Kisah Misterius Ulama Radikal Mentor Bomber Boston
Kamis, 25 April 2013 - 16:56 WIB
Sumber :
- Daily Mail
VIVAnews - Proses penyelidikan bom Boston kini mengarah kepada seorang ulama misterius bernama Misha, yang diduga menyebabkan Tamerlan Tsarnaev menjadi radikal. Informasi mengenai ulama ini hanya diperoleh dari salah satu paman dan mantan adik ipar Tamerlan.
Dilansir laman Dailymail
, Rabu 24 April 2013, menurut beberapa spekulasi, Misha diduga menjadi otak sesungguhnya dari peristiwa peledakan bom Boston yang menewaskan tiga orang serta melukai 170 korban lainnya.
Namun beredar dugaan lain yang menyebut Misha adalah mata-mata yang dikirim Rusia untuk memantau anak muda seperti Tamerlan yang berpotensi menjadi pengikut Islam radikal.
Sejauh ini, informasi yang dapat digali mengenai Misha hanya terbatas pada ciri-ciri fisik seperti memiliki jenggot berwarna merah, berusia sekitar 30 tahun. Selain itu, dia diketahui berasal dari Armenia, baru saja menjadi mualaf, dan sempat tinggal di Cambridge, Massachusetts.
Menurut mantan adik ipar Tamerlan, Elmirza Khozhugov (26), kakak dari mantan istrinya itu mulai berkenalan dengan Misha di tahun 2009. Namun Khozhugov tidak mengetahui di mana mereka berdua pertama kali bertemu. Tapi, dia meyakini keduanya pernah sholat bersama di mesjid Boston.
Khozhugov kemudian menceritakan Misha pernah datang ke rumah keluarga Tsarnaev pada tengah malam untuk memberikan ceramah agama bagi Tamerlan. Mereka terlihat duduk di dapur dan berbicara selama berjam-jam.
"Misha memberitahunya apa itu Islam, apa yang baik dan buruk dalam Islam. Dia menyebut Islam adalah agama yang terbaik. Kemudian dia juga menyebut bahwa Nabi Muhammad pernah mengatakan ini dan itu," ujar Khozhugov kepada Dailymail.
Khozhugov dapat menceritakan hal tersebut, karena ketika peristiwa itu terjadi, dia ada di rumah keluarga Tsarnaev. Menurut Khozhugov setelah Tamerlan dan Misha menjadi dekat, hubungan Tamerlan dengan sang ayah, Anzor menjadi memburuk.
"Mereka kerap berdebat soal cara pandang baru Tamerlan. Selain itu Ayahnya kecewa karena Tamerlan tidak pernah lagi mau mendengarkan kata-katanya," kata Khozhugov.
Sang paman, Ruslan Tsarni membenarkan pernyataan itu. Bahkan menurut Ruslan, perubahan keponakannya menjadi pengikut Islam radikal terjadi di depan mata sang ibu, Zubeidat. "Orang ini sudah benar-benar mencuci otak keponakan saya," tegas Ruslan.
Namun Zubeidat membantah semua pengakuan anggota keluarganya itu. Dia juga menepis semua laporan yang menyebut Tamerlan berubah menjadi radikal karena dipengaruhi oleh Misha.
"Omong kosong. Misha hanyalah seoraang teman," ujar Zubeidat yang dihubungi melalui telepon oleh kantor berita ABC News.
Menurut Zubeidat, Misha adalah ulama yang mengerti soal Islam dan sangat menarik belajar mengenai agama dari dia. Zubeidat membantah bahwa pandangan agama yang diajarkan Misha tergolong radikal.
Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui dengan jelas apakah agen biro penyelidik investigasi (FBI) pernah berbicara dengan Misha atau sedang memburunya. Saat ini FBI masih terus menggali keterangan mengenai peristiwa bom Boston dengan mewawancarai beberapa umat yang pernah beribadah di Mesjid Boston. (sj)
Baca Juga :
Dilansir laman Dailymail
Namun beredar dugaan lain yang menyebut Misha adalah mata-mata yang dikirim Rusia untuk memantau anak muda seperti Tamerlan yang berpotensi menjadi pengikut Islam radikal.
Sejauh ini, informasi yang dapat digali mengenai Misha hanya terbatas pada ciri-ciri fisik seperti memiliki jenggot berwarna merah, berusia sekitar 30 tahun. Selain itu, dia diketahui berasal dari Armenia, baru saja menjadi mualaf, dan sempat tinggal di Cambridge, Massachusetts.
Menurut mantan adik ipar Tamerlan, Elmirza Khozhugov (26), kakak dari mantan istrinya itu mulai berkenalan dengan Misha di tahun 2009. Namun Khozhugov tidak mengetahui di mana mereka berdua pertama kali bertemu. Tapi, dia meyakini keduanya pernah sholat bersama di mesjid Boston.
Khozhugov kemudian menceritakan Misha pernah datang ke rumah keluarga Tsarnaev pada tengah malam untuk memberikan ceramah agama bagi Tamerlan. Mereka terlihat duduk di dapur dan berbicara selama berjam-jam.
"Misha memberitahunya apa itu Islam, apa yang baik dan buruk dalam Islam. Dia menyebut Islam adalah agama yang terbaik. Kemudian dia juga menyebut bahwa Nabi Muhammad pernah mengatakan ini dan itu," ujar Khozhugov kepada Dailymail.
Khozhugov dapat menceritakan hal tersebut, karena ketika peristiwa itu terjadi, dia ada di rumah keluarga Tsarnaev. Menurut Khozhugov setelah Tamerlan dan Misha menjadi dekat, hubungan Tamerlan dengan sang ayah, Anzor menjadi memburuk.
"Mereka kerap berdebat soal cara pandang baru Tamerlan. Selain itu Ayahnya kecewa karena Tamerlan tidak pernah lagi mau mendengarkan kata-katanya," kata Khozhugov.
Sang paman, Ruslan Tsarni membenarkan pernyataan itu. Bahkan menurut Ruslan, perubahan keponakannya menjadi pengikut Islam radikal terjadi di depan mata sang ibu, Zubeidat. "Orang ini sudah benar-benar mencuci otak keponakan saya," tegas Ruslan.
Namun Zubeidat membantah semua pengakuan anggota keluarganya itu. Dia juga menepis semua laporan yang menyebut Tamerlan berubah menjadi radikal karena dipengaruhi oleh Misha.
"Omong kosong. Misha hanyalah seoraang teman," ujar Zubeidat yang dihubungi melalui telepon oleh kantor berita ABC News.
Menurut Zubeidat, Misha adalah ulama yang mengerti soal Islam dan sangat menarik belajar mengenai agama dari dia. Zubeidat membantah bahwa pandangan agama yang diajarkan Misha tergolong radikal.
Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui dengan jelas apakah agen biro penyelidik investigasi (FBI) pernah berbicara dengan Misha atau sedang memburunya. Saat ini FBI masih terus menggali keterangan mengenai peristiwa bom Boston dengan mewawancarai beberapa umat yang pernah beribadah di Mesjid Boston. (sj)