Hari Buruh, Tiga Negara Asia Unjuk Rasa
Rabu, 1 Mei 2013 - 20:06 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Hari buruh sedunia yang jatuh pada Rabu, 1 Mei 2013 ini, diperingati dengan unjuk rasa yang dilakukan secara serentak di tiga negara Asia, Filipina, Malaysia dan Bangladesh. Kendati terjadi di tiga negara berbeda, tuntutan mereka satu yakni ingin nasib buruh lebih sejahtera.
Baca Juga :
Salah satu lokasi yang dijadikan target di Filipina untuk mengeluarkan aspirasi yaitu, di depan Gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat di kota Manila. Dilansir laman Inquirer, pihak kepolisian setempat memperkirakan sebanyak 500 pengunjuk rasa yang terdiri dari kelompok buruh Kilusang Mayo Uno, Kadamay-NCR dan Bayan-NCR berniat melakukan unjuk rasa di depan Kedubes AS.
Namun, pergerakan mereka ditahan oleh petugas polisi Distrik Manila yang telah menanti mereka di depan Perpustakaan Nasional. Dalam unjuk rasa itu, para demonstran melambangkan AS sebagai simbol imperialisme dan Presiden Benigno Aquino dianggap sebagai antek-antek mereka.
"Imperalisme dan neoliberal AS yang diberlakukan oleh rezim boneka Presiden Aquino tetap menjadi beban terberat bagi kaum pekerja Filipina," ujar wakil ketua serikat buruh KMU-NCR, Larry Jaca.
Kelompok buruh juga mengutuk pernyataan Aquino baru-baru ini yang mengumumkan tidak akan ada kenaikan upah bagi mereka. Di mata buruh, Aquino mencoba mengambil keuntungan dari tingginya tingkat pengangguran di sana dengan memeras buruh supaya rela bekerja dengan upah minim, status kontrak dan pembiaran pelanggaran terhadap hak buruh.
Di negara tetangganya, Malaysia sebanyak 700 buruh turun ke jalan melakukan aksi damai demi memperingati hari buruh. Dilansir laman The Star, 700 pekerja itu berasal dari 21 serikat buruh yang berbeda.
Mereka berunjuk rasa bersama dengan Kongres Serikat Perdagangan Malaysia (MTUC) untuk mengadvokasi hak para buruh. Selain itu mereka juga menuntut para politisi untuk menepati janji mereka yang ingin mereformasi kebijakan demi perbaikan nasib buruh.
Menurut Sekretaris Jenderal MTUC, N. Gopal, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pekerja Malaysia yaitu pemilik perusahaan menunda pemberlakuan kebijakan upah minimum dan penolakan terhadap status kepegawaian kontrak, khususnya terhadap pekerja asing.
"Kami tidak menolak keberadaan pekerja asing. Hanya saja pemilik perusahaan lebih memilih mereka karena mereka rela bekerja dengan bayaran murah. Hal itu justru semakin menyulitkan bagi warga Malaysia untuk mendapat pekerjaan," ujar Gopal.
Sementara demonstrasi di Bangladesh dilakukan oleh puluhan ribu buruh yang menuntut pemilik Gedung Rana Plaza dijatuhi hukuman mati. Sambil membentangkan spanduk, para buruh berteriak supaya pemilik gedung, Mohammed Sohel Rana, segera dihukum gantung.
Menurut salah satu pemimpin serikat pekerja pabrik tekstil dan garmen, Kamrul Anam, seperti dilansir laman Interaksyon, para buruh marah terhadap peristiwa ambruknya gedung berlantai delapan yang telah menewaskan rekan-rekan mereka.
"Kami menuntut hukuman terberat kepada mereka yang harus bertanggung jawab terhadap tragedi itu," kata Anam.
Polisi memperkirakan jumlah pengunjuk rasa pada hari ini mencapai 10 ribu orang. Unjuk rasa yang awalnya berlangsung damai tiba-tiba menjadi ricuh. Polisi sampai harus melemparkan gas air mata dan menembakkan peluru karet untuk membubarkan kerumunan demonstran yang mulai bertindak anarkis.
Sementara Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, pada Selasa malam meminta para buruh untuk tetap tenang dan kembali bekerja seperti biasa.
"Saya berharap para pekerja untuk tetap tenang dan berpikir jernih. Tetap lah bekerja supaya pabrik dapat kembali beroperasi, karena jika tidak, Anda mungkin akan kehilangan pekerjaan Anda," ujarnya.