WHO: Banyak Negara Tempuh Arah yang Salah Tangani COVID-19

Pejabat WHO mengatakan "tidak realistis" untuk berharap vaksin virus corona akan segera ditemukan.-Getty Images
Sumber :
  • bbc

Pandemi virus korona akan menjadi "semakin buruk" jika pemerintah-pemerintah gagal bertindak lebih tegas, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Direktur Jenderal WHO, dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan "terlalu banyak negara [yang] menempuh arah yang salah".

Jumlah kasus meningkat di tempat yang tidak mengikuti langkah-langkah yang sudah terbukti ampuh, imbuhnya.

Benua Amerika saat ini menjadi pusat pandemi. AS mencatat peningkatan jumlah kasus di tengah ketegangan antara para pakar kesehatan dan Presiden Donald Trump.

Sebagai negara yang terkena dampak terburuk, AS memiliki lebih dari 3,3 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan lebih dari 135.000 kematian, menurut catatan Universitas Johns Hopkins.

Apa kata WHO?

Dalam rapat pengarahan di Jenewa pada Senin (13/07), dr. Tedros mengatakan "pesan campur aduk dari para pemimpin" merongrong kepercayaan publik dalam upaya mengendalikan pandemi.

"Virus masih menjadi musuh masyarakat nomor satu, namun tindakan banyak pemerintah dan orang tidak mencerminkan hal ini," katanya.

Dr Tedros mengatakan langkah-langkah seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan mengenakan masker dalam situasi yang tepat perlu ditanggapi dengan serius. Ia memperingatkan bahwa tidak akan ada lagi "kembali ke normal lama di masa mendatang".

"Jika dasar-dasarnya tidak diikuti, hanya ada satu jalan bagi pandemi ini," kata dr. Tedros, "Ia akan menjadi lebih buruk dan lebih buruk dan lebih buruk."

Dr. Mike Ryan, direktur kedaruratan WHO, mengatakan pelonggaran beberapa langkah pembatasan di Amerika dan pembukaan sejumlah daerah telah menyebabkan "penularan yang intens".

Reuters
WHO mengatakan jumlah kasus Covid-19 meningkat di tempat langkah-langkah yang sudah terbukti ampuh tidak diadopsi atau diikuti — misalnya Brasil, yang presidennya Jair Bolsonaro menentang langkah-langkah pembatasan untuk menekan penyebaran virus.

Amerika Latin sudah mengkonfirmasi lebih dari 145.000 kematian terkait virus corona, meskipun jumlah sebenarnya diyakini lebih tinggi karena jumlah pengujian tidak memadai.

Setengah dari kematian itu terjadi di Brasil, yang presidennya, Jair Bolsonaro, menentang langkah-langkah tegas untuk menekan penyebaran virus.

Dr. Ryan mengatakan penutupan wilayah secara luas akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi yang besar, tapi karantina lokal di tempat-tempat tertentu mungkin diperlukan untuk memitigasi penyebaran virus.

Dia mendesak pemerintah untuk menerapkan strategi yang jelas dan "kuat", seraya menambahkan: "Warga harus memahaminya, dan harus mudah bagi mereka untuk mematuhinya."

Bagaimana dengan vaksin, atau kekebalan?

"Kita perlu belajar untuk hidup dengan virus ini," kata dr. Ryan, memperingatkan bahwa harapan virus dapat diberantas, atau bahwa vaksin yang efektif bisa siap, dalam beberapa bulan ke depan ialah "tidak realistis".

Dia mengatakan belum diketahui apakah pemulihan dari virus corona akan menyebabkan kekebalan, atau, jika memang demikian, berapa lama kekebalan itu akan bertahan.

Sebuah studi terpisah yang dirilis pada hari Senin oleh para ilmuwan di King`s College London menunjukkan bahwa kekebalan terhadap virus corona mungkin berumur pendek.

Para ilmuwan di kampus mempelajari 96 orang untuk memahami cara tubuh melawan virus corona secara alami dengan membuat antibodi, dan berapa lama ia bertahan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan setelah pemulihan.

Namun, meskipun hampir semua dari pasien yang berpartisipasi memiliki antibodi yang mampu menetralkan dan menghentikan coronavirus, kadarnya mulai berkurang selama tiga bulan penelitian.

Pada rapat pengarahan WHO, para ahli kesehatan juga mengatakan ada bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak di bawah usia 10 tahun hanya dipengaruhi secara sangat ringan oleh Covid-19, sementara mereka yang berusia di atas 10 tahun tampaknya menderita gejala ringan yang serupa dengan orang dewasa muda.

Sejauh mana anak-anak dapat menularkan virus, meskipun tampaknya rendah, masih belum diketahui.