Etnis Minoritas Lebih Berisiko Meninggal karena Virus Corona, Mengapa

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc
Getty Images
Banyak dokter dalam Layanan Kesehatan Inggris berasal dari kelompok etnis minoritas.

Para ilmuwan di Inggris akan menerima dana jutaan poundsterling dari pemerintah untuk mencari tahu alasan orang-orang dari latar belakang etnis minoritas berisiko lebih besar untuk meninggal karena Covid-19.

Enam proyek akan menganalisis data tentang keadaan sosial, kesehatan, dan kegiatan sehari-hari, serta menyelidiki faktor risiko genetik.

Salah satu proyek akan mengikuti 30.000 staf perawatan kesehatan dan sosial selama satu tahun.

Para peneliti mengatakan akan ada tindakan cepat berdasarkan temuan dari penelitian tersebut.

Profesor Kamlesh Khunti, direktur Pusat Kesehatan BME di Universitas Leicester, yang terlibat dalam tiga studi, mengatakan kepada BBC News bahwa ia berharap hasil studi akan diterjemahkan ke dalam panduan yang akan membantu menyelamatkan nyawa kelompok etnis kulit hitam, Asia, dan minoritas (BAME) dalam waktu beberapa bulan.

"Kami pasti akan mendapat jawaban atas hal-hal yang membuat orang-orang tertentu jauh lebih berisiko," ujarnya. "Setelah kami mendapatkan hasil yang bisa membuat perbedaan, kami harus segera mengumumkannya."

Hasilnya juga akan dibagikan dengan para pemimpin komunitas kulit hitam dan Asia Selatan, badan profesional, serta regulator kesehatan yang kemudian akan segera bertindak, kata Prof. Khunti.

"Bila kami mendapati bahwa tinggal di perumahan yang padat dan multi-generasi, serta tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup, merupakan faktor utama yang dikaitkan dengan kematian karena Covid di komunitas tertentu, kami bisa melihat bukti-buktinya dan mengubahnya menjadi pesan yang paling efektif."

Semakin banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa orang-orang dari kelompok etnis minoritas berkemungkinan lebih besar untuk meninggal akibat Covid-19 daripada populasi kulit putih.

Tapi tidak ada yang tahu persis mengapa kelompok etnis lebih rentan, meskipun ada sejumlah hipotesis, di antaranya:

  • bekerja di lingkungan dengan tingkat kontak yang lebih besar dengan orang-orang yang berada di `garis depan`, yaitu pekerja kesehatan dan pekerja sosial
  • hidup dalam keadaan serba kekurangan
  • memiliki lebih banyak orang dengan kondisi kesehatan bawaan, seperti diabetes dan hipertensi, yang meningkatkan risiko penyakit serius

Profesor Chris Whitty, kepala penasihat medis untuk pemerintah Inggris, menyambut baik penelitian ini.

"Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang dari latar belakang BAME jauh lebih terdampak oleh Covid-19, sangat penting untuk memahami faktor apa saja yang mendorong risiko ini demi mengatasinya secara efektif," ujarnya.

"Beragam proyek yang didanai akan membantu pemeriksaan kaitan ini dengan teliti sehingga perawatan dan pendekatan baru dapat dikembangkan untuk menyasar kelompok BAME."

Proyek-proyek tersebut meliputi:

  • satu studi yang mengamati data usia, jenis kelamin, dan keadaan ekonomi lebih dari dua juta pekerja kesehatan dan pekerja sosial. Studi ini juga akan mengikuti 30.000 dokter, perawat, kuli angkut, dan pembersih dari semua latar belakang etnis selama satu tahun serta mengamati rutinitas di tempat kerja, seperti pemindahan dan penyediaan peralatan pelindung
  • tim di universitas Oxford dan Southampton akan melihat kondisi kesehatan pasien BAME yang dirawat di rumah sakit dan meninggal akibat Covid-19, menggunakan basis data dari 40 juta catatan dokter umum di seluruh Inggris
  • analisis informasi yang dikumpulkan oleh proyek UK Biobank, yang telah memantau genetika, kesejahteraan mental, dan aktivitas fisik 500.000 orang sejak 2006 serta mengumpulkan sampel darah, urin, dan air liur.

Dr. Manish Pareek, seorang profesor klinis di University of Leicester, memimpin studi yang melibatkan pekerja kesehatan dan pekerja sosial.

Dia mengatakan tujuannya adalah untuk mengkuantifikasi risiko bagi berbagai kelompok.

BBC

"Apa risiko seorang dokter dari kelompok etnis Asia dibandingkan dengan seorang perawat dari etnis kulit hitam?

"Jika kami melihat sinyal jelas bahwa kelompok tertentu berisiko tinggi, kami akan mengedepankan ini dan merekomendasikan ada tindakan yang diambil. Ini bisa termasuk asesmen kesehatan lebih lanjut atau mereka yang berisiko sangat tinggi tidak boleh bekerja di bangsal Covid. "

Ia menambahkan: "Bahkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ekonomi, struktur rumah tangga, usia, dan jenis kelamin, etnis masih merupakan prediktor penting untuk infeksi dan kondisi yang parah."

Profesor Dame Ottoline Leyser, kepala eksekutif lembaga Penelitian dan Inovasi Inggris, yang mendanai sebagian penelitian tersebut, bersama dengan Institut Riset Kesehatan Nasional, mengatakan bahwa penelitian ini bisa menyelamatkan nyawa.

"Tindakan mendesak perlu diambil untuk menentukan dan mengatasi faktor-faktor yang mendasari perbedaan ini," katanya.

"Mungkin tidak akan ada jawaban sederhana dan kita harus mempertimbangkan semua kemungkinan, tercermin dalam berbagai proyek yang telah kami danai, sehingga kita bisa menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa selama pandemi ini dan wabah di masa depan."

BBC

GEJALA dan PENANGANAN: Covid-19: Demam dan batuk kering terus menerus

PETA dan INFOGRAFIS: Gambaran pasien yang terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan dunia

VAKSIN: Seberapa cepat vaksin Covid-19 tersedia?

Laporan khusus BBC terkait Covid-19