Taliban Mendapat Peringatan karena Targetkan Bekas Tentara Pemerintah

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc
Getty Images
Pasukan Taliban berpatroli di Kabul

Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya menyerukan agar Taliban mengakhiri pembunuhan yang menargetkan mantan pasukan keamanan Afghanistan.

Dalam pernyataan bersama, sebanyak 22 negara meminta rezim Taliban menghormati janji mereka untuk tidak menyakiti mantan pejabat pemerintahan dan anggota keamanan.

"Kami secara mendalam prihatin dengan laporan-laporan pembunuhan dan penghilangan paksa," kata pernyataan tersebut.

Pernyataan bersama ini menyusul laporan yang memberatkan dalam kasus pembunuhan dan penculikan oleh rezim Taliban.

Laporan ini diterbitkan Human Rights Watch awal pekan kemarin. Laporan dalam bentuk dokumentasi itu menyebutkan lebih dari 100 eksekusi pembunuhan dan penculikan mantan pejabat pemerintah Afghanistan sejak Taliban mengendalikan kekuasaan hampir empat bulan lalu.

Kelompok hak asasi ini mengatakan, pengampunan yang dijanjikan oleh pimpinan pusat Taliban, tak mampu mencegah pimpinan di tingkat lokal untuk menargetkan mantan tentara dan polisi.

Getty Images

HRW menuduh pimpinan Taliban "memaafkan" pembunuhan yang "disengaja".Namun, juru bicara Taliban membantah pembunuhan atas dasar balas dendam itu.Taliban menyatakan mantan pegawai pemerintahan Afghanistan sebelumnya, berada dalam posisi aman. Mereka yang bekerja di kepolisian, tentara dan kementerian/lembaga pemerintahan lainnya, berada di bawah pengampunan umum.

Namun, banyak yang meragukan komitmen dari pengampunan tersebut. Laporan ini juga berisi dokumen pembunuhan terhadap 47 anggota pasukan keamanan Afghanistan yang sudah menyerah, atau telah ditangkap oleh Taliban periode 15 Agustus - 31 Oktober 2021.

Bagaimana pun, laporan ini tak mencerminkan jaminan Taliban sebelumnya bahwa pegawai pemerintah sebelumnya tidak akan disakiti.

Pernyataan bersama yang singkat ini dikeluarkan Amerika Serikat dan ditanda tangani oleh Inggris, Uni Eropa dan 19 negara lainnya. Laporan ini mengurai keprihatinan mendalam mereka atas temuan di lapangan, dan meminta seluruh kasus pembunuhan dan penghilangan paksa di luar proses hukum, untuk sepenuhnya diselidiki.

"Kami akan terus memantau Taliban atas tindakan-tindakan mereka," tambah pernyataan tersebut.

Taliban sekali lagi membantah tuduhan tersebut, termasuk laporan terkait hasil liputan BBC. Tapi mereka mengaku bersedia untuk mengizinkan sebuah penyelidikan independen ke dalam tuduhan-tuduhan tersebut.

"Tak ada bukti yang menunjukkan hal seperti ini terjadi," kata Taliban dalam sebuah pernyataan kepada BBC.

"Kami bersedia mengizinkan sebuah penyelidikan independen terhadap tuduhan-tuduhan tersebut, dan kami akan sepenuhnya kooperatif soal ini," kata pernyataan itu, sambil menambahkan bahwa Taliban berharap komunitas internasional tidak membuat keputusan terhadap Afghanistan berdasarkan tuduhan-tuduhan tersebut.

Ada banyak contoh soal tindakan Taliban yang bertentangan dengan janji mereka sendiri, dan laporan kemanusiaan sebelumnya juga mengungkapkan adanya kasus pembunuhan yang ditargetkan.

Pada Agustus lalu, sebuah laporan dipublikasikan Amnesty International menemukan bahwa 300 pasukan Taliban pergi ke sebuah area dekat desa Dahani Qul pada 30 Agustus, di mana mantan tentara pemerintah tinggal bersama dengan keluarganya.

Laporan ini menyebutkan pasukan Taliban membunuh sembilan mantan tentara pemerintah di sana, meskipun mereka sudah menyerah. Dua orang kemudian tewas dalam baku tembak, dan dua warga sipil lainnya juga meregang nyawa, termasuk seorang perempuan berusia 17 tahun, dari pertempuran yang terjadi.


Anda mungkin juga tertarik dengan tayangan berikut: