Auckland Selandia Baru Kembali Lockdown Corona, Bagaimana WNI di Sana?

Warga yang mendatangi rumah sakit Auckland hari Rabu (12/8/2020) sudah mulai mengenakan masker setelah Auckland dinyatakan lockdown karena adanya kasus baru.
Sumber :
  • abc

Warga Kota Auckland, Selandia Baru, mulai mengenakan masker, hari Rabu (12/08), setelah kota tersebut kembali menjalani lockdown tingkat tiga menyusul ditemukannya empat kasus positif COVID-19.

Ini adalah kasus penularan terbaru, padahal sebelumnya Auckland dinyatakan sudah bebas dari corona selama 102 hari berturut-turut.

Sumber penularan kasus baru masih diselidiki oleh pihak berwenang.

Selain mengumumkan lockdown tahap ketiga untuk Auckland, Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern kemarin juga mengumumkan lockdown tahap dua untuk wilayah Selandia Baru lainnya.

Zacharia Najoan yang bekerja di Rumah Sakit Auckland sudah mengenakan masker ketika bekerja hari Rabu (12/8/2020) pagi. (Foto: Supplied)

Dalam jumpa pers kemarin, PM Ardern juga meminta warga Auckland untuk mengenakan masker.

"Walau ini bukan keharusan di seluruh Selandia Baru, namun kami sangat mendorong agar penggunaannya dilakukan di Auckland," kata PM Ardern.

Salah seorang warga asal Indonesia, Zacharia Najoan, mengatakan sudah mematuhi anjuran mengenakan masker ketika dia mulai bekerja di Rumah Sakit Auckland hari Rabu (12/08) pagi.

Zacharia bekerja di bagian logistik di rumah sakit terbesar di kota Auckland tersebut dan berbicara dengan ABC bulan April lalu ketika Selandia Baru mencabut penerapan lockdown karena penurunan kasus di sana.

Menurutnya, anjuran menggunakan masker dipatuhi oleh banyak orang di rumah sakit namun sejauh ini tidak tampak suasana kekhawatiran berlebihan.

"Kalau saya santai saja, karena di lingkungan kerja semua santai. Hanya kali ini kita wajib pakai masker kalau di tempat umum." kata Zacharia Najoan kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya.

Dengan aturan baru ini, semua fasilitas rumah perawatan lansia ditutup untuk penerimaan tamu umum, kecuali untuk staf dan pengiriman barang penting.

Warga di Auckland sudah diperintahkan untuk tidak keluar rumah dan tidak ke sekolah.

Bar dan banyak bisnis lain juga ditutup, seiring larangan pertemuan lebih dari 10 orang.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. (News Video)

Antrean panjang di supermarket

Seiring dengan penerapan lockdown tingkat tiga yang dimulai pukul 12 siang hari Rabu (12/08), antrean panjang tampak terjadi di beberapa supermarket di Auckland dan beberapa kota lainnya.

"Pengumuman kan tadi malam, jadi baru pagi ini warga pada belanja. Situasi cukup ramai tapi tidak terlalu rush sejauh ini," kata Zacharian yang sudah 20 tahun tinggal di Selandia Baru tersebut.

"Mungkin sudah banyak yang mengantisipasi dan punya pengalaman dengan lockdown sebelumnya.

Zacharia mengatakan ia mendukung sepenuhnya keputusan pemerintah melakukan lockdown lagi.

"Tapi yang perlu sedikit prihatin adalah para pengusaha cafe yang sudah mulai menikmati kembalinya turn over sekarang harus tutup atau buka hanya untuk take away," katanya.

Sementara itu seorang warga asal Indonesia lainnya, Bobby Prayitno yang baru pindah ke Auckland lima tahun lalu dari Singapura mengatakan dia sekarang bersiap-siap bisa melakukan kegiatan di rumah.

Bobby Prayitno akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengurusi ayam peliharaannya semasa lockdown kedua di Auckland. (Foto: Supplied)

"Bahan makanan di rumah saya masih cukup. Namun, tadi saya pergi ke toko bahan bangunan untuk persiapan melakukan beberapa hal di rumah semasa lockdown ini," kata Bobby Prayitno kepada ABC Indonesia.

Bobby yang memiliki latar belakang IT (teknologi informasi) selama 20 tahun sekarang bekerja di bidang pembangunan rumah.

"Istri saya tidak terpengaruh karena dia kerja IT jadi sudah biasa kerja dari rumah," katanya.

"Di bisnis saya, renovasi rumah baru sekarang harus ditunda, namun untuk perawatan rumah masih bisa dilakukan karena itu termasuk kegiatan esensial yang tidak bisa ditunda," katanya.

Sambil menunggu keputusan lanjutan dari pemerintah Selandia Baru, Bobby berharap "lockdown" kali ini tidak berlangsung lama.

"Di gelombang pertama lockdown kita menunda beberapa proyek, dan pada akhirnya beberapa customer terpengaruh karena kehilangan pekerjaan, sehingga proyeknya juga batal.

"Kalau lockdown berlangsung cukup lama tentunya kami tidak bisa kerja dan mencari nafkah, sementara bisnis perawatan rumah saja belum cukup untuk membayar biaya kebutuhan sehari-hari.

"Masih perlu pendapatan tambahan," kata Bobby yang saat ini sudah memegang visa permanen di Selandia Baru.

Warga Selandia Baru mengunjungi supermarket untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok setelah adanya pemberlakuan lockdown terbaru. (News Video)

Sumber penularan masih belum diketahui

Persoalan yang sedang dihadapi pihak berwenang di Selandia Baru adalah mencari sumber asal virus dalam kasus-kasus terbaru ini.

Empat kasus terbaru ini berasal dari satu keluarga yang tinggal di kawasan South Auckland.

Kasus pertama yang terjadi pada seorang berusia 50-an tahun yang dites hari Senin setelah dia mendatangi dokternya.

Dia menjalani tes dua kali dan kedua-keduanya menghasilkan tes yang positif COVID-19.

Orang tersebut tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri.

Orang ini kemudian diwawancarai pihak berwenang dan enam dari anggota keluarganya dites.

Dari anggota keluarga yang dites, tiga orang dinyatakan negatif, namun tiga orang lainnya positif, termasuk seorang perempuan berusia sekitar 20 tahun.

Semua orang yang berhubungan dengan keluarga tersebut sudah menjalani tes dan mereka harus menjalani karantina selama 14 hari, apapun hasil dari tesnya.

Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Selandia Baru, Ashley Bllomfield, perempuan berusia 20 tahunan tersebut meakukan perjalanan ke Rotorua hari Sabtu dalam keadaan bergejala.

Rotorua yang terletak 228 km dari Auckland adalah sebuah tempat wisata yang populer, dan itulah yang tampaknya menyebabkan mengapa pemerintah Selandia Baru menerapkan "lockdown" tahap kedua di luar Auckland.

PM Ardern mengatakan dia bisa memahami "lockdown" ini akan menyulitkan bagi seluruh penduduk Selandia Baru.

"Bila kita mengambil tindakan cepat di masa kritis ini, kita akan memiliki kemungkinan mencegah pembatasan lebih ketat nantinya."

"Ini adalah pelajaran yang sudah kita ketahui bersama," katanya.

Laporan tambahan ABC / Wires