Warga Singapura Serbu Website Singapore Airlines Sampai Down

Pelancong di Bandara Changi. Getty Images via BC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Setelah selama 21 bulan perbatasan Singapura praktis ditutup, warga negara-kota itu berbondong-bondong memesan tiket pesawat ke luar negeri. Meski demikian, mereka tidak bisa ke Indonesia menurut aturan pemerintah yang diumumkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan.

Mulai 19 Oktober, penduduk Singapura bisa bebas bepergian ke 10 negara tanpa harus menjalani karantina dan dengan jumlah tes PCR yang lebih sedikit, asalkan sudah divaksinasi. Kemudian mulai 15 November, Korea Selatan akan ditambahkan pada daftar negara yang bisa dikunjungi.

"Berada di rumah saja membuat kami gila. Tidak ada pembedaan antara bersantai dan bekerja," cetus Low Ka Wei, seorang petinggi bidang komunikasi korporat sebuah perusahaan, kepada BBC.

Setelah aturan perjalanan ke luar negeri diumumkan, permintaan tiket pesawat melonjak begitu banyak sampai sejumlah situs travel tak berfungsi alias `down`.

Bahkan, situs maskapai Singapore Airlines juga sempat `down` selama akhir pekan lalu sehingga memicu perbincangan di media sosial. Salah satu pengguna Reddit, misalnya, bertanya: "Apakah kita telah merusak situs SIA secara kolektif?"

Karena tidak bisa mengakses situs-situs tersebut, Low dan banyak warga Singapura lainnya menempuh cara lama: antre berjam-jam di luar kantor maskapai penerbangan untuk memesan tiket pesawat.

Namun, kini situs Singapore Airlines dapat diakses dengan baik.

Terjebak di Singapura

Penutupan pintu-pintu perbatasan Singapura selama 21 bulan terakhir dikeluhkan banyak penduduk setempat. Begitu pula dengan aturan pencegahan penularan Covid di negara itu.

Meski tingkat vaksinasi di Singapura telah mencapai 83%, pemerintah baru-baru ini kembali menerapkan aturan pengetatan sehingga jumlah orang yang bisa berkumpul di tempat umum hanya mencapai dua orang.

Aturan tersebut mengejutkan bagi beberapa pihak lantaran pemerintah Singapura sebelumnya mengatakan bakal meninggalkan strategi `nol Covid` dan memberlakukan kebijakan hidup bersama dengan virus corona.

Hal lain yang mengejutkan adalah perubahan aturan perjalanan, dua hari setelah diumumkan. Melalui aturan baru, anak-anak di bawah usia 12 tahun boleh ikut serta.

"Saya senang kita telah memutuskan untuk menempuh satu arah, dan saya lega kita tetap pada keputusan itu," kata Low.

"Penting memperlihatkan keteguhan itu pada komunitas global dan warga negara—punya arah kebijakan membantu dan setelahnya kita hanya perlu mengelola ekspektasi ke depan."

Kebijakan yang berubah-ubah mendorong sejumlah warganet untuk membuat meme di internet.

https://twitter.com/SGAG_SG/status/1435077590390173697?s=20


Singapura membentang sejauh 50km dari timur ke barat dan bagi beberapa orang, kurangnya opsi perjalanan domestik menjadi serbasalah.

"Pandemi membuat saya benar-benar menghargai apa yang kami miliki di Singapura," kata Kristel Quek, salah satu pendiri start-up mata uang kripto.

"Ada pepohonan rindang dan setiap akhir pekan saya mencoba sesuatu yang baru. Tapi saya sedikit kesal melihat di internet teman-teman di Inggris, Italia, dan Spanyol bisa berlibur musim panas, sedangkan saya terjebak di sini," paparnya.

Getty Images
Warga Singapura masih bebas bertemu dengan keluarga dan berkumpul dua orang di luar ruangan.

`Menindas orang-orang`

Banyak warga asing memilih bermukim di Singapura karena menyangka ada berbagai kesempatan untuk bepergian di kawasan Asia Tenggara. Karena itu, tak sedikit yang frustrasi dengan pengendalian perbatasan yang membatasi perjalanan ke luar negeri.

Sejatinya warga dan penduduk tetap Singapura bisa saja pergi ke luar negeri dan kembali ke Singapura, tapi harus menjalani karantina selama dua pekan. Hal itu membuat banyak yang tidak ingin ke luar negeri sama sekali.

Kemudian ada pula warga asing yang tidak punya pilihan untuk ke luar negeri. Mereka terpaksa mengajukan izin masuk kembali, tapi kebanyakan ditolak. Alhasil, penduduk bukan warga negara dan bukan penduduk terjebak di dalam Singapura.

"Saya merasa cara pemerintah mengelola [aturan terkait Covid] sangat menindas orang-orang," kata Christophe Blanc, seorang instruktur gym asal Prancis yang bekerja di Singapura. "Mereka berpikir secara kolektif bukan individual. Cara itu tidak jelek atau baik, tapi bagi saya itu sangat membuat frustrasi dan menyesakkan."

Getty Images
Pekerja migran harus mendapatkan izin dari bos mereka sebelum meninggalkan asrama

Lalu, apakah warga Singapura sepakat bahwa tata kelola untuk mencegah penularan Covid tidak adil?

"Saya tidak yakin apakah ada perbedaannya. Ya, izin masuk kembali memang membuat penduduk luar merasa terasing. Namun aturan pusat jajanan yang tidak memperbolehkan orang yang belum divaksinasi, tidak demikian," kata Quek.

Baca juga:

Baru-baru ini Perdana Menteri Lee Hsien Loong menyatakan bahwa "kita harus terus maju dengan strategi `Hidup dengan Covid-19`"

"Langkah-langkah apa yang harus kita ambil selanjutnya? Pertama-tama, dan paling mendasar, kita perlu memutakhirkan pola pikir kita. Kita harus menghargai Covid-19, tapi kita tidak boleh lumpuh oleh rasa takut."

Bersamaan dengan itu, muncul daftar negara-negara yang bisa dikunjungi warga dan penduduk Singapura.

Indonesia tidak masuk daftar itu.

Di lain pihak, pada Senin (11/10), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan Singapura tidak masuk dalam daftar 18 negara yang warganya diperbolehkan masuk ke Indonesia.

Pasalnya, menurut Luhut, Singapura belum memenuhi standar level 1 dan 2 sesuai dengan ketentuan WHO.

"Nama negara yang akan diumumkan ada 18 negara, saya kira Singapura belum termasuk karena belum memenuhi persyaratan atau standar level 1, level 2 sesuai dengan WHO," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Bagaimanapun, tidak semua orang di Singapura terburu-buru ingin ke luar negeri.

"Saya pikir masih banyak yang risau dengan angka [kasus Covid]. Sebulan ini ada 3.000 kasus dan saya pikir banyak orang ingin pendekatan nol Covid," ujar Phik See, kepala operasi sebuah perusahaan.

Beberapa orang mengaku menunggu negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Indonesia, masuk dalam daftar negara yang bisa didatangi.

Namun, apapun peraturannya, akan ada orang yang tidak puas, kata Quek.

"Orang Singapura rata-rata suka mengeluh. Tidak bisa pergi, mengeluh; bisa pergi, mengeluh.

"Ironi bahwa orang Singapura begitu tertata dalam banyak hal, tapi mereka suka berbuat hal-hal spontan seperti bepergian."