Korea Utara Krisis Pangan, Harga Sebungkus Kopi Dijual Rp1,4 Juta

VIVA Militer: Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un
Sumber :
  • Lowy Institute

VIVA – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memiliki masalah besar saat ini. Negaranya mengalami krisis pangan dengan pasokan makanan menipis.

Kim Jong-un mengakui bahwa krisis pangan Korea Utara lebih parah dari yang dilaporkan, dalam pertemuan baru-baru. Kim mengatakan pasokan makanan Korea Utara dalam keadaan "tegang".
"Pasokan makanan Korea Utara menjadi genting dan semakin tegang," kata Kim, menurut kantor berita negara itu, KCNA, seperti dilansir dari CNN, Senin 21 Juni 2021.

Sektor pertanian masih belum pulih dari kerusakan akibat badai tahun lalu. Sedangkan, mengganti pasokan pangan domestik dengan impor kemungkinan akan sulit, karena sebagian besar perbatasan tetap ditutup akibat pembatasan COVID-19.

Di ibu kota Pyongyang, harga beberapa barang kebutuhan pokok dilaporkan meroket. Para ahli mengatakan, harga beras dan bahan bakar relatif stabil, tetapi bahan pokok impor seperti gula, minyak, kacang kedelai, dan harga tepung telah naik.

Harga beberapa bahan pokok yang diproduksi secara lokal juga melonjak dalam beberapa bulan terakhir. Harga kentang naik tiga kali lipat di pasar Tongil yang terkenal, di mana penduduk lokal dan warga asing dapat berbelanja, kata penduduk Pyongyang.

Penduduk setempat mengungkapkan bahwa barang-barang nonpokok seperti sebungkus kecil teh hitam dapat dijual dengan harga sekitar US$70 atau Rp1 juta. Sedangkan sebungkus kopi dapat dijual lebih dari US$100 atau Rp1,4 juta.

Kim tidak mengungkapkan skala kekurangan pangan negaranya, tetapi Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) baru-baru ini memperkirakan Korea Utara kekurangan sekitar 860.000 ton makanan, atau setara dengan lebih dari dua bulan pasokan nasional.

Krisis pangan di Korea Utara dimulai pada musim dingin 2020 dan 2021, yang merupakan dampak dari penurunan impor akibat pandemi.