Serangan Brutal Israel Sebabkan Kerusakan Infrastruktur di Gaza, Nilainya Tak Main-main
- AP Photo/Abdul Qader Sabbah
Gaza – Israel telah menghancurkan infrastruktur senilai miliaran dolar dalam empat bulan pertama pemboman di Jalur Gaza. Hal tersebut mengacu pada laporan baru Bank Dunia (IMF) dan PBB. Mereka menggambarkan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh Israel sebagai hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kedua badan global tersebut juga mengatakan bahwa kerusakan tersebut diperkirakan bernilai setidaknya US$18,5 miliar atau setara dengan Rp293,9 triliun. Angka ini termasuk kerusakan di PDB Tepi Barat dan Jalur Gaza.
“Tingkat kehancuran di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 belum pernah terjadi sebelumnya,” kata laporan Penilaian Kerusakan Sementara yang dirilis pada Selasa lalu, 2 April 2024.
“Sampai saat ini, 80 persen dari total kerusakan terkonsentrasi di wilayah Gaza, Gaza Utara, dan Khan Younis. Kotamadya Gaza sendiri menyumbang US$7,29 miliar (Rp111,6 triliun) dari total kerusakan, dengan Jabaliya menyusul diangka US$2,01 miliar, Khan Younis dengan $1,82 miliar (Rp17,1 triliun) dan Beit Lahia menyumbang total US$1,08 miliar (Rp16,17 triliun)," sambungnya, dikutip dari Middle East Eye, Kamis, 4 April 2024.
Laporan tersebut pun mencatat bahwa kerusakan signifikan tercatat di provinsi Beit Lahia dan Rafah, serta 26 juta ton puing-puing yang tersisa di Gaza diperkirakan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dihilangkan.
Sejak pemboman Gaza dimulai, Israel telah menghancurkan sekitar 62 persen dari seluruh rumah di wilayah kantong yang terkepung, dan menyebabkan lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal.
Infrastruktur publik, seperti air bersih, kesehatan dan pendidikan, menyumbang 19 persen dari keseluruhan kerusakan, menurut laporan tersebut.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa 84 persen fasilitas kesehatan telah rusak atau hancur, sehingga akses masyarakat terhadap layanan kesehatan di Gaza sangat minim.
Dengan menggunakan bantuan dari Uni Eropa, laporan tersebut menggunakan sumber pengumpulan data jarak jauh dan analisis untuk memberikan perkiraan awal mengenai skala kerusakan infrastruktur fisik Gaza.
Namun, laporan itu mengakui bahwa temuan awalnya meremehkan skala kerusakan di Jalur Gaza dan menekankan bahwa analisis kedua akan diperlukan.
Rekomendasi utama dari laporan ini adalah untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan, bantuan pangan, produksi pangan dan tempat penampungan bagi pengungsi Palestina.
Laporan tersebut muncul ketika lembaga-lembaga bantuan menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan mereka setelah serangan Israel menewaskan tujuh pekerja bantuan dari badan amal World Central Kitchen.
Para korban termasuk warga negara Australia, Polandia, Inggris, Amerika, dan Palestina. Namun, Israel mengatakan serangan itu tidak disengaja, dan pihaknya menghadapi tekanan untuk menjelaskan penyebab dari serangan udara tersebut.