Warga Palestina Dilarang Salat di Masjid Al-Aqsa, Israel Pasang Barikade Super Ketat
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Gaza – Israel telah melakukan pembatasan dan mencegah ribuan warga Palestina dari Tepi Barat untuk melaksanakan ibadah dan salat Jumat di Masjid Al-Aqsa Yerusalem Timur, termasuk jamaah lansia dan wanita. Biasanya, pada hari Jumat pertama Ramadan, puluhan ribu jamaah melakukan perjalanan ke masjid tersebut dari seluruh Tepi Barat.
Namun, menurut media lokal, pasukan Israel memblokir jalan-jalan, bahkan mencegah tim medis memasuki lokasi.
"Pasukan Israel mencegah semua ambulans dan staf, serta semua tim medis, memasuki Masjid Al-Aqsa," kata Bulan Sabit Merah Palestina, dikutip dari Middle East Eye, Senin, 18 Maret 2024.
Beberapa pos pemeriksaan militer juga didirikan di jalan antara Tepi Barat dan Yerusalem.
Para saksi mata mengatakan bahwa pasukan Israel dikerahkan secara besar-besaran di sekitar pos pemeriksaan Qalandiya antara Ramallah dan Yerusalem, serta di Zaytouna dan Betlehem.
Ribuan jamaah pun dipulangkan setelah ditolak masuk melalui pos pemeriksaan. Meskipun Israel pada awalnya mengatakan para lansia akan diizinkan untuk menyeberang, namun beberapa orang mengatakan mereka ditolak masuk. Banyak yang diusir dengan dalih tidak memiliki “izin salat”.
“Mereka menyuruh saya kembali,” kata seorang pria setelah ditolak di Betlehem. “Saya berusia 90 tahun, apa masalah Anda dengan saya?," sambungnya.
Pria itu, dengan penuh kesedihan, mengatakan dia akan melakukan upaya lain agar diizinkan masuk.
Hanan, seorang wanita berusia 50 tahun mengatakan bahwa dia meninggalkan desanya di Arab al-Rashayda, sekitar 80 km perjalanan ke Betlehem, tepat setelah menyelesaikan sahur, makanan yang dikonsumsi umat Islam sebelum puasa dimulai saat fajar. Dia juga diberitahu bahwa dia memerlukan izin untuk masuk ke lokasi masjid.
"Dulu kami masuk secara normal, tahun ini mereka memperketat (pembatasannya),” katanya.
Meski demikian, banyak yang tetap bertekad untuk pergi, meskipun ada pembatasan dari Israel.
“Kita harus segera ke Al-Aqsa,” kata seorang lelaki tua yang mengantri di kursi rodanya.
“Sekalipun aku harus mati, sekalipun itu adalah hari terakhir hidupku, aku harus sampai di Al-Aqsa, Insya Allah.”
Pada pekan lalu, pasukan Israel juga terlihat memasang barikade besi di Kota Tua Yerusalem di jalan-jalan menuju Al-Aqsa, untuk mengontrol dan membatasi jumlah orang yang diizinkan masuk. Jalan-jalan terdekat juga ditutup.
Rania Abu Safiya, mengatakan kepada media lokal bahwa dia mencoba pergi ke Al-Aqsa dari Ramallah, tetapi diberitahu bahwa dia tidak diizinkan.
“Kami menunggu bulan Ramadan setiap tahun untuk memasuki kota Yerusalem dan berdoa. Hari ini kami dicegah karena pembatasan yang diberlakukan,” ujarnya.
"Di mana kebebasan bergerak dan kebebasan beribadah? Kami dilarang mengakses tempat-tempat suci selama bulan ibadah.”
Banyak orang lanjut usia juga ditolak setelah berjam-jam mencoba mencapai masjid.
Israel biasanya mengizinkan orang lanjut usia untuk mengakses Masjid Al-Aqsa meskipun Israel menerapkan pembatasan ketat terhadap jamaah. Sadiq, seorang pria lansia berumur 71 tahun dari kota Huwwara dekat Nablus di Tepi Barat, mengatakan dia dipulangkan dengan dalih bahwa dirinya tidak memiliki kartu keamanan dan izin salat.
“Di usia segini kenapa saya dimintai izin, dan di mana fasilitas yang bisa membantu? Ini adalah kebijakan Israel yang bertujuan untuk mencegah warga Palestina memasuki Al-Aqsa dengan dalih keamanan,” tuturnya.
Dia mengatakan bahwa ini adalah tahun pertama dia dilarang memasuki tempat suci selama Ramadan, dan hal itu terasa seperti sebuah tamparan. Sementara itu, kementerian luar negeri Palestina mengutuk keras pembatasan yang dilakukan Israel.
Mereka menuduh Israel melakukan militerisasi Yerusalem setelah ratusan penghalang besi dipasang di kota tersebut dan ribuan petugas Israel dikerahkan.