WHO: 1 Juta Orang Terluka di Suriah, Penyakit Menyebar
Jumat, 19 Desember 2014 - 21:55 WIB
Sumber :
- REUTERS/Osman Orsal
VIVAnews - Selama perang sipil di Suriah, satu juta orang telah terluka. Belum lagi, banyak terjadi penyebaran penyakit yang tidak dapat ditanggulangi karena suplai obat regular yang minim.
Informasi ini merupakan laporan terbaru dari organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) perwakilan di Suriah. Menurut WHO, tingkat vaksinasi di Suriah menurun dari 90 persen sebelum perang menjadi 52 persen saja di tahun ini.
"Selain itu, dalam laporan tersebut, air yang terkontaminasi juga disebut sebagai penyebab terjadinya penyebaran penyakit, mulai dari tifus hingga hepatitis," ujar perwakilan WHO di Suriah, Elizabeth Hoff, dalam sebuah wawancara, seperti dilansir kantor berita Reuters
Baca Juga :
Informasi ini merupakan laporan terbaru dari organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) perwakilan di Suriah. Menurut WHO, tingkat vaksinasi di Suriah menurun dari 90 persen sebelum perang menjadi 52 persen saja di tahun ini.
"Selain itu, dalam laporan tersebut, air yang terkontaminasi juga disebut sebagai penyebab terjadinya penyebaran penyakit, mulai dari tifus hingga hepatitis," ujar perwakilan WHO di Suriah, Elizabeth Hoff, dalam sebuah wawancara, seperti dilansir kantor berita Reuters
, Kamis, 18 Desember 2014.
Menurut Hoff, lebih dari 200.000 orang telah tewas dalam konflik Suriah yang dimulai Maret 2011 lalu. Hal ini karena adanya protes rakyat terhadap Presiden Bashar al-Assad dan perang saudara, setelah tindakan keras oleh pasukan keamanannya.
"Di Suriah, ada satu juta orang terluka sebagai akibat langsung dari perang. Anda dapat melihatnya ketika pergi ke negeri ini. Akan terlihat banyak orang yang diamputasi. Ini adalah masalah terbesar," kata Hoff.
Dia mengatakan, tak tersedia lagi sistem kesehatan di sana. Lebih dari setengah rumah sakit umum rusak dan tak lagi melayani pasien. Ini berarti pengobatan untuk mereka yang terserang penyakit dan cedera menjadi tidak teratur.
Hoff juga mengatakan bahwa Presiden Assad yang menuntut untuk menandatangani konvoi bantuan masih memblokir pasokan kesehatan, seperti alat-alat bedah mulai dari perban dan jarum suntik untuk masuk ke daerah yang dikuasai pemberontak.
Petugas paramedis sendiri mengatakan Damaskus berpendapat bahwa peralatan tersebut bisa sangat beguna untuk membantu pemberontak.
"Apa yang menjadi masalah adalah keteraturan pasokan. Persetujuan pemerintah sangat sporadis," tambahnya.
Mengenai hal ini, pejabat Suriah tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar.
Dipaparkan Hoff, lebih dari 6.500 kasus tifoid dilaporkan tahun ini di seluruh Suriah, berikut 4.200 kasus campak, penyakit mematikan bagi anak-anak di Suriah. Sementara itu, hanya satu kasus polio yang dilaporkan, yang dapat melumpuhkan anak dalam beberapa jam.
Namun, sejumlah penyakit baru lainnya muncul, termasuk myiasis, penyakit tropis yang disebarkan oleh lalat dengan 10 kasus terlihat di pinggiran Damaskus.
Aktivis Suriah di distrik Ghouta Timur, Damaskus mengatakan bahwa tuberkulosis juga menyebar karena kondisi sanitasi yang buruk serta pengepungan pemerintah daerah yang menghalangi masuknya bantuan medis.
Organisasi dunia, PBB sebelumnya mengatakan mereka membutuhkan dana lebih dari US$8,4 miliar atau Rp10,2 triliun untuk hampir 18 juta orang di Suriah yang membutuhkan bantuan di tahun 2015 mendatang.
Menurut Hoff, WHO juga telah memberikan lebih dari 13,5 juta perawatan kesehatan serta obat-obatan dan perlengkapan medis pada tahun 2014. Jumlah ini naik hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
Namun, masalahnya ada pada akses air yang buruk dan kemiskinan yang membuat memburuknya krisis kesehatan.
"Siapapun tidak akan percaya betapa banyaknya kebutuhan mereka," tambahnya.