Situasi Makin Tegang, Menlu AS Peringatkan Timur Tengah Bisa Jadi Zona Bahaya

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken.
Sumber :
  • AP-Yonhap

Washington – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, pada Senin, 29 Januari 2024, memperingatkan situasi di Timur Tengah lebih berbahaya dibandingkan beberapa dekade terakhir.

“Saya berpendapat bahwa kita belum pernah melihat situasi berbahaya seperti yang kita hadapi sekarang di kawasan ini setidaknya sejak tahun 1973. Dan bisa dibilang, bahkan sebelum itu,” kata Blinken pada konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens. Stoltenberg di Washington.

"Dan itulah lingkungan tempat kami beroperasi," sambungnya, dikutip dari The Sundaily, Selasa, 30 Januari 2024.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken

Photo :
  • VIVA/ Natania Longdong

Pada 6 Oktober 1973, koalisi negara-negara Arab, yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah, secara tak terduga menyerang Israel pada hari Yom Kippur, salah satu hari paling suci dalam kalender Yahudi. Konflik yang dikenal dengan Perang Yom Kippur ini berlangsung selama 19 hari.

Pertempuran terjadi terutama di Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan. Menurut catatan Israel menunjukkan lebih dari 2.600 tentaranya tewas dan lebih dari 7.000 orang terluka.

Selain itu, tewasnya tiga tentara AS yang tewas dan sekitar puluhan lainnya terluka dalam serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas militer AS di Yordania, dapat memicu kekhawatiran akan meluasnya krisis di Timur Tengah.

Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan itu dilakukan oleh kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak.

Biden juga mengancam akan membalasnya. Namun, pemerintah Iran pada hari Senin membantah terlibat atas serangan tersebut.

Ketakutan akan keamanan di seluruh Timur Tengah meningkat karena perang Israel dengan Hamas yang sedang berlangsung di Gaza, AS berulang kali menegaskan tidak ingin konflik meluas dan menjadi perang regional.

Sejak dimulainya perang Gaza antara Israel dan Hamas pada bulan Oktober, milisi pro-Iran hampir setiap hari melakukan serangan terhadap pangkalan militer AS di Irak dan Suriah. Pemerintah AS membalasnya dengan serangan udara di kedua negara.

Houthi Yaman (Doc: Anadolu Ajansi)

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Selain itu, pemberontak Houthi di Yaman, dalam tindakan solidaritas dengan Hamas, telah berulang kali menargetkan kapal-kapal di Laut Merah.

Sebagai tanggapan, Amerika Serikat dan Inggris, dengan dukungan sekutu lainnya, melancarkan serangan militer terhadap milisi yang didukung Iran di Yaman.