Dampak Krisis Ukraina, China dan Rusia Kian Mesra
Jumat, 12 September 2014 - 17:59 WIB
Sumber :
- Xinhua
VIVAnews - Hubungan Rusia dengan China kian mesra, khususnya paska terjadi krisis militer di Ukraina. Kedekatan itu kembali terlihat pada Kamis kemarin ketika Presiden Negeri Tirai Bambu, Xi Jinping bertemu Presiden Vladimir Putin di Dushanbe, Tajikistan.
Baca Juga :
Stasiun berita Channel News Asia, Jumat 12 September 2014 melaporkan keduanya bertemu dalam persiapan menuju KTT Organisasi Kerja sama Shanghai. Selain Rusia dan China, pertemuan tingkat tinggi itu turut dihadiri tiga negara lainnya yaitu Kazakhstan, Kirgistan, dan Uzbekistan.
Ini merupakan pertemuan keempat Xi dan Putin di tahun 2014. Kedua kepala negara saling menawarkan bantuan dalam menghadapi tantangan eksternal.
Masing-masing negara diketahui memiliki krisis. Moskow tengah menjadi sorotan dan dikritik oleh negara anggota Uni Eropa dan Amerika Serikat setelah menganeksasi Crimea dan diduga terlibat dalam konflik militer di timur Ukraina. Sementara Beijing, tengah menghadapi konflik sengketa wilayah di kawasan Laut China Selatan dengan beberapa negara seperti Jepang dan Vietnam.
Dalam pertemuan itu, Xi menyerukan agar kedua negara saling meningkatkan dukungan, memperluas keterbukaan dua arah dan saling membantu.
"Dengan adanya komitmen tersebut, diharapkan dapat menghadapi risiko eksternal, tantangan dan menyadari pembangunan dan revitalisasi yang ada," ujar kantor berita pemerintah China, Xinhua.
Eratnya hubungan kedua negara juga terlihat ketika pada bulan Mei lalu, Putin berkunjung ke China. Di sana kedua kepala negara menandatangani kesepakatan distribusi gas yang telah dinegosiasikan selama 10 tahun. Nilai kontrak ditaksir mencapai US$400 miliar dan bertahan hingga 30 tahun mendatang.
Langkah Rusia ini merupakan bagian untuk mencari pasar selain di Eropa yang diprediksi akan terkena imbas konflik Ukraina. Putin menjelaskan situasi regional dan internasional yang tidak stabil dan tidak pasti. Sehingga, Xinhua menyebut kedua negara perlu untuk meningkatkan koordinasi.
Putin berharap, mereka dapat terus bergerak maju untuk meneruskan proyek di bidang minyak dan gas, energi nuklir dan sektor lainnya.
China bahkan secara terang-terangan menentang proposal Washington yang ingin menjatuhkan sanksi terhadap Rusia karena peristiwa di Ukraina. Kementerian Luar Negeri China menyatakan berbagai larangan yang diterapkan ke Moskow, malah tidak akan menyelesaikan permasalahan dan situasi.
"Krisis di Ukraina membutuhkan solusi politik. Apabila kami memberlakukan sanksi dari kejadian saat ini, maka sanksi biasanya tidak dapat menyelesaikan permasalahn. Sebaliknya, mereka dapat menyebabkan permasalahan baru yang justru tidak sesuai kepentingan semua pihak dan tujuan awal pemecahan konflik di sana," papar Kemenlu China dan dikutip kantor berita Rusia, ITAR-Tass. (ita)