COVID-19 Renggut Nyawa 500 Ribu Warga AS, Biden: Tonggak Sejarah Suram

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc
Reuters
Sebuah keluarga berduka atas meninggalnya Gregory Blanks, 50, karena Covid pada Januari di Texas

Amerika Serikat mengadakan upacara untuk menandai 500.000 kematian akibat Covid-19, jumlah kematian akibat virus corona terbanyak di dunia.

"Sebagai sebuah bangsa, kita tidak bisa menerima nasib yang begitu kejam. Kita harus menahan diri untuk tidak mati rasa terhadap kesedihan," kata Presiden Joe Biden di Gedung Putih.

"Hari ini saya meminta semua orang Amerika untuk mengingat. Ingat mereka yang hilang dan kita tinggalkan," katanya, seraya menyerukan warga AS untuk terus bersama melawan Covid-19.

Lebih dari 28,1 juta orang Amerika telah terinfeksi virus corona- rekor global yang dicapai negara itu.

Presiden Biden juga memerintahkan semua bendera AS di gedung-gedung pemerintah diturunkan menjadi setengah tiang selama lima hari ke depan, demikian pengumuman yang dirilis Senin pagi.

Apa yang dikatakan Biden?

Di Gedung Putih, Biden mencatat bahwa jumlah warga AS yang meninggal akibat Covid-19 sudah lebih banyak dari jumlah korban tewas akibat Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Vietnam.

"Kita sering mendengar orang yang digambarkan sebagai orang Amerika biasa. Tidak ada yang seperti itu," katanya.

"Tidak ada yang biasa tentang mereka. Kita kehilangan orang-orang yang luar biasa. Mereka meliputi beberapa generasi. Lahir di Amerika, beremigrasi ke Amerika."

"Begitu banyak dari mereka yang menghembuskan nafas terakhir sendirian di Amerika. Sebagai bangsa, kita tidak bisa menerima nasib yang begitu kejam," lanjut mantan Wakil Presiden AS itu.

Pada Senin malam, dia akan ditemani oleh istrinya, Jill, serta Wakil Presiden Kamala Harris dan suaminya, Doug Emhoff, untuk upacara penyalaan lilin.

Getty Images
Angka harapan hidup orang Amerika turun akibat Covid-19.

Upacara mengheningkan cipta juga akan dilakukan untuk mengenang lebih dari 500.000 warga AS yang meninggal akibat virus corona.

Pendekatan Biden terhadap pandemi berbeda dengan pendahulunya, Donald Trump, yang meragukan dampak maut dari virus itu.

Trump saat menjabat juga dipandang telah mempolitisasi penggunaan masker dan tindakan-tindakan lain untuk mencegah penyebaran virus.

Pada 19 Januari, sehari sebelum Biden menjabat, dia mengadakan acara untuk menandai kematian 400.000 orang Amerika karena penyakit tersebut.

Peristiwa hari Senin, yang menandai jumlah korban tewas terbaru, terjadi kurang dari satu bulan kemudian.

Apa yang terjadi di AS?

Jumlah orang Amerika yang terjangkit virus corona kini hampir dua kali lipat dari jumlah yang terinfeksi di India (11 juta) dan Brasil (10,1 juta).

Brasil telah mencatat jumlah kematian terbesar kedua, yaitu 244.000 jiwa, sementara Meksiko berada di urutan ketiga dengan 178.000 kematian.

"Berpuluh-puluh tahun dari sekarang, orang-orang akan membicarakan hal ini sebagai tonggak sejarah sejarah yang buruk, dengan begitu banyak orang yang meninggal karena infeksi yang ditularkan melalui pernafasan," kata ahli imunologi terkemuka AS, Dr Anthony Fauci, kepada CNN pada hari Minggu.

"Ini adalah angka yang mencengangkan. Setahun lalu saya tidak dapat membayangkan bahwa setengah juta orang Amerika akan kehilangan nyawa mereka karena penyakit ini," kata Dr Ashish Jha, dekan fakultas kesehatan masyarakat di Brown University.

"Kita sebenarnya memiliki begitu banyak kemampuan, begitu banyak sumber daya di negara ini ... ini semua dapat dicegah dan seharusnya tidak terjadi. Namun sekarang kita ada di posisi ini," katanya kepada BBC News, Senin.

"Dan saya pikir kita harus merenungkan semua kesalahan terkait respons kita."

Dikhawatirkan akan ada lagi 90.000 orang Amerika yang diperkirakan meninggal dunia pada 1 Juni mendatang, menurut proyeksi baru-baru ini dari Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Universitas Washington.

IHME memperkirakan bahwa pada akhir Mei, virus akan membunuh sekitar 500 orang Amerika per hari - turun dari sekitar 2.000 kematian setiap hari saat ini.

Tingkat perawatan di masuk rumah sakit telah turun selama 40 hari berturut-turut, seiring dengan vaksinasi 1,6 juta vaksinasi pada warga Amerika setiap harinya.

Namun, para ahli masih khawatir dengan meningkatnya jumlah varian virus corona di negara itu, yang dapat memicu wabah mematikan baru.

Meskipun angkanya membaik, harapan hidup orang Amerika telah turun satu tahun karena virus corona, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS pekan lalu.

Dampak akut terjadi di antara ras minoritas, yang secara tidak proporsional terpengaruh oleh virus mematikan itu.

Harapan hidup pria kulit hitam mengalami penurunan terbesar, yakni tiga tahun. antara Januari dan Juni 2020.

Pria Hispanik mengalami penurunan harapan hidup sebanyak 2,4 tahun selama periode itu.