ingin perang dengan Iran, tetapi memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi "pemusnahan" jika konflik pecah.

Bagaimana serangan siber AS dilakukan?

Serangan itu telah direncanakan selama beberapa minggu, beberapa sumber mengatakan kepada beberapa media AS, dan dinyatakan sebagai cara untuk menanggapi serangan terhadap kapal tanker di Teluk Oman.

Serangan itu ditujukan pada sistem senjata yang digunakan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (Islamic Revolutionary Guard Corps, IRGC) Iran, yang menembak jatuh pesawat nirawak AS pada hari Kamis lalu dan yang menurut AS juga menyerang tanker tersebut.

Baik Washington Post dan kantor berita AP mengatakan serangan siber AS telah melumpuhkan sistem itu. The New York Times mengatakan serangan itu dimaksudkan untuk membuat sistem offline untuk jangka waktu tertentu.

Pada hari Sabtu, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS memperingatkan bahwa Iran sedang meningkatkan serangan siber ke AS.

Christopher Krebs, direktur Cybersecurity dan Infrastructure Security Agency, mengatakan "aktivitas siber berbahaya" sedang diarahkan ke industri AS dan lembaga pemerintah oleh "aktor-aktor rezim Iran dan proksi mereka".

Mereka menggunakan "serangan `penghapus` yang merusak," kata Kreb, dalam upaya untuk mengendalikan seluruh jaringan.

Iran juga telah mencoba meretas sistem kapal angkatan laut AS, seperti dilaporkan Washington Post.

Apa yang dikatakan Trump?

Dia belum mengomentari laporan serangan siber. Pada hari Jumat dia mengatakan dia telah menghentikan serangan konvensional terhadap Iran karena diberitahukan bahwa 150 orang Iran akan terbunuh.

Pada hari Sabtu dia mengatakan dia terbuka untuk perundingan dengan Iran.

"Jika Iran ingin menjadi negara yang makmur... saya tidak masalah," kata Trump. "Tetapi mereka tidak akan pernah mencapainya jika mereka berpikir dalam lima atau enam tahun mereka akan memiliki senjata nuklir."

"Mari kita buat Iran menjadi hebat lagi," tambahnya, menggemakan slogan kampanyenya di pemilihan presiden AS pada 2016.

Bagaimana dampak sanksi AS terhadap Iran?

Penetapan kembali sanksi AS pada tahun lalu - terutama pada sektor energi, pengiriman dan keuangan - menyebabkan investasi asing berkurang dan menekan ekspor minyak.

Sanksi tersebut melarang perusahaan AS berdagang dengan Iran, begitupun perusahaan asing atau negara-negara berurusan dengan Iran.

Hal ini menyebabkan kekurangan barang impor dan produk yang dibuat dengan bahan mentah dari luar negeri, terutama popok bayi.

Jatuhnya nilai mata rupiah rial juga telah mempengaruhi biaya bahan pokok yang diproduksi secara lokal seperti daging dan telur, yang harganya telah melambung tinggi.

Apa yang terjadi pada pesawat nirawak AS?

IRGC Iran mengatakan, penenggelaman pesawat nirawak adalah "pesan yang jelas" kepada AS bahwa perbatasan Iran adalah "garis merah kami".

Tetapi para pejabat militer AS mempertahankan pesawat nirawak itu berada di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz pada saat itu.

Amir Ali Hajizadeh, seorang pejabat di IRGC, mengatakan pesawat militer lain, yang mengangkut 35 penumpang, terbang dekat dengan pesawat nirawak. "Kami bisa saja menembak jatuh pesawat itu juga, tapi tidak kami lakukan," katanya.


- BBC