Suasana Gedung Putih Hari-hari Terakhir Presiden Trump di Sana

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Di tengah hari-hari terakhir masa kepresidenan Donald Trump, suasana suram terasa di Gedung Putih sementara upaya menantang hasil pemilihan umum gagal di sejumlah pengadilan.

Brian Morgenstern, wakil direktur komunikasi, mengenakan jaket dengan logo Gedung Putih, di kantornya di West Wing. Jaketnya tertutup rapat-rapat seolah dia akan keluar. Kantornya, beberapa pintu dari kantor presiden, Oval Office, gelap, dengan tirai ditutup.

Getty Images
Trump kembali ke Gedung Putih setelah merayakan acara Thanksgiving dengan keluarganya.

Bosnya, sang presiden, berada di bagian lain Gedung Putih. Saat itu, Donald Trump, tengah berbicara dengan Rudy Giuliani, kepala legal, dalam upayanya menantang hasil pemilu, dengan sejumlah legislatif yang berkumpul untuk apa yang mereka "dengar pendapat." Telepon Trump didengar oleh semua yang hadir di hotel di Gettysburg, Pennsylvania.

"Pemilu ini dicurangi dan kita tidak dapat membiarkan ini terjadi," kata presiden melalui telepon.

Morgenstern memonitor pertemuan itu melalui layar komputernya, dan tidak begitu konsentrasi. Ia sempat memutar kursinya dan berbicara dengan seorang pengunjung tentang perguruan tinggi, real esat, bisbol, seperti layaknya renungan atas capaian presiden.

Upaya Trump untuk menantang hasil pemilu di Pennsylvania gagal hari Jumat (27/11) lalu setelah apa yang disebut "dengar pendapat". Gugatan ini juga tak memiliki landasan legal kuat.

Hakim banding mengatakan tidak ada "dasar" untuk gugatan ini. Kepastian tentang perolehan suara menunjukkan presiden terpilih Joe Biden menang di negara bagian itu dengan lebih dari 80.000 suara.

Suara di Arizona dipastikan Senin (30/11) dan di Winsconsin akan segera dipastikan. Di dua negara bagian ini, Biden menang.

Para pejabat pemerintah mulai bekerja ke arah transisi ke pemerintahan baru, dan presiden terpilih akan mulai bekerja pada 20 Januari 2021.

Getty Images
Trump berbicara dengan Rudy Giuliani dan kuasa hukum Jenna Ellis melalui telepon.

Trump tetap menyatakan menang. Namun di balik layar di Gedung Putih, para karyawan menyadari bahwa mereka mendekati hari-hari terakhir di West Wing.

Mereka juga menyadari bahwa pemimpin mereka kalah, dan lebih baik menjauhi presiden.

Morgenstern mengatakan kegiatan berlangsung seperti biasa. "Kami tetap optimistik, kami tetap bekerja keras."

Namun dia satu-satunya orang di sejumlah kantor di West Wing.

Ia memegang masker kain dan bermain dengan tali masker itu. Satu-satunya suara yang muncul adalah suara pelan dari TV di ruangan lain.

Biasanya kantor-kantor di West Wing, penuh karyawan yang bekerja penuh. Namun tidak untuk saat ini.

Jack O`Donnell, yang pernah menjadi manajer di kasino milik Trump di Atlantic City, New Jersey mengatakan ia paham mengapa orang-orang yang bekerja untuk presiden mulai menjauh pada waktu seperti ini.

"Seperti layaknya berjalan di atas kulit telur. Tak ada yang mau bicara hal yang salah," katanya.

"Tak ada yang mau berada dekat dia kalau dia marah"

Reuters
Brian Morgenstern mulai bekerja di Geduh Putih pada bulan Juli.

Pernah suatu ketika, kata O`Donnell, Trump berjalan di ruangan dengan langit-langit rendah, bagian yang tengah direnovasi.

"Saat itu ada sejumlah masalah," kata O`Donnell mengacu pada kesalahan dalam renovasi yang diperhatikan Trump.

"Ia lompat ke atas dan meninju langit-langit," kata O`Donnell. "Tak ada yang mau berada dekat dia ketika dia marah."

Kemarahan Trump dan ambisi serta semangatnya memang melegenda. Ia berhasil antara lain karena menerapkan sikap positif dan menyanggah kegagalan, gaya kepemimpinan yang ia terapkan pada awal kariernya.

Ia hadir di ruangan briefing West Wing pekan lalu dan mengeluh soal pasar modal.

Dow Jones ditutup di atas 30.000, rekor nilai penutupan.

Presiden kata Morgenstern, "merayakan keberhasilan pasar modal yang jelas antara lain karena kebijakannya" termasuk "meningkatkan perjanjian dagang" dan terkait "independensi dalam energi."

Getty Images
Pendukung Trump membawa tulisan "Trump menang besar."

Para investor mengatakan pasar modal naik karena masa transisi ke pemerintahan Biden secara resmi telah diumumkan.

Namun bagi Trump, kemenangan adalah miliknya.

Klaim kemenangan Trump dan penolakannya untuk mengaku kalah, tidak berdampak pada hasil. Transisi ke pemerintahan Biden tengah berjalan.

Tetapi dengan posisi seperti ini, jutaan orang mengaguminya. Mereka akan tetap mengikuti Trump begitu ia meninggalkan Gedung Putih, apakah ia akan mencalonkan diri lagi, seperti yang diharapkan banyak orang atau membangun kerajaan media.

Ketika Trump berbicara dengan Rudy Giuliani di Gettysburg, para pendukung berkumpul di luar hotel dengan tulisan, "Hentikan kecurangan pemilu."

"Dalam benaknya, ia tidak pernah kalah"

Dalam buku, Trump The Greatest Show on Earth: The Deals, the Downfall, the Reinvention, orang-orang yang mengenalnya mengatakan Trump melihat mantan Presiden Jimmy Carter, yang kalah dalam pemilu pada 1980 setelah hanya satu periode, sebagai hal yang harus dihindari.

"Anda meroket dengan cepat dan secepat itu pula Anda jatuh," kata Trump menurut sumber-sumber buku itu.

Ia menambahkan Carter menghilang setelah meninggalkan Gedung Putih dan menjadi anonim seperti halnya "penjual keliling."

Untuk mencegah kegagalan, Trump menyanggah kenyataan, kata mereka yang mengenalnya.

Ia mengalami kebangkrutan beberapa kali sebagai pengusaha, namun bersikap seolah kegagalan itu sebagai bagian dari rencana.

"Ia akan mengatakan `saya melakukannya dengan sengaja," kata Jack O`Donnell, yang bekerja untuknya.

"Dalam benaknya, ia tidak akan pernah kalah," tambah O`Donnell.

Dalam kaitan dengan pemilihan presiden, O`Donnell mengatakan, "Dia tidak akan pernah mengaku kalah, yang digambarkan adalah, "hasil pemilu diambil dari saya."

Trump saat ini tengah berjuang agar partainya, Republik, menguasai Senat AS dan merencanakan untuk ke Georgia hari Sabtu (05/12) untuk mendukung para calon anggota senat dalam pemilihan ulang.

Sementara itu di luar kantor Morgenstern, di atas salah satu meja kosong, ada tulisan, "Kegagalan bukan pilihan."

Tulisan itu merangkum filosofi dan pendekatan Trump terkait isu kepresidenan. Moto yang tetap ada di Gedung Putih, paling tidak sampai dia angkat kaki.