Mubarak: AS yang Jatuhkan Saya, Bukan Rakyat Mesir
Senin, 16 September 2013 - 19:02 WIB
Sumber :
- REUTERS/Stringer/Files
VIVAnews -
Mantan Presiden Mesir, Husni Mubarak, mengungkap bahwa penyebab dirinya terjungkal dari jabatannya pada tahun 2011 silam bukan dipicu karena adanya unjuk rasa besar-besaran. Melainkan karena didalangi oleh Amerika Serikat.
Laman
Telegraph
, Minggu 15 September 2013 melansir informasi itu diperoleh dari rekaman pembicaraan Mubarak yang bocor dengan pejabat penjara dan dokter pribadinya. Dalam beberapa pembicaraan terdengar jelas suara Mubarak yang menyebut AS sudah sejak lama ingin melengserkannya.
Bahkan sejak tahun 2005, hasil rekaman yang bocor itu kemudian dimuat di sebuah harian Mesir.
"Revolusi dimulai orang Amerika tahun 2005 silam. Saya dapat merasakan hal itu dan mereka pun juga mengatakan demkian. Saya sudah katakan bahwa saya akan meninggalkan kursi kekuasaan pada tahun 2011 dan tidak menyerahkan kursi presiden kepada putra saya," ungkap Mubarak dalam rekaman itu.
Alasannya tak menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Gamal, karena dia merasa anak laki-lakinya sudah cukup terhina. Masih menurut rekaman itu, Mubarak awalnya menolak untuk berkompromi dengan para demonstran saat unjuk rasa besar-besaran digelar tahun 2011.
Dia juga setuju untuk mengikuti permintaan AS untuk tak lagi mencalonkan diri dalam pemilu yang akan dihelat pada September 2011 lalu atau bahkan menyerahkan kekuasaan kepada Gamal.
Baca Juga :
Namun dia menolak apabila Jenderal Sami Enan, mantan Kepala Staff militer ikut maju ke dalam bursa pencalonan presiden. Menurut Mubarak, sosok presiden haruslah diisi wajah baru.
Dalam rekaman tersebut, dia juga terdengar mengomentari soal situasi yang kini tengah dialami pemerintahan sementara pimpinan Presiden Adly Mansour. Kata dia, situasi di Mesir akan lebih baik apabila dia yang masih berkuasa.
Mubarak terdengar memuji mantan Menteri Dalam Negeri yang menjabat di eranya, Habib el-Adly.
"Apabila el-Adly tidak dipenjara, maka dia dapat menyelesaikan semuanya hanya dalam waktu tiga hari saja," ucap Mubarak. (sj)