Kombatan ISIS Mengaku Malu Pulang Kampung

Kombatan ISIS asal Australia Jamil Ahmad Shqeir ketika difoto di dalam penjara Kurdi di Suriah pada 15 September 2019.
Sumber :
  • abc

Seorang kombatan kelompok teroris ISIS asal Australia Jamil Ahmad Shqeir mengaku bergabung dengan konflik di Suriah setelah diyakinkan dalam suatu acara amal pada 2013.

"Saat itu, di Australia, isu tentang Suriah jadi pembicaraan di mana-mana. Semua orang bicara tentang Suriah," kata Jamil yang kini berada dalam tahanan Kurdi di Suriah.

Ia mengaku semua ceramah yang dia dengar di masjid-masjid ketika itu, berbicara tentang Suriah, dan hal itulah yang menggerakkan dia untuk bertindak.

"Saya malah tidak ikut-ikutan demo soal Suriah di Australia. Saya justru datang ke acara amal," katanya.

Ketika diwawancarai oleh TV setempat, Jamil mengatakan di tahun 2013 itu dia dengan mudahnya masuk ke Suriah untuk terlibat dalam konflik di sana.

"Banyak orang yang membantuku masuk. Saya waktu tak mau hanya duduk berpangku tangan," ujarnya. Ia lalu meninggalkan Australia pada awal 2013.

Jamil bergabung dengan kelompok Jabat al Nusra, namun belakangan pindah ke ISIS karena mengaku setuju dengan tujuan kelompok teroris ini mendirikan apa yang mereka sebut "Kekhalifahan Islam".

"Itu yang menarik banyak orang," katanya.

Dalam pernyataannya yang dikutip kantor berita North Press Agency, Jamil menyebut para tentara Turki waktu itu membolehkan dia masuk ke Suriah setelah tahu tujuannya untuk melawan Pemerintahan Assad.

"Mereka menghentikan kami di perbatasan dan memeriksa mobil kami," jelasnya.

"Para tentara Turki menggeledah barang-barang kami. Mereka bilang, jika kami ingin menentang Bashar al Assad, silakan saja," ujar Jamil.

Menurut pengakuannya, ketika pemimpin ISIS mengetahui bahwa Jamil berbicara berbahasa Inggris, dia pun ditugaskan untuk melatih para kombatan asing.

Jamil mengatakan tidak pernah melihat langsung pemimpin ISIS, dan tidak tahu adanya pemerkosaan terhadap kaum wanita dari suku Yazidi.

"Saya jauh dari komunitas itu dan sama sekali tak terlibat memperjual-belikan orang Yazidi. Saya tidak tahu dan belum pernah membeli wanita Yazidi," katanya.

Jamil merupakan salah satu dari setidaknya tujuh anggota ISIS asal Australia yang kini mendekam dalam penjara Kurdi di barat laut Suriah.

Wawancara dengan empat orang di antaranya telah dipublikasikan oleh North Press Agency.

Tapi berbeda dengan kombatan lainnya, Jamil justru tidak menyangkal bahwa dirinya adalah kombatan ISIS.

Selain itu, Jamil juga sama sekali tidak meminta untuk dipulangkan ke Australia dan menjalani hukuman di sana.

"Saya tidak mengerti soal hukuman di Australia. Tapi meminta pulang itu sesuatu yang memalukan bagi saya," katanya.

Simak berita lainnya dari ABC Indonesia.