Demo Boikot China, Pendemo India Malah Bakar Gambar Kim Jong-un

Pemimpin Korut, Kim Jong-un, bersama Presiden China, Xi Jinping.
Sumber :
  • Financial Times

VIVA – Hubungan antara China dan India saat ini sedang mengalami ketegangan. Hal itu terjadi setelah tewasnya 20 tentara India dalam bentrokan di perbatasan Himalaya yang terjadi pada Senin 15 Juni 2020.

Kemarahan besar pun muncul di kalangan masyarakat India dari berbagai wilayah. Tidak sedikit warga India yang melakukan aksi turun ke jalan untuk memprotes China, dengan membakar patung, gambar, atau bendera yang ada hubungannya sama Tiongkok.

Baca Juga: Cuitan Trump Ditandai Twitter dengan Label Media yang Dimanipulasi

Namun, ada peristiwa unik yang terjadi dalam aksi protes di wilayah Asansol, Benggala Barat, yang diinisiasi oleh Partai Bharatiya Janata (BJP). Saat itu, pendemo justru membakar patung dan gambar pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Menurut laporan RepublicWorld, massa dari partai pendukung pemerintah itu mengira Kim Jong-un adalah Presiden China, Xi Jinping.

Dalam sebuah video yang viral di Twitter, sekelompok pria yang mengenakan masker terlihat sedang memprotes China dan meminta orang-orang untuk menggunakan produk dalam negeri. Setelah itu, mereka akan membakar patung Kim Jong-un.

Video singkat itu menjadi di viral, hingga tagar #KimJongUn menjadi trending di kalangan netizen India. Bahkan, tak sedikit warganet yang mengolok-olok peristiwa ini.  

Konflik antara India dan China di Lembah Galwan sempat menewaskan 20 tentara Angkatan Darat India. Guna meredakan ketegangan yang ada, pada Kamis 18 Juni 2020, China membebaskan 10 tentara India yang ditangkap dalam bentrokan perbatasan di Himalaya yang terjadi awal pekan lalu.

Perseteruan antara China dan India di wilayah perbatasan itu sudah terjadi sejak 1962 atau lebih dari 50 tahun lalu. Setelah terakhir memakan korban 4 tentara India pada tahun 1975, korban jiwa baru terjadi lagi sekarang.

Sejatinya, perbatasan kedua negara sudah dibatasi oleh Garis Kontrol Aktual (LAC), tetapi tidak ada yang mau mengakui kesepakatan tersebut. Ketegangan ini ditakutkan akan mempengaruhi komoditas di kedua negara.