Polisi Geledah Rumah Dokter Pribadi Maradona, Dugaan Kelalaian

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Jaksa penuntut di Argentina sedang menyelidiki dokter yang merawat Diego Maradona atas dugaan kelalaian menyusul kematian legenda sepak bola itu pekan lalu.

Kepolisian Buenos Aires menggeledah rumah dan klink pribadi dokter Leopoldo Luque untuk mengumpulkan bukti dugaan kelalaian dalam perawatan kesehatan Maradona setelah operasi.

Maradona meninggal dunia karena serangan jantung pada usia 60 tahun. Ia meninggal di rumahnya tempat dia menjalani pemulihan.

Belum ada tuntunan yang dilayangkan terhadap dokter Luque. Dia menolak telah melakukan kesalahan.

Pada November lalu, Maradona telah menjalani pembedahan untuk menghilangkan penggumpalan darah di otak dan dia juga menjalani perawatan untuk mengatasi kecanduan alkohol.

Para putri Maradona mempertanyakan perawatan kesehatan yang diberikan kepada ayah mereka.

Apa yang menjadi perhatian dalam investigasi?

Sekitar 30 polisi menggeledah rumah Luque pada Minggu (29/11) pagi. Sebanyak 20 petugas lainnya dikerahkan ke klinik pribadi milik dokter berusia 39 tahun itu di ibu kota Buenos Aires.

Reuters
Petugas kepolisian mengumpulkan informasi terkait perawatan kesehatan legenda sepak bola itu.

Penggeledahan itu dijalankan atas perintah jaksa penuntut yang berusaha mengumpulkan informasi tentang hari-hari terakhir Maradona di rumah.

Kepolisian mengambil komputer, ponsel dan catatan medis, kata para pejabat.

Ada kecurigaan bahwa perawatan kesehatan Maradona di rumah kemungkinan tidak memenuhi persyaratan agar dia bisa keluar dari klinik, seperti kehadiran tim perawat selama 24-jam dengan "keahlian di bidang penyalahgunaan narkoba", kehadiran dokter siap panggil, serta kesiagaan ambulans yang dilengkapi dengan alat defibrilator.

Para pejabat ingin mengetahui keterlibatan Luque dalam pengaturan perawatan Maradona di rumah.

Apa pembelaan dokter Luque?

Pada konferensi pers yang emosional pada hari Minggu, Luque - yang disebut sebagai dokter pribadi Maradona - menangis dan mengatakan bahwa dia telah melakukan semua kemampuannya untuk menyelamatkan nyawa seorang teman. Dia mengatakan Maradona sangat sedih akhir-akhir ini.

Saat menyampaikan pernyataannya, Luque secara tegas mengatakan kepada para wartawan: "Anda ingin tahu saya bertanggung jawab atas apa? Atas rasa sayang saya kepada dia, atas perawatan yang saya berikan kepada dia, dan atas tindakan saya yang telah memperpanjang hidupnya, serta telah memperbaikinya hingga titik akhir."

Luque mengatakan dia telah melakukan "segala sesuatu yang dia bisa, sampai pada titik di mana tidak bisa berbuat apa-apa."

Dalam menanggapi investigasi yang dilakukan oleh pihak berwenang, Luque mempertanyakan posisinya dalam kasus itu.

"Jika Anda bertanya kepada saya, saya adalah seorang ahli bedah saraf dan pekerjaan saya selesai. Saya sudah selesai dengan dia," kata Luque merujuk pada operasi yang dilaksanakan pada November - dan menegaskan bahwa perawatan pemulihan Maradona di rumah bukan merupakan tanggung jawabnya.

"Dia [Maradona] seharusnya pergi ke pusat rehabilitasi. Dia tidak mau," kata Luque, sambil menjelaskan bahwa mendiang "tidak bisa diatur".

Dia juga mengatakan tidak tahu mengapa tidak ada alat defibrilator dan siapa yang bertanggung jawab atas tidak adanya ambulans di luar rumah Maradona.

Luque menambahkan: Diego "ketika itu sangat sedih, dia ingin sendirian, dan itu bukan karena dia tidak mencintai putrinya, keluarganya, atau orang-orang di sekitarnya".

Mengapa Maradona begitu populer?

Diego Maradona menjadi kapten ketika tim nasional Argentina memenangkan Piala Dunia 1986. Dia mencetak gol terkenal "Tangan Tuhan" saat melawan Inggris di perempat final.

Maradona juga bermain untuk Barcelona dan Napoli selama karier klubnya, dan memenangkan dua gelar Serie A bersama klub Italia tersebut.

Dia memulai kariernya bersama Argentinos Juniors, kemudian bergabung dengan Sevilla, Boca Juniors, dan Newell`s Old Boys di Argentina.

Dia mencetak 34 gol dalam 91 penampilan untuk Argentina, dan mewakili negaranya di empat Piala Dunia.

Maradona memimpin tim Argentina memasuki final Piala Dunia 1990 di Italia, namaun dikalahkan oleh Jerman Barat. Dia menjadi kapten lagi di Amerika Serikat pada Piala Dunia 1994, tetapi dipulangkan setelah gagal dalam tes narkoba.

Selama paruh kedua kariernya, Maradona berjuang dengan kecanduan kokain dan dilarang bermain selama 15 bulan setelah dinyatakan positif menggunakan obat tersebut pada 1991.

Dia pensiun dari sepak bola profesional pada 1997, pada ulang tahunnya yang ke-37, saat periode keduanya bersama raksasa Argentina Boca Juniors.

Maradona ditunjuk sebagai pelatih kepala tim nasional pada 2008 dan meninggalkan posisi itu setelah Piala Dunia 2010. Ketika itu tim asuhannya dikalahkan oleh Jerman di perempat final.

Dia sempat mengelola klub di Uni Emirat Arab dan Meksiko dan menangani Gimnasia y Esgrima di liga utama Argentina sebelum meninggal dunia.