Berkedok ISIS, 3 Negara Ini Dituduh Rusia Dalang Sebenarnya di Balik Aksi Terorisme di Moskow

VIVA Militer: Presiden Rusia, Vladimir Putin
Sumber :
  • Youtube

Moskow – Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB), Alexander Bortnikov, mengatakan dalam pidatonya pada hari Selasa, bahwa negara Amerika Serikat, Inggris dan Ukraina lah yang berada di balik serangan terorisme yang terjadi gedung konser Moskow dan menewaskan sedikitnya 139 orang pada hari Jumat 22 Maret lalu. 

"Kami yakin tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal itu sendiri dan, tentu saja, difasilitasi oleh dinas khusus Barat (AS dan Inggris), dan dinas khusus Ukraina sendiri memiliki hubungan langsung dengan hal ini,” kata kepala FSB Alexander Bortnikov, melansir laporan kantor berita negara TASS, Rabu, 27 Maret 2024. 

VIVA Militer: Vladimir Putin dan Alexander Bortnikov

Photo :
  • caspiannews.com

Dia juga mengulangi klaim Kremlin bahwa para penyerang mencoba melarikan diri melalui perbatasan Ukraina, sebuah pernyataan yang oleh Kyiv disebut tidak masuk akal. “Saya akan memberi tahu Anda sebuah rahasia kecil: mereka akan disambut sebagai pahlawan di 'dunia lain',” kata Bortnikov. 

Dia menambahkan bahwa meskipun Rusia mengetahui siapa yang mengorganisir serangan itu, “orang yang memerintahkan serangan itu belum teridentifikasi.” 

Dia tidak memberikan bukti atas pernyataannya dan Ukraina dengan keras membantah peran tersebut. 

ISIS-K telah mengatakan beberapa kali sejak hari Jumat bahwa mereka bertanggung jawab, dan saluran media yang berafiliasi dengan ISIS telah menerbitkan video grafis dari orang-orang bersenjata di dalam tempat tersebut.

Pihak Rusia keluarkan potret pelaku ISIS terorisme di Moskow

Photo :
  • X

Ukraina juga telah membantah tuduhan Rusia tersebut dan berkata bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan tersebut, yang mana kelompok militan ISIS-K lah mengaku bertanggung jawab. Negara-negara Barat juga mengatakan bahwa intelijen mereka menunjukkan bahwa ISIS-K, cabang ISIS di Afghanistan, yang bertanggung jawab.

Namun, Rusia terus menuduh Ukraina terlibat dalam pembantaian hari Jumat itu, bahkan setelah Presiden Vladimir Putin mengakui “kelompok Islam radikal” yang melakukan pembunuhan tersebut.