AS Tetap Berupaya Pulangkan Tentara Travis King dari Korea Utara

Prajurit AS Travis King
Sumber :
  • AP Photo

Korea Utara – Gedung Putih mengonfirmasi upaya Amerika Serikat untuk membawa pulang Travis King, tentara AS yang masuk ke Korea Utara pada Juli, menurut seorang pejabat kantor presiden AS, pada Rabu, 16 Agustus 2023. Pada hari yang sama, Korea Utara mengklaim bahwa prajurit tersebut ingin suaka di negara mereka atau di tempat lain.

John Kirby, Koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS, menyatakan ketidakpercayaan terhadap pernyataan dari Korea Utara. 

VIVA Militer: Perlengkapan tempur tentara bayaran Amerika Serikat yang tewas

Photo :
  • aa.com.tr

“Menurut saya, apapun yang keluar dari Pyongyang harus dipertanyakan,“ kata Kirby saat konferensi pers di Foreign Press Center Washington, dikutip dari ANTARA, Kamis, 17 Agustus 2023.

Pada 18 Juli, Travis King memasuki wilayah Korea Utara saat berpartisipasi dalam tur ke Kawasan Keamanan Bersama di Zona Demiliterisasi.

“Kami cenderung tidak terlalu percaya pada pernyataan-pernyataan yang keluar dari Pyongyang,” kata Kirby.

Ia mengacu pada pusat pemerintahan Korut yang berada di ibu kota negata itu, Pyongyang. Kirby menegaskan keinginan AS untuk mengetahui keberadaan dan kondisi Travis King.

“Karena tentunya kami mengkhawatirkan keadaan terburuk, dan sayangnya kami punya berbagai alasan untuk khawatir soal keselamatannya,” katanya.

Tentara Amerika Serikat (AS).

Photo :
  • Song Kyung-Seok/Pool Photo via AP.

Kirby mengatakan AS sudah menjelaskan kepada Korea Utara melalui berbagai saluran bahwa pihaknya menginginkan King kembali ke AS.

“Tapi, kami saat ini tidak punya banyak informasi tentang di mana dia berada ataupun bagaimana kondisinya,” ujar Kirby.

“Adalah sikap yang tidak bertanggung jawab kalau kami memercayai apa pun yang keluar dari Pyongyang,” imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Korea Utara mengatakan bahwa tentara Amerika Serikat (AS), Travis King, yang melarikan memasuki Pyongyang secara ilegal pada bulan lalu, mengalami tindakan rasisme termasuk penganiayaan tidak manusiawi dan diskriminasi rasial di dalam militer AS. 

King mengaku menyeberang secara ilegal dan ingin berlindung di Korea Utara, menurut laporan kantor berita negara Korut, KCNA.