COVID-19: Kematian di Brasil Lewat 100.000, Tak Ada Tanda Wabah Mereda

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc
Anadolu Agency/Getty
Peringatan terhadap korban Covid-19 dilakukan di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil.

Brasil mencatat lebih dari 100.000 kematian yang berkaitan dengan Covid-19. Ini merupakan angka terbesar kedua di dunia.

Para pakar menyatakan, belum ada tanda bahwa pandemi di negara itu akan segera mereda.

Awalnya, Covid-19 membunuh lebih dari 50.000 orang di Brasil dalam tiga bulan pertama pandemi. Angka itu berlipatganda hanya dalam 50 hari setelahnya.

Sementara itu, terdapat setidaknya tiga juta kasus positif Covid-19 di negara tersebut.

Pandemi diyakini belum mencapai titik tertinggi, tapi pertokoan dan restoran telah kembali beroperasi.

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, meremehkan dampak virus corona dan menentang berbagai pembatasan yang dianggapnya dapat memukul perekonomian.

Pimpinan dari partai sayap kanan itu, yang sempat terpapar virus corona, tak setuju dengan kebijakan pembatasan sosial yang diterapkan sejumlah gubernur negara bagian. Dia bahkan kerap berkontak fisik dengan pendukungnya dalam berbagai acara luar ruang, tanpa memakai masker.

Pakar kesehatan mengeluhkan strategi pemerintahan Bolsonaro yang tidak terkoordinasi dan justru fokus untuk memulai kembali aktivitas perekonomian.

Kebijakan itu diyakini bakal meningkatkan penyebaran virus.

Tim tanggap pandemi yang dibentuk Bolsonaro dipimpin seorang jenderal angkatan darat. Dia tidak memiliki pengalaman dalam bidang kesehatan masyarakat.

Dua menteri kesehatan sebelumnya, dua-duanya berprofesi sebagai dokter, mundur karena tidak setuju dengan Bolsonaro terkait jarak sosial dan penggunaan hydroxychloroquine sebagai pengobatan.

Berbagai penelitian mengatakan obat itu itu tidak efektif menyembuhkan pasien Covid-19.

Bolsonaro, yang menyebut Covid-19 dengan istilah `flu ringan` mendapat kritik dari dalam dan luar negeri. Ia menyebut kesembuhannya berkat obat anti-malaria.

Brasil memiliki 100.477 kematian terkait virus corona dan 3.012.412 kasus positif, menurut data Kementerian Kesehatan. Namun jumlahnya diyakini jauh lebih tinggi karena pengujian yang tidak memadai.

Hanya Amerika Serikat yang memiliki angka lebih tinggi dari Brasil.

"Kita harus hidup dalam keputusasaan, karena ini adalah tragedi seperti perang dunia. Tetapi Brasil berada di bawah pengaruh bius secara kolektif," kata Jose Davi Urbaez, anggota senior dari Perkumpulan Pakar untuk Penyakit Menular, kepada kantor berita Reuters.

"Pesan pemerintah hari ini adalah: `Tangkap virus corona Anda dan jika serius, ada perawatan intensif.` Itu meringkas kebijakan kami hari ini," ujarnya.

EPA
President Bolsonaro kembali bertemu pendukungnya secara fisik setelah pulih dari Covid-19, Juli lalu.

Ada kekhawatiran penyakit ini menyebar lebih cepat di lingkungan kelas bawah dan daerah terpencil, seperti masyarakat adat. Kelompok itu sulit mengakses fasilitas kesehatan yang memadai.

Sebagai penghormatan kepada para korban, Sabtu (08/07), kelompok non-pemerintah Rio de Paz menempatkan salib di pasir di Pantai Copacabana yang terkenal di Rio de Janeiro. Mereka juga melepaskan 1.000 balon merah ke langit.

Ketua Senat, Davi Alcolumbre, mengumumkan empat hari berkabung di parlemen. Presiden Bolsonaro belum berkomentar terkait kebijakan itu.

Awal pekan ini Bolsonaro mengatakan bahwa ia menyesal atas semua kematian akibat Covid-19, tapi menyarankan agar "kita harus melanjutkan hidup".

Getty Images
Stok peti mati di Brasil menipis akibat jumlah kematian pasien Covid-19 yang masif.

Brasil menyumbang hampir setengah dari semua kematian terkait virus korona yang tercatat di Amerika Latin dan kawasan Karibia, di mana lebih dari lima juta kasus telah dikonfirmasi, menurut Universitas Johns Hopkins, yang melacak penyakit tersebut secara glob

Negara lain yang sangat diguncang pandemi adalah Meksiko, yang jumlah kematian warganya tertinggi ketiga di dunia dengan 52.000 kasus.

Peru, Kolombia, dan Chile meruakan negara Amerika Latin lain yang juga mengalami pandemi parah.

Para ahli mengatakan, kombinasi faktor kota yang penuh sesak, kemiskinan, dan sistem kesehatan yang tidak memadai berkontribusi pada wabah di negara-negara tersebut.al.