NASA Siap Kirim Astronaut Wanita Pertama ke Bulan, Misi Rp419 Triliun

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc
NASA
Bukan hanya menerbangkan astronaut ke bulan, NASA juga berencana membuat pangkalan yang memungkinkan manusia tinggal sementara di satelit bumi itu.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan proyek mengirim misi ke bulan yang mereka targetkan berjalan tahun 2024.

Salah satu target misi bernilai Rp419 triliun itu adalah mendaratkan astronaut perempuan pertama di bulan.

Misi ke bulan itu diberi nama Artemis. Jika proyek ini berjalan lancar, para astronaut NASA akan menjadi manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan sejak tahun 1972.

Namun seluruh target waktu NASA bergantung pada persetujuan Kongres AS terhadap anggaran pembangunan sistem pendaratan pesawat, sebesar Rp47 triliun.

Sejumlah astronaut NASA nantinya akan terbang dalam pesawat ulang alik bernama Orion. Wahana ini diklaim mirip pesawat NASA sebelumnya, Apollo 17.

Orion bakal diluncurkan dalam roket bertenaga besar, Space Launch System (SLS).

"Anggaran Rp418 triliun adalah ongkos program pendaratan di bulan yang akan dijalankan selama empat tahun ke depan," kata pimpinan NASA, Jim Bridenstine, 21 September lalu.

"Dana itu tentu saja mencakup pendanaan untuk SLS, Orion, sistem pendaratan, dan tentu saja pakaian astronaut," ucapnya.

Namun Bridenstine menyatakan bahwa NASA harus mendapatkan dana sekitar Rp47 triliun pada tahun 2021.

Ia menyebut anggaran itu sangat vital untuk membuat sistem pendaratan di bulan.

Getty Images
Pesawat ulang alik Orion saat ditampilkan pertama kali oleh NASA.

Dewan Perwakilan Rakyat AS sejauh ini sudah mengesahkan peraturan berisi legalisasi alokasi Rp8,9 triliun untuk misi pendaratan di bulan itu.

Namun NASA membutuhkan lebih banyak dana dalam proyek ini.

Bridenstine sebelumnya menyebut bahwa astronaut perempuan pertama yang akan berjalan di bulan adalah seseorang dengan rekam jejak tak terbantahkan, yang sudah menjalani misi ke luar angkasa dan pernah bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Bridenstine menyatakan itu kepada CNN, Juli 2019.

Kala itu dia juga berkata bahwa perempuan itu harus sudah secara resmi bergabung dalam korps astronaut NASA.

Pada Juli 2019, terdapat 12 astronaut perempuan yang aktif bertugas di NASA. Sejak saat itu, terdapat lima astronaut perempuan baru di NASA. Mereka dinyatakan lulus pelatihan awal tahun ini.

Namun belum jelas apakah lima astronaut baru itu bisa memenuhi kriteria untuk seleksi tim pendaratan di bulan tahun 2024.

NASA
Lulusan astronaut terbaru mencakup enam perempuan, satu di antaranya bekerja untuk Badan Antariksa Kanada dan sisanya dari NASA.

Bridenstine berharap dapat memilih seluruh anggota tim astronaut dua tahun sebelum target terbang misi itu.

"Saya pikir penting bagi kami untuk mulai mengidentifikasi anggota tim Artemis lebih awal, terutama karena saya yakin itu akan menjadi sumber inspirasi," ujarnya.

Melalui proyek ke bulan ini, AS ingin kembali menjadi negara terdepan dalam bidang antariksa. Selain target mendaratkan astronaut, AS juga berencana mengekstraksi deposit es di kutub selatan bulan.

Deposit es itu diyakini dapat menjadi bahan bakar roket di selama berada di bulan. Ekstraksi deposit itu, menurut NASA, akan lebih murah daripada membawa bahan bakar dari bumi.

Jika berhasil, bahan bakar roket baru itu dapat mengubah alokasi anggaran misi ke bulan.

Sementara itu, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengungkap kecemasannya pada ambisi ruang angkasa yang dicanangkan China.

Pada Januari 2019, China menjadi negara pertama yang mendaratkan robot penjelajah di sisi jauh bulan. China saat ini tengah mempersiapkan proyek pengiriman sampel tanah bulan ke bumi.

China belakangan mengembangkan pesawat ruang angkasa dengan tekonologi terbaru. Target mereka adalah mengirim astronaut China ke berbagai tujuan di ruang angkasa, salah satunya bulan.

Meskipun tidak memiliki target apapun hingga tahun 2024, China dapat membuat kemajuan besar di bidang antariksa dalam dekade ini.

Dokumen baru NASA mengungkap Tahap 1 dari rencana antariksa AS, yaitu program uji terbang pesawat tanpa awak, Artemis-1, di sekitar bulan pada musim gugur 2021.

Kepala urusan penerbangan luar angkasa NASA, Kathy Lueders, mengatakan bahwa program Artemis-1 akan berjalan sekitar satu bulan untuk menguji semua sistem gawat darurat.

Leuders berkata, uji coba terbang akan mengurangi risiko pada proyek Artemis-2. Dalam uji terbang kedua itu, astronaut akan mengulangi perjalanan mengelilingi bulan.

Program Artemis-2 juga akan menguji sistem operasi Orion. Tak lama setelah Orion memisahkan diri dari roket SLS, para astronaut diharuskan mengemudikan wahana itu secara manual.

Merekalah yang memegang sistem kendali saat Orion mendekati dan meninggalkan bulan.

NASA
Roket SLS akan diterbangkan pertama kali tahun 2021.

Uji coba itu akan menilai kualitas kemudi Orion, termasuk kinerja perangkat keras dan perangkat lunak yang dipasang di pesawat ruang angkasa tersebut.

Artemis-3 akan menjadi misi pertama NASA yang mengirim astronaut ke permukaan bulan sejak Apollo 17 sekitar 48 tahun lalu.

NASA telah memberikan dana sebesar Rp14,4 triliun kepada beberapa perusahaan untuk mendesain kendaraan yang akan mendaratkan para astronaut di bulan.

Setelah proyek itu, NASA berencana membangun pangkalan bernama Artemis Base Camp. Pangkalan yang dapat menampung astronaut ini akan menjadi infrastruktur penting dalam eksplorasi jangka panjang di bulan.

Sebagai perbandingan, program Apollo pada dekade 1960-an dan 1970-an menelan biaya lebih dari Rp3.741 triliun, jika dihitung berdasarkan inflasi dolar AS saat ini.

Namun, anggaran Rp419 triliun yang ditaksir untuk membiayai proyek ke bulan ini tak termasuk dana pengembangan Orion dan roket SLS.