Varian Delta Mengganas, Jepang Perluas Wilayah Keadaan Darurat

Ilustrasi Tokyo, Jepang.
Sumber :
  • Freepik/mrsiraphol

VIVA – Jepang memperluas status keadaan darurat sehingga total menjadi 21 perfektur, bertambah delapan prefektur. Perluasan status ini bertujuan membendung peningkatan pesat infeksi virus corona

Dilansir dari CNA, Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura, Rabu 25 Agustus 2021, mengatakan perluasan keadaan darurat akan mencakup hampir setengah dari 47 prefektur di negara itu, dan telah disetujui oleh panel ahli eksternal. Ini diharapkan akan disetujui secara resmi pada pertemuan gugus tugas pemerintah pada hari ini.

"Tugas yang paling penting adalah untuk memperkuat sistem medis," kata Nishimura. 

Perluasan keadaan darurat terbaru akan menambahkan Hokkaido, Aichi, Hiroshima, dan lima prefektur lainnya, yang membentang di kepulauan Jepang mulai Jumat hingga 12 September.

Empat prefektur lainnya diperkirakan akan ditambahkan ke tindakan "darurat semu" yang lebih terbatas, sehingga total wilayah di bawah pembatasan tersebut menjadi 12.

Dia menyebutkan bahwa mengamankan stasiun oksigen dan perawat adalah salah satu prioritas.

Jepang kini tengah berjuang mengendalikan wabah COVID-19 dengan varian Delta yang menyebar dengan cepat. Warga Jepang mulai bosan dengan kehidupan di bawah pembatasan, dan banyak perusahaan mengabaikan imbaun untuk kerja dari rumah.

Kantor berita NHK melaporkan sebanyak 21.570 kasus baru COVID-19 dan 42 kematian pada hari Selasa. Tingkat kematian kasus Jepang mencapai sekitar 1,2 persen, dibandingkan dengan 1,7 persen di Amerika Serikat dan 2,0 persen di Inggris.

Status darurat COVID-19 selama berbulan-bulan di ibu kota, Tokyo, dan daerah sekitarnya telah gagal menekan lonjakan infeksi. Sekitar 90 persen tempat tidur ICU terisi di Tokyo.

"Demografis usia kerja adalah pemicu (di balik peningkatan infeksi). Kita perlu mengurangi separuh pergerakan orang," Nishimura.

Dengan tempat tidur rumah sakit yang terisi atau mendekati kapasitas, banyak orang terpaksa menjalani pemulihan di rumah - beberapa meninggal sebelum mereka bisa mendapatkan perawatan.

Pembatasan di Jepang lebih longgar daripada penguncian yang diterapkan di beberapa negara dan berpusat pada mandat agar restoran tutup pada jam 8 malam dan berhenti menyajikan alkohol, dan meminta perusahaan untuk memiliki 70 persen staf yang bekerja dari rumah.