Takut Dikirim Perang ke Ukraina, Ribuan Pria Rusia Kabur Keluar Negeri
- AP Photo.
VIVA Dunia – Ribuan pria Rusia, yang menolak lakukan wajib militer berusaha melarikan diri dari negara itu pada Rabu, 21 September 2022. Sedangkan warga lainnya merencanakan bagaimana menghindar dikirim ke garis depan setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan mobilisasi militer parsial untuk perang di Ukraina.
"Saya tidak ingin menjadi umpan meriam,” kata seorang warga Moskow berusia 30 tahun yang tidak ingin menyebutkan namanya, dikutip dari The Moscow Times, Kamis, 22 September 2022.
Cara paling jelas bagi pria Rusia untuk menghindari wajib militer adalah meninggalkan negara itu dan melakukan penerbangan langsung dari Rusia ke Armenia, Turki, dan Azerbaijan, negara-negara terdekat yang memungkinkan orang Rusia masuk tanpa visa. Tiket penerbangan ke negara tersebut juga dengan cepat terjual habis.
Harga untuk penerbangan satu arah ke tujuan populer kemudian naik setidaknya delapan kali lipat, dengan tiket dari ibu kota Rusia ke Yerevan pada hari Kamis 21 September 2022, dijual sekitar US$2.621 atau setara dengan Rp39,4 juta dan dari Moskow ke Dubai dihargai US$2.784 atau Rp41,85 juta.
“Adikku takut. Kami segera mencoba untuk membelikannya tiket pesawat di suatu tempat,” kata seorang wanita Rusia, yang saudaranya baru saja menyelesaikan dinas militernya.
“Kami hanya berharap dia bisa melintasi perbatasan Rusia tanpa masalah,” kata wanita yang menolak menyebutkan namanya itu.
Sementara hukum Rusia mengatur pembatasan pergerakan dalam kasus mobilisasi umum, Kremlin belum mengambil langkah apa pun untuk menutup perbatasan Rusia.
Kepala Komite Pertahanan Duma Negara Rusia, Andrei Kartapolov mengatakan pada hari Rabu bahwa perbatasan kemungkinan akan tetap terbuka, sementara juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menolak untuk mengomentari masalah tersebut.
“Tentu saja, saya memiliki ketakutan. Saya benar-benar ingin menghindari wajib militer dan saya pasti akan meninggalkan negara itu jika keuangan saya memungkinkan, dan jika saya punya teman di luar negeri,” kata Oleg, yang juga telah menyelesaikan dinas militernya.
Dia mencoba mencari tahu bagaimana caranya untuk meninggalkan tanah airnya itu.
Warga Rusia dalam ketidakpastian
Sementara Putin mengatakan bahwa Rusia hanya akan menerapkan mobilisasi partial. Dia memprioritaskan pemanggilan cadangan militer dengan pengalaman di Angkatan Bersenjata.
Kurangnya detail resmi telah memicu kebingungan dan ketakutan tentang siapa yang mungkin benar-benar akan berangkat ke Ukraina dan berada di garis depan. Secara khusus, keputusan resmi Kremlin tentang masalah yang diterbitkan pada hari Rabu jauh lebih abu-abu, tentang siapa yang mungkin terpilih untuk bela negara.
“Situasinya saat ini tidak jelas,” kata Sergei Krivenko, direktur kelompok hak asasi manusia Citizen.
Dilihat dari dekrit, setiap warga negara dari cadangan militer berpotensi dapat direkrut, tambahnya.
Ketidakpastian mengenai pengumuman yang digaungkan Putin nampaknya memicu rasa panik di antara beberapa orang Rusia, serta solusi kreatif untuk mencoba menghindari penunjukan militer secara paksa itu.
“Orang akan menggunakan setiap kesempatan untuk menghindari wajib militer, beberapa mungkin kembali ke universitas atau mencari pekerjaan paruh waktu di sektor pertahanan,” kata orang Moskow itu.
"Saya bahkan berpikir untuk mematahkan lengan saya sendiri untuk mendapatkan keringanan medis."
Yang lain mengatakan bahwa mobilisasi kemungkinan akan diterapkan secara tidak merata di berbagai wilayah, dengan mereka yang berada di ibu kota Rusia cenderung tidak menjadi sasaran daripada bagian negara yang lebih miskin.