Obat Antibodi COVID-19: Apakah Ampuh Sembuhkan Pasien?

Eli Lilly/AP/picture alliance
Sumber :
  • dw

Daftar kandidat obat Covid-19 sangat panjang. Tiap hari ada berita baru mengenai tema ini. Tapi belum ada satu pun yang terbukti ampuh memerangi penyakit yang dipicu virus corona SARS-CoV-2. Termasuk obat-obatan yang digunakan saat ini, terutama yang diberikan untuk mencegah pasien Covid-19 mengalami sakit parah.

Sejak beberapa hari belakangan, diskusi mengenai dua jenis obat antibodi untuk pasien Covid-19 risiko tinggi kembali mencuat di Jerman. Yakni Bamlanivimab dari perusahaan farmasi Eli Lilly, dan REGN-CoV-2 buatan Regeneron, berupa "cocktail" dua antibodi Casirivimab dan Imdevimab.

Di Amerika Serikat, dua jenis obat antibodi ini telah mendapat izin penggunaan darurat untuk diberikan kepada pasien berusia 12 tahun ke atas, yang memiliki risiko mengembangkan gejala berat Covid-19. Lembaga pengawas obat-obatan AS (FDA) menyebutkan bahwa obat ini bisa menurunkan probabilitas gejala sakit berat.

Walaupun di Uni Eropa obat antibodi ini belum mendapat izin dari lembaga regulasi obat, pemerintah Jerman sudah membeli 200.000 dosis obat antibodi ini seharga 200 Euro (sekitar Rp. 3,4 juta) per dosis, untuk mengobati pasien Covid-19 yang menghadapi risiko gejala parah.

Bagaimana cara kerja obat antibodi?

Kedua obat antibodi itu memiliki prinsip kerja yang sama. Antibodi mengikat apa yang disebut "Spike protein" pada virus SARS-CoV-2. Dengan cara itu virus corona dicegah memasuki sel manusia. Antibodi monoklonal ini direkayasa di laboratorium, dan berfungsi membuat virusnya tidak berdaya setelah kasus infeksi.

Obat buatan perusahaan farmasi AS Regeneron ini mengandung dua jenis antibodi monoklonal. Pengobatan menunjukkan pengurangan beban virus, yakni jumlah virus yang terlacak pada tubuh, dan dengan cepat menurunkan gejalanya, demikian keterangan Regeneron. Obat antibodi Regeneron diberikan kepada mantan presiden AS, Donald Trump saat dia terinfeksi corona Oktober 2020 lalu.

"Keunggulan cocktail antibodi Regeneron, probabilitasnya efektivitasnya lebih bagus, karena paling tidak ada satu antibodi yang benar-benar ampuh untuk setiap pengobatan spesifik" ujar pakar virologi Jerman Sandra Ciesek dalam podcast "Coronavirus-Update" dari stasiun penyiaran NDR.

Seperti diketahui, obat antibodi dari perusahaan farmasi Eli Lilly hanya mengandung satu jenis antibodi monoklonal.

Obat antibodi ini berfungsi seperti imunisasi pasif. "Pemberian obat antibodi kepada pasien berisiko tinggi pada stadium awal Covid-19, membantu mencegah munculnya gejala sakit yang lebih parah", kata menteri kesehatan Jerman, Jens Spahn.

Jika obat antibodi diberikan dalam waktu 10 hari setelah terinfeksi, hasilnya terbukti sangat bagus. Demikian hasil penelitian, seperti diungkapkan pimpinan FDA Stephen Hahn.

Apakah ada efek sampingnya?

Sejauh ini riset klinis terhadap pasien yang mendapat pengobatan dengan Regeneron tidak menunjukkan efek samping lebih berat daripada kelompok pembanding. Namun FDA juga mengingatkan, ada kemungkinan potensi efek samping, baik yang lazim maupun yang berat.

Efek vaksinasi pasif yang lazim antara lain, demam, meriang, sakit kepala, mual, pusing, sakit tenggorokan atau ruam pada kulit. Sementara kemungkinan reaksi berlebihan antara lain syok anaphilaktis yang dipicu obat antibodi itu.

FDA melaporkan, antibodi Casirivimab dan Imdevimab dari Regeneron maupun Bamlanivimab dari perusahaan farmasi Eli Lilly masih terus diteliti, dan kemungkinan belum semua risiko dikenali atau diketahui. Pada obat antibodi Eli Lilly dalam riset pada 850 kasus mencatat ada dua kasus efek samping berat, yang kemudian ditangani sesuai prosedur.

Hannah Fuchs (as/gtp)