Pengungsi Rohingya "Diasingkan" di Pulau Terpencil Tak Berpenghuni

Pengungsi Rohingya
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Pengungsi Rohingya seolah-olah terus diasingkan. Baru-baru ini, ratusan pengungsi Rohingya yang terombang-ambing selama bermingu-minggu di tengah lautan, akhirnya dikirim ke sebuah pulau kecil tak berpenghuni oleh otoritas Bangladesh. Menurut pejabat lokal, terdapat lusinan orang Rohingya yang mendarat di pantai Bangladesh pada hari Sabtu lalu dan beberapa dikirim ke Bhasan Char, sebuah pulau di muara Sungai Meghna, Bangladesh. Sedangkan, ratusan orang lainnya masih terlunta di dua kapal di perairan antara Bangladesh dan Malaysia.

"Sebuah perahu kecil yang membawa 43 orang datang ke pantai hari ini," kata pejabat pemerintah Bangladesh, seperti dikutip dari Guardian.

Namun hingga kini belum jelas berapa banyak pengungsi Rohingya yang telah dikirim ke Bhasan Char. Bangladesh, yang menampunng sekitar 1 juta orang Rohingya sebelumnya mengatakan akan menampung para pengungsi di pulau tersebut. Pulau Bhasan Char dapat hanya dapat ditempuh menggunakan perahu selama tiga jam.

Namun, rencana tersebut mendapat banyak tentangan dari para pengungsi Rohingya sendiri dan juga dari LSM, karena menilai pulau Bhasan Char rentan terhadap kenaikan permukaan air laut dan gelombang badai. Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa relokasi pengungsi ke pulau tersebut akan membuat mereka terisolasi, dengan akses yang terbatas ke layanan pendidikan dan kesehatan.

Yanghee Lee, yang baru-baru ini mengundurkan diri sebagai pelapor khusus PBB untuk Myanmar, sebelumnya mengatakan tidak jelas apakah pulau itu benar-benar layak huni atau tidak. Menurut Chris Lewa, seorang direktur kelompok pemantau proyek Arakan, para pengungsi Rohingya yang mendarat pada hari Sabtu lalu kemungkinan datang dengan perahu kecil dari sebuah kapal besar yang masih melaut dan diyakini membawa ratusan orang.

Pada hari Sabtu, pengungsi Rohingya juga memohon kepada pemerintah internasional untuk segera bertindak melakukan pencarian kepada kerabat dan keluarga mereka yang hilang selama berminggu-minggu di atas kapal di tengah lautan. Para pengungsi tersebut melarikan diri dari kamp-kamp pengungsian di Bangladesh dan mencoba memasuki Malaysia namun ditolak.

Dua kapal yang membawa sekitar 500 orang ditemukan di Bangladesh sekitar seminggu lalu. Menteri Luar Negeri Bangladesh mengatakan, negaranya sudah terlalu terbebani dan tidak akan membiarkan kapal merapat. Di antara mereka yang mengkhawatirkan orang yang mereka cintai adalah Razaul, seorang yang telah mengungsi di Cox's Bazar Bangladesh sejak 2017. Dia mengatakan bahwa saudara laki-lakinya, saudara perempuan iparnya dan dua anak mereka berada di lautan menuju ke Malaysia. Namun mereka telah hilang selama 53 hari.

"Saya hanya punya satu pesan. Pertanyaan saya kepada PBB dan pemerintah Bangladesh dan lainnya adalah untuk mengizinkan kapal-kapal pengungsi masuk. Mereka yang bisa menyelamatkan hidup para pengungsi," kata Razaul.

Bulan lalu, pihak berwenang Bangladesh menyelamatkan sebuah kapal yang memuat sekitar 400 orang. Mereka diyakini telah menghabiskan dua bulan yang mengerikan di tengah lautan.

Penulis: Dion Yudhantama