Dua Negara Korea Berunding Soal Kawasan Industri Kaesong
Sabtu, 6 Juli 2013 - 22:47 WIB
Sumber :
- REUTERS/Lee Jae-Won
VIVAnews - Kedua negara Korea akhirnya bertemu pada Sabtu pagi, 6 Juli 2013 di perbatasan desa Panmunjom untuk membahas kelanjutan nasib industri Kaesong. Kali ini Korea Utara tidak lagi membatalkan pertemuan itu secara sepihak seperti yang sebelumnya terjadi.
Stasiun berita Channel News Asia
melansir, kendati akhirnya dialog di antara kedua pihak Korea terjadi, namun pertemuan hari ini sempat tertunda selama dua jam. Menurut pihak Korsel, keterlambatan pertemuan disebabkan adanya permasalahan teknis pada saluran telepon sehingga perlu diperbaiki.
Korut diwakili oleh Kepala Delegasi, Pak Chol-Su. Sementara Korsel diwakili oleh pejabat berwenang dari Kementerian Unifikasi, Suh Ho. Sebelum memulai pertemuan, keduanya mengadakan jumpa pers untuk menginformasikan soal topik yang akan dibicarakan.
Baca Juga :
Stasiun berita Channel News Asia
Korut diwakili oleh Kepala Delegasi, Pak Chol-Su. Sementara Korsel diwakili oleh pejabat berwenang dari Kementerian Unifikasi, Suh Ho. Sebelum memulai pertemuan, keduanya mengadakan jumpa pers untuk menginformasikan soal topik yang akan dibicarakan.
"Akan ada beberapa banyak isu yang akan kami bahas. Tetapi saat ini kami lebih memfokuskan bagaimana mencegah fasilitas yang ada di daerah Kaesong agar tidak rusak akibat terpapar hujan monsoon," ujar Chol-Su kepada media.
Sementara Suh Ho mengatakan pihak Korsel berharap banyak dari hasil pertemuan yang diadakan hari ini.
"Kami datang kemari dengan hati yang berat bahwa daerah industri Kaesong telah ditutup. Kami berharap dapat menyelesaikan masalah ini dengan kerjasama dan rasa saling percaya," kata Suh Ho.
Dalam pertemuan kali ini, Suh Ho ikut mengajak sekelompok pengusaha yang merupakan pemilik ratusan pabrik di Kaesong. Mereka membawa spanduk bertuliskan "kami ingin bekerja lagi dan buka kembali Kaesong" seraya berharap pembicaraan hari ini berjalan sukses.
Melalui pertemuan hari ini, Korsel berharap mendapat jaminan tertulis dari Korut bahwa penutupan kawasan Kaesong tidak akan terjadi lagi. Menurut Korsel, hal itu telah merugikan para pengusaha negara mereka.
Namun rupanya hal itu sulit dipenuhi oleh Korut mengingat Pyongyang sangat menjunjung tinggi rasa bangganya, sehingga apabila hal itu dilakukan mereka seolah-olah dipaksa menjilat ludahnya sendiri. Apalagi mereka tidak dapat menjamin akan bertanggung jawab apabila aksi penutupan serupa akan terjadi lagi.
Sementara pemerintah Korsel mulai didesak oleh para pengusahanya agar menjadikan kawasan Kaesong bersih dari intrik politik yang masih membelit kedua negara Korea. Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi, para pengusaha ini mengancam akan menarik investasi mereka di sana dengan menutup pabrik secara permanen.
Pemerintah Korsel merespon secara hati-hati tuntutan para pengusaha itu dengan mengatakan akan berusaha untuk membuat pengamanan internasional. Hal itu dilakukan untuk menjamin agar kawasan industri tersebut bebas dari intrik politik.
"Korsel telah menjelaskan posisinya berkali-kali kepada Korut bahwa Kaesong harus dibentuk sebagai sebuah kawasan yang mengikuti standar internasional dan aturan umum berlaku," ujar juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Kim Hyung-Suk.
Pemerintah Korsel mengatakan kepada para pengusahanya sementara proses dialog berjalan, mereka diminta untuk memindahkan produk jadi dan bahan-bahan mentah yang masih tertahan di kawasan industri Kaesong. Sementara pihak oposisi Korsel mengingatkan kepada pemerintah agar negosiator negeri Ginseng bersikap fleksibel dalam menghadapi permintaan Korut.
Pertemuan ini digelar setelah sebelumnya Korut membatalkan secara sepihak pertemuan tingkat tinggi pada 11 Juni kemarin. Padahal sebelumnya kedua pihak sepakat untuk bertemu pada tanggal 12 Juni di ibukota Seoul dan berdiskusi mengenai beragam isu selama tiga hari.
Korut membatalkan mendadak karena terjadi perubahan kepala delegasi Korsel dari Menteri Unifikasi, Ryoo Kihl-jae menjadi Wakil Menterinya, Kim Nam-shik. Menurut Korut pergantian kepala delegasi itu merupakan sebuah penghinaan besar kepada negaranya.
Alhasil kesempatan untuk membicaraan kemungkinan pembukaan kembali Kawasan Kaesong kembali tertunda. Kawasan ini ditutup sementara oleh Korut sejak bulan April lalu, sebagai bentuk kemarahan mereka terhadap sanksi tambahan yang dijatuhkan badan PBB Februari kemarin.
Korut kemudian menarik 53 ribu pekerjanya dari kawasan itu yang bekerja di 123 perusahaan milik Korsel. Korsel juga ikut menarik para manajer perusahaan yang bekerja di sana.
Terakhir, pekerja Korsel yang keluar terjadi pada Mei kemarin. Menurut para analis, aksi Korut yang bersedia berdialog dengan Korsel, merupakan cara memenuhi tuntutan AS yang meminta negara komunis itu untuk memperbaiki hubungannya dengan negeri Ginseng.
Apabila hubungan keduanya sudah membaik, maka AS bersedia mempertimbangkan untuk berdialog dengan negara pimpinan Kim Jong-un itu. (sj)