Kasihan, Bayi 6 Minggu Meninggal karena COVID-19

Ilustrasi stigma masyarakat terhadap pasien positif Covid-19
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Inggris telah mengumumkan jumlah kematian terbaru karena virus corona atau COVID-19. Pada hari ini, Jumat, 8 Mei 2020 ada 414 kematian baru di negara itu. Dari ratusan korban meninggal itu terdapat korban termuda di Inggris yaitu bayi berusia enam minggu.

Jumlah korban sementara belum dikonfirmasi oleh pejabat setempat tetapi jika dihitung dengan menjumlahkan pembaruan individu dari masing-masing negara. Inggris hari ini mencatat 332 pasien meninggal COVID-19, diikuti oleh Skotlandia 49 orang, Wales 28 orang, dan Irlandia Utara 5 orang.

Dengan data terbaru itu membuat Inggris kini memiliki jumlah kematian melebihi 31 ribu orang. Korban termuda di Inggris yang berusia enam minggu itu memiliki beberapa gejala dari COVID-19. Tetapi para pejabat tidak mengungkapkan apa ini atau apakah mereka meninggal langsung karena infeksi COVID-19. 

Dikutip dari Daily Mail, National Health Service (NHS) mengatakan bayi itu dianggap sebagai kematian termuda Inggris dan angka-angka pemerintah yang terpisah menunjukkan korban termuda yang diketahui di Inggris dan Wales sebelum hari ini adalah antara satu dan empat tahun.

Sementara, Departemen Kesehatan Inggris belum merilis jumlah harian, yang memperhitungkan kematian perawatan di rumah di Inggris dan juga menyediakan pembaruan data pada kasus, perawatan di rumah sakit dan pengujian.

Diketahui, angka kematian Inggris pekan ini telah melampaui Italia, yang berarti sekarang telah mencatat lebih banyak korban daripada negara lain di Eropa. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang bernasib lebih buruk, dengan 75.000 kematian. Tetapi ribuan korban tidak terdata dari perhitungan resmi karena keterlambatan rekaman dan fakta. Kepala kesehatan hanya memperhitungkan orang-orang yang dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut.

Hingga kini sebenarnya data asli dari wabah COVID-19 yang ada di Inggris masih menjadi misteri karena kepala kesehatan secara kontroversial membuat pilihan untuk tidak melakukan pengujian massal di awal krisis. Meskipun ada peringatan yang jelas dari para ilmuwan top bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk menguasai virus mematikan ini.

Inggris telah mengumumkan jumlah kematian terbaru karena virus corona atau COVID-19. Pada hari ini, Jumat, 8 Mei 2020 ada 414 kematian baru di negara itu. Dari ratusan korban meninggal itu terdapat korban termuda di Inggris yaitu bayi berusia enam minggu.

Jumlah korban sementara belum dikonfirmasi oleh pejabat setempat tetapi jika dihitung dengan menjumlahkan pembaruan individu dari masing-masing negara. Inggris hari ini mencatat 332 pasien meninggal COVID-19, diikuti oleh Skotlandia 49 orang, Wales 28 orang, dan Irlandia Utara 5 orang.

Dengan data terbaru itu membuat Inggris kini memiliki jumlah kematian melebihi 31 ribu orang. Korban termuda di Inggris yang berusia enam minggu itu memiliki beberapa gejala dari COVID-19. Tetapi para pejabat tidak mengungkapkan apa ini atau apakah mereka meninggal langsung karena infeksi COVID-19. 

Dikutip dari Daily Mail, National Health Service (NHS) mengatakan bayi itu dianggap sebagai kematian termuda Inggris dan angka-angka pemerintah yang terpisah menunjukkan korban termuda yang diketahui di Inggris dan Wales sebelum hari ini adalah antara satu dan empat tahun.

Sementara, Departemen Kesehatan Inggris belum merilis jumlah harian, yang memperhitungkan kematian perawatan di rumah di Inggris dan juga menyediakan pembaruan data pada kasus, perawatan di rumah sakit dan pengujian.

Diketahui, angka kematian Inggris pekan ini telah melampaui Italia, yang berarti sekarang telah mencatat lebih banyak korban daripada negara lain di Eropa. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang bernasib lebih buruk, dengan 75.000 kematian. Tetapi ribuan korban tidak terdata dari perhitungan resmi karena keterlambatan rekaman dan fakta. Kepala kesehatan hanya memperhitungkan orang-orang yang dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut.

Hingga kini sebenarnya data asli dari wabah COVID-19 yang ada di Inggris masih menjadi misteri karena kepala kesehatan secara kontroversial membuat pilihan untuk tidak melakukan pengujian massal di awal krisis. Meskipun ada peringatan yang jelas dari para ilmuwan top bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk menguasai virus mematikan ini.

Baca: Upaya Pemerintah Tekan Penyebaran COVID-19 Lewat Gerakan Masker Kain