Pembunuh John Lennon Akhirnya Minta Maaf ke Yoko Ono 40 Tahun Kemudian

John Lennon
Sumber :
  • bbc

Mark Chapman, pria yang membunuh John Lennon, meminta maaf kepada Yoko Ono, 40 tahun setelah kematian musisi pentolan The Beatles itu.

Chapman menembak Lennon sebanyak empat kali di luar apartemen yang ditinggalinya bersama Ono di kawasan Manhattan, New York, pada 1980. Ono berada di sisi Lennon ketika musisi itu meregang nyawa.

BBC
John Lennon dan Yoko Ono saat tampil dalam acara BBC Top of the Pops pada 1970

Walau peristiwa itu sudah berlalu 40 tahun, Chapman tetap mendapat penolakan saat mengajukan pembebasan bersyarat untuk ke-11 kalinya bulan lalu.

Dalam sesi pengajuan permohonan, Chapman mengatakan dirinya membunuh Lennon untuk "kejayaan" dan untuk itu dia layak mendapat hukuman mati.

Dia mengaku terus memikirkan "tindakan tercela" tersebut dan bisa menerima kenyataan bahwa dia mungkin harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara.

`Dia adalah seorang ikon`

"Saya hanya ingin menegaskan kembali bahwa saya minta maaf atas kejahatan saya," kata Chapman kepada dewan sidang di Lembaga Pemasyarakatan Wende di New York.

"Saya tidak punya alasan. Itu semua untuk kejayaan pribadi. Saya pikir tindakan itu adalah kejahatan terburuk yang dialami seorang yang tidak bersalah.

"Dia luar biasa terkenal. Saya tidak membunuhnya karena karakternya atau sifatnya sebagai manusia. Dia adalah pria yang mencintai keluarga. Dia adalah seorang ikon. Dia adalah seseorang yang mengutarakan hal-hal yang kini bisa kita bicarakan dan itu hebat.

"Saya membunuhnya, menggunakan kata Anda sebelumnya, karena dia sangat, sangat, sangat terkenal dan itulah satu-satunya alasan dan saya sangat, sangat, sangat, sangat menginginkan kejayaan pribadi, sangat egois," tambahnya.

"Saya ingin menambahkan dan menekankan itu. Tindakan tersebut luar biasa egois. Saya mohon maaf atas rasa sakit yang saya timbulkan kepadanya [Ono]. Saya memikirkannya sepanjang waktu."

Pada 2015, Yoko Ono—yang menentang setiap pengajuan pembebasan Chapman—mengatakan kepada The Daily Beast bahwa dirinya takut Chapman dibebaskan.

"Satu hal yang saya pikirkan adalah dia pernah melakukannya, dia bisa melakukannya lagi kepada orang lain. Bisa saja saya, bisa saja Sean [putranya], bisa siapa saja. Jadi itulah kekhawatirannya," jelas Ono.

Reuters
Foto Mark David Chapman, saat ditangkap setelah membunuh John Lennon.

Dokumen persidangan yang diperoleh kantor berita the Press Association, menunjukkan dewan pembebasan bersyarat menolak pembebasan Chapman dengan alasan tindakan itu "bakal tidak klop dengan kenyamanan masyarakat".

Chapman berusia 25 tahun saat dia membunuh Lennon. Kini dia berusia 65 tahun, sudah menikah, dan istrinya tinggal dekat lembaga pemasyarakatan tempatnya ditahan selama delapan tahun terakhir.

Dalam sidang pengajuan pembebasan bersyarat, dia mengaku dirinya sangat relijius dan merupakan seorang "Kristen yang taat".

Di lembaga pemasyarakatan, dia bekerja sebagai juru tulis dan porter pada sebuah blok khusus. Dia ditempatkan di sana demi keselamatannya sendiri.

`Isolasi dan kesepian`

Chapman terkenal membawa buku karya JD Salinger berjudul Catcher in the Rye saat membunuh John Lennon.

Saat mendiskusikan kecintaannya pada buku tersebut, dia menuturkan bagaimana dirinya bisa merasakan perasaan "isolasi" dan "kesepian" karakter utama dalam novel itu.

Dia lanjut mengatakan bahwa dirinya layak dijatuhi hukuman mati—yang dihapuskan di Negara Bagian New York pada 2007 walau eksekusi terakhir berlangsung pada 1963.

"Ketika Anda dengan sadar merencanakan pembunuhan seseorang dan tahu itu salah dan Anda melakukannya untuk diri Anda, itulah hukuman mati menurut pendapat saya," kata Chapman.

"Beberapa orang tidak sependapat dengan saya, namun semua orang berhak mendapat kesempatan kedua sekarang."

Ditanya apakah keadilan telah ditegakkan, Chapman berujar: "Nol, saya tidak berhak apa-apa."

"Jika hukum dan Anda memilih untuk meninggalkan saya di sini seumur hidup, saya tidak mengeluarkan keluhan apapun."

Reuters
Penggemar John Lennon secara berkala memberikan penghormatan kepada mediang di Central Park, New York, yang dekat dengan apartemennya.

Dalam putusannya, Dewan Departemen Lembaga Pemasyarakatan New York dan Pengawasan Komunitas mengatakan pernyataan Chapman bahwa "dikenal punya reputasi buruk membawa kejayaan" meresahkan.

Untuk itu, mereka merekomendasikan Chapman "bertumbuh secara pribadi dan produktif menggunakan waktu".

Dewan juag mencatat bagaimana "aksi egois [Chapman] mencuri kesempatan bagi para fans di masa depan untuk mengalami kata-kata inspirasi yang diberikan artis ini bagi jutaan orang".

"Aksi keji Anda menyakitkan bukan hanya pada keluarga dan mantan anggota band, melainkan dunia," sebut dewan.

Chapman berpeluang kembali mengajukan pembebasan bersyarat dua tahun mendatang.