Deretan Negara Ini Tercatat Dilanda Kelaparan Terburuk Sepanjang Sejarah
- WFP Photo.
Jakarta – Saat Gaza menghadapi krisis kelaparan yang parah, banyak wilayah di berbagai belahan dunia juga mengalami masalah malnutrisi dan kekurangan pangan akibat konflik yang sedang berkecamuk.
Dari Amerika Tengah dan Haiti hingga Afrika dan Timur Tengah, berbagai krisis seperti pandemi COVID-19, konflik Rusia-Ukraina, serta berbagai bentuk kekerasan dan bencana iklim telah mendorong sejumlah negara ke dalam krisis pangan.
Menurut Indeks Kelaparan Global tahun 2023, terdapat sembilan negara yang memiliki tingkat kelaparan yang mengkhawatirkan, di antaranya adalah Burundi, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Lesotho, Madagaskar, Niger, Somalia, Sudan Selatan, dan Yaman.
Di Republik Demokratik Kongo, yang mengalami salah satu krisis kelaparan terparah di dunia, diperkirakan 23,4 juta orang menderita kelaparan yang dipicu oleh konflik dan kemiskinan selama beberapa dekade, menurut Program Pangan Dunia (WFP) PBB.
Dengan 2,8 juta anak mengalami kekurangan gizi akut, 27% penduduk Kongo masih berada dalam cengkeraman kerawanan pangan.
Dilanisir dari Anadolu, Jumat, 19 April 2024, hal serupa juga terjadi di Afghanistan yang menghadapi kerawanan pangan, dengan sekitar 15,8 juta warga Afghanistan yang tidak yakin akan makanan mereka berikutnya sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021.
Malnutrisi akut telah melampaui tingkat darurat di 25 dari 34 provinsi di Afghanistan, dengan bantuan nutrisi mendesak diperlukan untuk hampir separuh anak balita dan seperempat ibu hamil dan menyusui.
Di negara lain, Yaman, 17 juta orang mengalami kerawanan pangan di tengah perang saudara meskipun ada bantuan kemanusiaan besar-besaran dari WFP.
Di Suriah, yang berada di peringkat 10 besar kelaparan global, lebih dari separuh penduduknya menderita kelaparan, dan 2,6 juta lainnya berisiko mengalami kerawanan pangan, menurut perkiraan WFP untuk tahun 2024.
Di wilayah Sahel di Afrika tengah-utara, konflik memperburuk kelaparan dan pengungsian yang disebabkan oleh krisis iklim, tantangan ekonomi, dan ketegangan antarkomunitas.
Burkina Faso dan Mali menghadapi tingkat kelaparan yang sangat besar di tengah terbatasnya akses kemanusiaan, dengan krisis politik dan sanksi ekonomi di Niger yang meningkatkan kelaparan dan kebutuhan kemanusiaan.
Chad yang menampung sejumlah besar pengungsi membebani komunitas yang rawan pangan, sementara pengungsi Sudan semakin membebani sumber daya.
Sudan Selatan sedang bergulat dengan krisis kelaparan yang mempengaruhi hampir 65% penduduknya, dengan 7,1 juta orang berisiko kelaparan dan 1,65 juta anak-anak kekurangan gizi.
Dengan lebih dari 500.000 orang melarikan diri dari perang di Sudan, Sudan Selatan menampung lebih dari 360.000 pengungsi dan 2 juta pengungsi internal, sehingga menjadikan situasi kemanusiaan menjadi mendesak.
Sudan sendiri menghadapi krisis yang semakin buruk dengan hampir 18 juta orang mengalami kelaparan akut, termasuk hampir lima juta orang dalam kondisi darurat, angka tertinggi yang pernah tercatat selama musim panen.