Di Dunia Ternyata Amat Banyak Janda Mati Kelaparan

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Kematian pasangan sangat menghancurkan tetapi beberapa ritual di seluruh dunia dapat membuat keadaan para janda menjadi lebih buruk, terutama ketika menyangkut masalah makanan.

Dalam beberapa budaya, para janda dikecualikan dari waktu makan, dilarang makan makanan bergizi, dan bahkan dipaksa untuk mengambil bagian dalam ritual makan yang merusak dan berbahaya.

Di Ghana, seringkali janda termiskin yang paling menderita. Sementara negara itu telah berusaha untuk menghapuskan upacara berkabung yang merendahkan dan membahayakan para janda dengan undang-undang, beberapa janda masih dengan sengaja dijauhkan dari makanan bergizi - atau lebih buruk.

Ada ritual di mana para janda dipaksa minum sup yang berisi bagian-bagian tubuh suami mereka yang sudah meninggal.

"Rambut dan kuku almarhum digunakan. Jenazah dimandikan dan airnya digunakan sebagai ramuan untuk diminum perempuan itu," kata Fati Abdulai, Direktur Gerakan Janda dan Anak Yatim, sebuah yayasan amal yang berpusat di utara Ghana.

Beberapa janda dapat membeli jalan untuk menghindari ritual yang merendahkan ini - tetapi sebagian besar hidup dalam kemiskinan dan tidak bisa menikmati kemewahan itu.

Dan karena harta biasanya kembali ke keluarga pria setelah dia meninggal, banyak wanita kehilangan akses mereka ke tanah pertanian, kecuali mereka menikahi salah satu kerabat suami mereka.

Diperkirakan secara global setidaknya ada 285 juta janda, dan hampir satu dari sepuluh orang janda hidup dalam kemiskinan ekstrem. Di banyak negara, janda dipandang sebagai sumber rasa malu. PBB menyebut pelecehan yang dihadapi para janda sebagai salah satu pelanggaran paling serius terhadap hak asasi manusia yang ada.

"Ikan, daging, dan telur terlarang"

Di beberapa bagian dunia stigma yang melekat pada janda, bahkan terjadi pada lapisan masyarakat terkaya.

Menurut Chitrita Banger Gee, seorang sejarawan dan novelis kuliner Bengali, di komunitas Hindu di Benggala Barat, hingga beberapa dekade yang lalu, para janda di kasta tertinggi diharapkan untuk bertobat atas kematian suami mereka.

"Mereka dilarang makan ikan, daging, telur, bawang, bawang putih. Makanan-makanan yang biasa mereka nikmati sehari-hari tiba-tiba diambil sepenuhnya dari mereka," kata Gee.

"Intinya adalah menarik makanan, seolah-olah janda itu bersalah, dia telah melakukan dosa, harus melakukan penebusan dosa. Ini dicapai dengan mengambil makanannya."

Pernyataan Gee berdasar pengalamannya sendiri sebagai seorang anak, ketika neneknya menjadi janda.

"Bagi saya itu adalah perubahan besar. Nenek berubah dari mengenakan sari cerah dan perhiasan menjadi putih," kenangnya. "Dia berhenti makan dengan keluarga dan tidak bisa makan semua, karena beberapa makanan dilarang baginya."

"Tapi ketika dia memasak, makanan yang dibuat nenek sangat lezat."

Sebagai sejarawan makanan, Banger Gee dapat melihat bagaimana neneknya mengganti makanan terlarang dengan rempah-rempah.

"Dia tidak bisa makan bawang, tetapi menggunakan asafoetida sebagai gantinya untuk mengeluarkan rasa yang sama," kata Gee.

Di mana pun kita berada di dunia, ketika kita sedang berduka, kita membutuhkan makanan dan kenyamanan yang dapat tercipta dari makanan, bahkan lebih dari masa sebelumnya. Tetapi kehilangan orang yang paling sering makan bersama kita, dapat membuat waktu makan sulit untuk dihadapi - dan menghancurkan kesejahteraan fisik dan mental.

Getty Images

Studi yang dilakukan di Cina, Eropa dan AS, telah menemukan bahwa di antara para lansia, janda dikaitkan dengan kualitas dan variasi diet yang lebih buruk, dan dengan penurunan berat badan.

Elisabeth Vesnaver, seorang peneliti nutrisi terapan, melakukan penelitian mendalam tentang diet para janda Kanada di usia 70-an dan 80-an.

"Saya bersama dua orang nenek yang berada di sisi yang hampir berlawanan dalam spektrum," kata Vesnaver.

"Seorang nenek yang meninggal dua tahun setelah suaminya berpulang, tidak menderita sakit serius tapi ia meninggal karena berusaha mengurangi nafsu makan untuk menyamai konsumsi makanan suaminya yang sedang sakit. Sementara seorang nenek lain memperlakukan makanan seperti obat-obatan dan -hal itu menjadi bagian besar dari dirinya-peduli."

Dampak kematian

Vesnaver menemukan bahwa baik janda maupun duda memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dalam dua tahun pertama. Ini adalah dampak kematian yang terkenal, dan Vesnaver selalu percaya bahwa makanan mungkin menjadi bagian dari itu.

"Tentu saja penelitian menunjukkan kepada kita bahwa diet dan nutrisi berubah pada janda," kata Vesnaver. "Kami melihat skor diet yang lebih buruk, penurunan berat badan yang tidak disengaja, lebih sedikit kesenangan. Dan pria yang lebih tua tidak pernah belajar memasak untuk makanan mereka sendiri."

Namun, ia menambahkan bahwa ini bukan hanya tentang memiliki keterampilan kuliner.

"Apa yang menarik diamati dari perempuan adalah bahwa banyak yang akan mengalami efek negatif yang sama, namun mereka telah menyiapkan makanan bagi setiap orang selama beberapa dekade."

Seorang perempuan memberi tahu para peneliti ketika suaminya meninggal, dia tidak punya alasan untuk bangun. Dia kadang-kadang tetap di tempat tidur sampai jam 11 pagi atau jam 3 sore dan waktu makannya menjadi tidak teratur.

Vesnaver mengamati bahwa para perempuan yang paling menikmati memasak sebelum mereka menjadi janda, yang tampaknya merasa paling sulit untuk menyiapkan makanan sesudahnya. Mereka berjuang untuk menemukan cara makan bahkan hanya untuk mereka.

Sedangkan perempuan yang merasa tidak cocok dengan tanggung jawab mereka untuk menyiapkan makan keluarga mereka, memiliki waktu yang lebih mudah untuk beralih ke hal-hal yang hanya berfokus pada diri mereka sendiri.

Dan sejumlah duda belajar ketrampilan baru.

Michael Freedland, seorang jurnalis lepas dan penyiar, menikah dengan istrinya Sara selama 52 tahun.

Ketika Sara meninggal enam tahun lalu, waktu makan menjadi waktu yang sulit.

"Tidak ada kegembiraan makan di rumah sama sekali," kenang Freedland. Dia kehilangan berat badan setelah dia menjadi duda dan berjuang untuk menegmbalikannnya lagi.

"Saya benar-benar makan sangat sedikit pada waktu itu, tetapi saya menjadi ahli dalam membuat telur dadar," katanya.

Teman-teman dan keluarga Freedland bersimpati dan mengundangnya untuk makan malam.

"Saya selalu merasa bersalah tentang pesta makan malam, itu membuat saya merasa seperti kasus amal," kata Freedland.

"Bagi saya rasanya seperti meminjam buku dan saya harus mengembalikannya, saya pikir saya ingin menjadi tuan rumah orang untuk makan malam."

Akhirnya, anak-anaknya membujuknya untuk mengambil pelajaran memasak - di usia 80-an.

Berkat pelajaran memasaknya, Freedland menambah khasanahnya dari "hanya telur", menjadi steak salmon, tumis kentang, dan pie apel. Keluarganya juga memberikan resep favorit kepada Freedland.

"Itu adalah pengalaman yang cukup - saya kira itu benar-benar mengubah hidup saya," katanya kepada BBC.

Beberapa waktu setelah wawancara tersebut, Michael Freedland meninggal dunia.

Jadi bagaimana kita dapat membantu orang yang telah menjanda?

Lisa Kolb, seorang penulis dan mantan koki pastry yang tinggal di Washington DC, memiliki beberapa saran. Dia kehilangan suaminya Erik dalam kecelakaan pendakian gunung pada 19 bulan usia pernikahan mereka. Mereka berdua sama-sama berusia 34 tahun saat itu.

"Anda memasak bersama, makan bersama, pergi ke pesta makan malam bersama dengan pasangan Anda- dan ketika Anda kalah, hal itu merupakan bentuk kesepian, dan menatap meja dapur kosong itu sulit," katanya.

"Ketika membawakan makanan itu penting, mengajak orang datang bahkan lebih baik. Saya tahu, orang-orang mungkin berpikir, `Ini hanya tumisan dan mengapa seseorang ingin datang untuk itu?` Tapi ini bukan sekadar tumisan, ini adalah kesempatan untuk berada di antara orang-orang dan merasa diperhatikan ".

Jadi, jika Anda tidak tahu harus berkata apa kepada seseorang yang sedang berduka dan merasa tidak berdaya untuk membantu, tindakan sederhana memasak untuk mereka, atau mengundang mereka untuk makan bersama, mungkin merupakan gerakan paling kuat yang bisa Anda lakukan.

Wawancara-wawancara ini ditampilkan dalam episode pemenang penghargaan The Food Chain Widowed: Food after loss di BBC World Service.