Peraih Nobel Biofisika Prediksi Wabah Corona Segera Berakhir
VIVA – Ahli biofisika Universitas Stanford dan peraih Nobel Michael Levitt memprediksi virus Corona atau Covid-19 yang menjadi pandemi global akan segera mereda dalam waktu tak terlalu lama.
Levitt tidak percaya wabah Corona di dunia akan berlangsung berbulan-bulan dan memakan korban jutaan orang.
Levitt, yang memenangkan Hadiah Nobel 2013 dalam bidang kimia, sebelumnya meramalkan secara akurat tentang epidemi Corona di Cina akan mengalami penurunan signifikan, sebelum beberapa pakar kesehatan lain meramalkan hal serupa.
Dalam sebuah wawancara dengan LA Times, 23 Maret 2020 lalu, Ia meminta dunia jangan panik bila mendengar ada kenaikan jumlah pasien Corona yang berlangsung begitu cepat. Menurutnya, dalam sebuah epidemi, kenaikan jumlah pasien adalah hal normal, namun perlahan-lahan jumlahnya akan menurun tajam.
"Yang kita butuhkan adalah mengendalikan kepanikan," kata Prof Levitt. "Kita akan baik-baik saja,"
Dari pengamatannya, terdapat pola serupa di dunia, bahwa pada awalnya akan ada 'ledakan' peningkatan secara cepat jumlah orang yang teridentifikasi Corona. Seiring waktu jumlah orang yang meninggal pun akan bertambah dengan cepat.
Di hari-hari berikutnya jumlah korban masih terus bertambah, namun dengan laju yang lebih rendah. Bila laju penambahan jumlah secara konsisten menurun dibanding hari-hari sebelumnya, itu adalah tanda-tanda bahwa wabah akan mereda.
Levitt sebelumnya memprediksi secara tepat meredanya wabah Corona di China. Dalam sebuah tulisan yang dia bagikan ke teman-temannya di Tiongkok 1 Februari 2020 lalu, Levitt memperkirakan, jumlah kematian akibat corona akan berkurang setiap hari.
Pada 31 Januari, negara itu memiliki 46 kasus kematian baru karena virus corona, dibandingkan dengan 42 kematian baru sehari sebelumnya. Meskipun jumlah kematian setiap hari meningkat, tapi tingkat kenaikan itu mulai mereda.
Dari fakta tersebut, Ia menganalisa bahwa sedang terjadi pelambatan daripada jumlah kasus baru itu sendiri. Itu adalah tanda awal bahwa lintasan wabah Corona di China telah bergeser.
"Ini menunjukkan bahwa tingkat peningkatan jumlah kematian akan melambat, bahkan lebih selama minggu depan," tulis Levitt dalam sebuah laporan 1 Februari lalu.
Foto: ilustrasi tim medis China menangani pasien Corona beberapa waktu lalu
Tiga minggu kemudian, Levitt mengeluarkan prediksi kepada China Daily News bahwa tingkat pertumbuhan virus telah memuncak. Dia memperkirakan bahwa jumlah total kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di China akan mencapai sekitar 80.000, dengan sekitar 3.250 kematian.
Perkiraan ini ternyata sangat akurat. Pada 16 Maret, China telah menghitung total 80.298 kasus dan 3.245 kematian. Jumlah pasien yang baru didiagnosis telah turun menjadi sekitar 25 sehari.
Sejak itu penambahan pasien setiap hari sudah sangat sedikit. Dapat dikatakan, epidemi Corona di Cina sudah berakhir.
Belajar dari China
Levitt memprediksi negara-negara lain pun akan mengikuti pola serupa, bahkan tanpa harus menjalankan sistem lockdown ketat seperti yang dilakukan China.
Ia kini menganalisis data dari 78 negara yang melaporkan adanya penambahan 50 kasus baru setiap harinya. Dia melihat adanya 'tanda-tanda pemulihan' di banyak negara itu.
Yang menjadi fokus perhatiannya bukanlah total jumlah kasus, namun jumlah kasus baru yang teridentifikasi setiap hari. "Jumlahnya tentu saja masih mengkhawatirkan, tetapi tanda-tandanya jelas bahwa ada pelambatan kenaikan," ungkapnya.
Dia bahkan melihat itu terjadi di Iran. Meskipun penambahan kasus setiap harinya masih tinggi, namun terjadi perlambatan, yakni jumlah pasien Covid-19 baru per hari pada Senin lalu naik 1.053 kasus, dari hari Minggu, 1.028 kasus, namun Levitt percaya Iran sudah melewati puncak krisis.
"Iran sudah melewati setengah perjalanan," kata Levitt.
Sementara di Italia, sepertinya masih naik. Di negara itu, jumlah kasus baru yang dikonfirmasi meningkat pada sebagian besar hari dalam seminggu terakhir ini. Ini menunjukkan wabah menyebar di luar kendali.
Levitt menyatakan, masyarakat tidak boleh menganggap remeh Corona. Tapi juga jangan terlalu panik. Dengan menerapkan social distancing sudah cukup untuk mencegah berjatuhannya korban secara cepat.
"Kondisi sesungguhnya tidak menakutkan seperti yang mungkin dibayangkan," katanya.