Banjir Terparah Melanda Malaysia, Belum Ada Laporan WNI Korban

Banjir di Malaysia. Getty Images via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Sedikitnya 14 orang tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi menyusul bencana banjir akhir pekan lalu, salah satu terparah yang pernah melanda Malaysia dalam beberapa dasawarsa.

Hujan deras selama tiga hari pada akhir pekan lalu menyebabkan banjir parah di delapan negara bagian, sebagian kota dan desa terendam air.

Pemerintah mendapat kecaman keras atas responnya yang dinilai lambat.

Beberapa orang dilaporkan hilang, dan jumlah korban tewas dikhawatirkan akan meningkat tajam.

Baca juga:

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono, mengatakan, hingga saat ini tidak ada laporan warga negara Indonesia yang menjadi korban.

"Sejauh ini belum ada laporan WNI meninggal. Semua [korban] warga setempat," kata Hermono kepada BBC News Indonesia, Selasa (21/12).

Hingga Senin (20/12), diperkirakan 51.000 orang telah dievakuasi dari rumah mereka.

Sebagian besar berasal dari Pahang, di pantai timur Malaysia, salah satu negara bagian yang paling parah terkena dampaknya.

Selangor, negara bagian yang padat penduduknya dan tempat ibu kota Kuala Lumpur berada, juga terkena dampak yang parah.

Gambar yang beredar online menunjukkan bagian dari pusat kota Kuala Lumpur terendam banjir selama akhir pekan kemarin, dengan ketinggian air yang belum pernah terjadi sejak banjir besar pada tahun 1971.

https://twitter.com/speechleyish/status/1473118088820187138

Para pejabat mengatakan, mereka juga mencari kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 karena ribuan orang telah berkumpul di tempat penampungan sementara.

Hujan sebagian besar telah mereda pada Senin (20/12), dan beberapa warga kembali ke rumah mereka yang rusak saat banjir surut.

Kemarahan publik

Kemarahan publik muncul atas penanganan bencana oleh pemerintah Malaysia yang dinilai buruk. Banyak yang mengeluh bahwa sedikit peringatan yang diberikan oleh pihak berwenang dan upaya penyelamatan yang terlalu lambat.

Dua partai politik terbesar di negara itu telah melanjutkan pertemuan tahunan mereka bahkan ketika banjir meningkat di Selangor.

Anggota parlemen dari kubu oposisi, Charles Santiago, dari salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir di Klang menyebut, tanggapan pemerintah federal "sangat tidak memadai" dan "lemah".

Kemudian, kekecewaan masyarakat terlihat dari munculnya tagar #kerajaanpembunuh yang menjadi viral di Twitter.

Tetapi, di media sosial, banyak akun yang menampilkan upaya saling menolong antarwarga Malaysia. Mereka berkumpul bersama membantu operasi penyelamatan, dengan beberapa membeli peralatan seperti perahu karet dan jaket pelampung.

Sementara yang lain menawarkan rumah mereka sebagai tempat perlindungan bagi korban yang telah mengungsi.

"Saya mengetahui bahwa beberapa orang [layanan darurat] juga membeli persediaan dari sini. Sangat mengejutkan bagi saya bahwa mereka juga tidak memiliki peralatan yang cukup," kata relawan penyelamat Mohamad Adib Hariz Fadzilah kepada AFP.

Sebagian wilayah Malaysia rentan terhadap banjir, terutama selama musim hujan November hingga Februari.