Bagaimana Rasanya Hidup dalam Lockdown COVID-19 Terpanjang di Dunia?

"Tinggal di rumah", tulis di sebuah poster. Argentina sejauh ini mencatat lebih sedikit kematian akibat Covid-19 daripada banyak negara dengan jumlah kasus tinggi.-Getty Images
Sumber :
  • bbc

Di Argentina kini muncul istilah "quareternal" atau karantina abadi. Istilah yang dibuat sebagai candaan dalam mengambarkan kondisi kehidupan masyarakat Argentina yang menjalani lockdown ketat dan tak terputus selama lebih dari lima bulan.

Argentina menjadi negara yang melakukan lockdown tak terputus dan terpanjang di dunia.

Namun candaan itu menjadi sebuah duka ketika lockdown yang berlangsung sejak Maret 2020 menggoncang kehidupan ekonomi, sosial dan psikologis masyarakat Argentina.

Wilayah metropolitan Buenos Aires (atau AMBA), ibu kota Argentina, adalah tempat hampir 40% populasi negara itu tinggal, dan menjadi jantung perekonomian Argentina.

Di tempat itu pula penularan virus corona terparah terjadi sehingga menjalani lockdown yang "kekal".

Angka kematian yang rendah

Berdasarkan data hingga 25 Agustus 2020, di Argentina tercatat lebih 350.000 orang terinfeksi virus corona - berada di peringkat 15 besar negara dengan kasus terbanyak.

Tapi, jumlah kematian kurang dari 7.300 orang, jumlah yang jauh lebih rendah daripada negara tetangganya seperti Brasil, Cile, Kolombia dan banyak negara Eropa lainnya.

Di Italia misalnya, negara yang menjalankan lockdown hampir tiga bulan, jumlah kasus infeksi virus corona mencapai 260.298 orang atau lebih sedikit dibandingkan dengan Argentina. Tetapi, tingkat kematian di Italia jauh lebih tinggi mencapai 35.000 orang atau lima kali lipat dari Argentina.

Argentina hampir mirip dengan di Filipina : negara di Asia bagian tenggara yang memberlakukan lockdown selama empat bulan, dan mencatat kurang dari 200.000 kasus dengan 3.000 kematian.

Aturan lockdown di Argentina terbilang sangat ketat. Penduduk di wilayah AMBA hanya diizinkan keluar rumah untuk pergi berbelanja makanan, kebutuhan pokok dan mengakses layanan terdekat.

Acara rekreasi dan hiburan semua ditutup dan dilarang.

Getty Images
Orang Argentina takut mereka berada dalam krisis keuangan yang mungkin lebih buruk daripada kemerosotan ekonomi yang terkenal pada 2001-2002.

Lalu, transportasi umum disediakan hanya khusus untuk pekerja esensial atau mereka yang memiliki izin khusus. Mereka yang menggunakan mobil tanpa izin akan dicabut lisensi mengemudinya.

Olahraga individu di luar ruangan, sepert berlari pun baru saja diizinkan, yaitu sejak Juni lalu, dan hanya boleh di jam-jam tertentu.

Kelompok usia yang paling berdampak adalah anak-anak: sejak Maret, pemerintah hanya mengizinkan anak-anak yang tinggal di kawasan AMBA meninggalkan rumah untuk menemani orang tua untuk berbelanja kebutuhan pokok. Selebihnya, tinggal di rumah.

Klaim pemerintah dan pemberontakan warga

Otoritas Argentina mengklaim langkah-langkah yang diambil telah membantu mencegah ribuan kematian akibat Covid-19.

Pemerintah juga menyoroti bahwa 90% infeksi di Argentina terjadi di area AMBA.

Getty Images
Pemerintah Argentina mengatakan bahwa wilayah AMBA, Buenos Aires, memiliki 90% kasus Covid-19 di negara itu.

Tingkat kematian di Argentina berada di angka 13,6 kematian per 100.000 penduduk - jauh lebih rendah daripada banyak negara di Amerika Latin dan negara lainnya di dunia.

Selain itu, pemerintah mengklaim Argentina juga telah berhasil menghindari runtuhnya sistem kesehatan akibat serangan jumlah pasien yang besar di rumah sakit karena terinfeksi virus corona.

Di sisi lain, kini muncul suara-suara yang menyatakan bahwa tujuan awal lockdown ketat telah tercapai, dan saatnya aturan karantina dicabut.

Buktinya, banyak yang tampaknya telah berhenti mematuhi aturan itu dan jalan-jalan di kota-kota besar dipenuhi orang-orang.

Dalam sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada 3 Agustus oleh surat kabar Pagina12 : terdapat 8 dari 10 orang Argentina mengatakan lockdown berhasil menahan virus. Lalu, lebih dari 70% orang meminta langkah-langkah pelonggaran dilakukan, yang saat ini akan diberlakukan hingga 30 Agustus.

Getty Images
Jumlah kasus yang dikonfirmasi di Argentina telah melonjak, menyusul penolakan terhadap lockdown.

Namun, pembangkangan atas aturan lockdown telah memicu lonjakan kasus. Sirkulasi penyebaran virus semakin cepat di tengah musim dingin yang terjadi di belahan bumi selatan.

Saat ini, Argentina merupakan salah satu negara dengan jumlah penambahan kasus tertinggi di dunia dalam satu hari.

`Saling menyalahkan`

Pemerintah dan para pengkritiknya saling menyalahkan atas peningkatan kasus ini.

Bagi pihak berwenang, masyarakat bertanggung jawab atas peningkatan kasus karena melanggar aturan lockdown.

Tapi bagi para pengkritik, strategi pemerintah terbukti gagal, karena tidak mungkin bagi masyarakat menjalankan karantina selama berbulan-bulan secara berturut-turut tanpa ada bantuan dari pemerintah.

Getty Images
Para pengunjuk rasa telah berbaris di banyak kota menentang aturan lockdown pemerintah.

Sebuah keputusan yang ditandatangani oleh pemerintah pada awal Agustus melarang semua "acara sosial atau keluarga di ruang tertutup dan di dalam rumah, terlepas dari berapa jumlah pesertanya dan dengan pengecualian anggota rumah tangga."

Melanggar aturan ini terancaman hukuman hingga dua tahun penjara (meskipun sejauh ini belum ada yang diberi sanksi).

Ribuan orang menolak aturan itu dengan mengelar aksi berbaris di jalan-jalan di beberapa kota pada tanggal 17 Agustus lalu. Ini adalah protes terbesar yang harus dihadapi Presiden Alberto Fernandez sejak dia menjabat, Desember lalu.

Demonstrasi itu, bagaimanapun, dikritik keras karena sangat berbahaya di tegah peningkatan jumlah infeksi virus corona.

Kerusakan ekonomi

Meskipun sulit untuk menghitung seberapa besar kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh lockdown, kenyataannya Argentina mengalami penurunan ekonomi yang lebih besar sejak krisis 2001-2002 yang parah.

Sebelum pandemi, negara itu sudah melewati tahun kedua resesi. Sekarang, lockdown telah memaksa ratusan ribu bisnis yang tidak penting tutup bahkan terancam gulung tikar.

Getty Images
Pertemuan keluarga untuk "asados" (barbekyu) yang terkenal telah dilarang selama lockdown.

Menurut Kamar Dagang dan Layanan Argentina, lebih dari 42.000 usaha kecil dan menengah (UKM) telah tutup sejak Maret, dua kali lipat dibandingkan dampak krisis pada 2001-2002.

Ratusan ribu orang Argentina kini telah kehilangan penghasilan dan pekerjaan. Krisis kesehatan di bidang lain pun kini sedang terjadi akibat kerusakan ekonomi dan aturan lockdown.

The Ineco Foundation, dijalankan oleh ahli saraf terkenal di Argentina Facundo Manes, mengatakan bahwa jumlah orang yang mengalami depresi telah meningkat lima kali lipat, dibandingkan dengan "pra-pandemi".

"Kami melihat sebuah wabah penyakit mental," kata pakar itu kepada Radio Mitre setempat.

"Pada awal masa karantina, enam dari 10 warga Argentina mengalami gejala kecemasan ringan, sedang, atau berat. Hari berganti hari, gejala ini masih tetap ada, bahkan penderitaan berangsur-angsur berubah menjadi depresi," jelas Manes.

"Jika kita memiliki orang-orang yang tertekan, tidak termotivasi dan gelisah, kita tidak hanya menghadapi masalah kemanusiaan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi".

Getty Images
Argentina masih belum mengoperasikan penerbangan komersial masuk dan keluar negaranya.

Banyak orang Argentina juga tidak tahu kapan mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya atau bepergian ke luar negeri lagi.

Sebagian besar penerbangan ke negara itu telah dibatalkan selama berbulan-bulan dan Kementerian Perhubungan telah mengumumkan bahwa maskapai penerbangan tidak akan dapat beroperasi lagi pada 1 September mendatang, yang menjadikan Argentina sebagai salah satu dari sedikit negara di dunia yang tidak memiliki penerbangan komersial yang beroperasi.

Tapi, efek paling kontroversial dari lockdown berkepanjangan ini berkaitan dengan apa yang oleh para ahli kesehatan disebut "kerusakan tambahan".

Ada kekhawatiran bahwa meskipun pembatasan telah berhasil untuk menahan virus corona, namun menimbulkan masalah kesehatan lainnya.

Getty Images
Seperti di banyak negara lain, wanita di Argentina terkena dampak pandemi secara tidak proporsional.

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh University of Buenos Aires (UBA) mengungkapkan bahwa lebih dari separuh penduduk belum melakukan aktivitas kesehatan seperti berolahraga sejak karantina dimulai.

Sebanyak enam dari 10 orang bertambah berat badannya, menurut Argentine Nutrition Society (SAN), padahal lebih dari 60% sudah kelebihan berat badan.

Tetapi kerusakan terbesar mungkin tidak terlihat.

Beberapa institusi kesehatan utama di negara itu juga telah menyatakan keprihatinan tentang penurunan signifikan dalam konsultasi medis sejak karantina wilayah dimulai.

Ketakutan tertular virus corona, pembatasan penggunaan transportasi umum dan pembatalan konsultasi dokter karena isolasi ketat adalah beberapa faktor yang menjelaskan mengapa ribuan orang Argentina tidak memeriksakan diri ke dokter sejak Maret lalu.