Hampir Setengah Warga Australia Percaya RI Meski Tak Kenal Jokowi

Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Scott Morrison dalam kunjungan kenegaraan ke Canberra bulan Februari 2020. ()
Sumber :
  • abc

Satu dari lima warga Australia tidak tahu kalau Joko Widodo adalah Presiden Indonesia, Narendra Modi adalah Perdana Menteri India, atau Perdana Menteri Jepang adalah Yoshihide Suga. Mereka tidak tahu siapa yang menjadi pemimpin negara di kawasan tetangganya.

Tapi sikap warga Australia terhadap Indonesia menjadi lebih hangat di tahun 2021 dibandingkan tahun lalu. 

Inilah rangkuman laporan survei Lowy Institute tahun 2021 yang diterbitkan hari Rabu ini (23/6).

Lowy Institute adalah sebuah lembaga pemikir berpengaruh di Australia yang setiap tahunnya mengadakan survei untuk mengetahui pandangan warga Australia mengenai berbagai masalah global.

Survei terbaru 2021 dilakukan bulan Maret lalu dengan bertanya kepada 2.200 warga, mulai dari masalah kepercayaan terhadap pemimpin mereka sendiri sampai masalah dunia yang dianggap kritis saat ini, seperti ekonomi dan perubahan iklim.

Dalam survei tahun ini terlihat tingkat kehangatan terhadap Indonesia adalah 55 derajat, naik empat derajat dibandingkan tahun sebelumnya.

Di tahun ini juga lebih banyak warga Australia yang percaya jika Indonesia bertindak secara bertanggung jawab dibanding tahun 2000, jumlahnya naik 12 poin menjadi 48 persen.

Meski mereka lebih percaya kepada Indonesia, tapi hanya seperempat lebih, yakni 26 persen, dari mereka yang mengatakan yakin Presiden Joko Widodo dapat mengatasi masalah global.

Sementara yang menjawab "tidak yakin siapa orang ini" adalah 18 persen dan sisanya tidak yakin, tidak percaya, atau tidak memberikan pandangan sama sekali.

Negara yang tingkat kehangatannya paling tinggi bagi warga Australia adalah Selandia Baru, yakni 87 derajat.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern juga menduduki peringkat pertama sebagai pemimpin dunia yang paling dipercayai, yakni 91 persen.

Hubungan dengan Indonesia 'lebih baik'

ABC Indonesia menghubungi Duta besar Indonesia Kristiarto Legowo untuk memberikan tanggapan mengenai survei terbaru dari Lowy Institute.

"Dalam perspektif kami, hubungan Indonesia-Australia saat dalam keadaan lebih baik dari sebelumnya."

"Hubungan ini sangat bagus terutama sejak kedua pemimpin (PM Scott Morrison dan Presiden Jokowi) menyetujui Perjanjian Perdagangan Komprehensif (IA-CEPA) antar kedua negara yang sudah mulai diberlakukan sejak 5 Juli 2020," kata Dubes Kristiarto.

Ia berharap hubungan kedua negara lebih meningkat lagi di masa depan.

"Kita juga melihat sambutan hangat yang diterima Presiden Jokowi ketika berkunjung ke Canberra bulan Februari 2020," kata Dubes Kristiarto.

Lebih promosikan Indonesia tapi tak hanya budaya tradisional

Berbicara mengenai usaha untuk lebih meningkatkan kehangatan antar warga kedua negara, Frans Simarmata dari Indonesian Diaspora Network (IDN), yang sudah tinggal di Sydney sejak tahun 1999, menekankan perlunya lebih banyak pengenalan dari sisi budaya.

"Coba kalau ditayakan, siapa orang Indonesia yang dikenal orang Australia? Mungkin Reynold Purnomo (Masterchef), Tasia & Gracia (My Kitchen Rules) atau penyanyi Jessica Mauboy." katanya.

"Sebaliknya siapa orang Australia yang dikenal di Indonesia? Dulu mungkin Kylie Minogue, The Crocodile Dundee, Olivia Newton John.

"Tapi siapa orang Australia yang saat ini dikenal orang Indonesia?  Hampir tidak ada atau sangat terbatas. Karena kecilnya penetrasi dan perhatian Australia untuk Indonesia," kata Frans.

Oleh karena itu menurut Frans, salah satu hal yang lebih banyak harus dilakukan adalah promosi mengenai Indonesia.

Tapi tidak terbatas hanya dalam bentuk budaya tradisional saja.

"Perlu pendekatan kontemporer, seperti yang dilakukan Twilite Orchestra dan Addie MS di Sydney Opera House tahun 2009. Sudah lama sekali," kata Frans.

"Supaya Indonesia tiidak hanya dikenal tari-tarian tradisional, tetapi juga hal-hal yang lebih kena bagi generasi lebih muda," katanya.

Kepercayaan terhadap China sangat menurun

Dalam hasil survei Lowy 2021 diketahui lebih dari setengah warga Australia, yakni 60 persen, sekarang melihat China sebagai ancaman dari sisi keamanan dan bukan lagi sebagai mitra ekonomi.

Hanya 16 persen warga Australia yang mengatakan mereka percaya jika China berperilaku secara bertanggung jawab dalam percaturan global.

Dalam hubungan dengan Amerika Serikat, setelah pergantian presiden dari Donald Trump ke Joe Biden, 70 persen warga Australia kembali menyatakan kepercayaan terhadap kepemimpinan Joe Biden. Jumlah ini naik 40 persen dari sebelumnya terhadap Donald Trump.

Terkait kemungkinan adanya konflik militer di kawasan regional, lebih dari 50 persen warga  mengatakan Australia "harus bersikap netral" bila ada perang antara China dan Amerika Serikat.

Menurut Natasha Kassam dari Lowy Institute, kepercayaan warga Australia terhadap China memang semakin menurun sejak tahun 2018.

Ketika itu hanya 12 persen yang disurvei yang mengatakan China adalah ancaman keamanan bagi Australia.

"Berbagai masalah bilateral dan juga perkembangan lain di kawasan, seperti tekanan terhadap pegiat pro-demokrasi di Hong Kong, penahanan warga Uighur, sanksi terhadap berbagai produk Australia oleh China, dan penahanan warga Australia di China, menyebabkan hubungan dan persepsi publik turun ke titik terendah," kata Natasha kepada ABC.

Survei juga menyebutkan hanya 10 persen responden yang mengatakan percaya jika Presiden China, Xi Jinping akan "melakukan hal yang benar terkait masalah dunia". Ini adalah  penurunan drastis dari 33 persen di tahun 2018.

"Kita jelas melihat adanya perubahan besar," kata Natasha.

"Kita melihat angka untuk Xi Jinping hampir sama dengan angka kepercayaan warga Australia terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jon-un.

"Tahun lalu ketika saya ditanya mengenai hasil survei tentang China, saya mengatakan angkanya tidak akan menurun lagi. Namun kenyataannya sekarang lebih menurun lagi." katanya.

Laporan tambahan dalam bahasa Inggris bisa dibaca di ABC News